• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. PENELITIAN TAHAP PENETRASI PASAR

1. Hasil Survei Konsumen

Sebelum produk memasuki pasar maka perlu dilakukan survei terlebih dahulu. Survei ini sangat berguna dalam menyusun analisis pemasaran produk. Survei dilakukan dengan pembagian kuesioner kepada 30 orang responden. Sebelum dibagikan dilakukan pengujian kuesioner kepada tiga orang responden untuk melihat apakah responden telah mengerti maksud kuesioner. Data kuesioner diperoleh dari 30 orang responden selanjutnya dibahas secara deskriptif.

a. Uji Pre-test

Pre-test dilakukan dengan cara membagikan kuesioner tiga orang responden, pembagian ini dilakukan dua kali kepada orang yang sama. Selanjutnya, dari uji dilihat konsistensi jawaban responden dan pemahaman responden terhadap maksud kuesioner. Pada uji ini responden juga ditanyakan secara langsung tentang pertanyaan dan bahasa yang kurang mengerti dari kuesioner.

Hasil dari uji pre-test ini adalah responden mengerti maksud pertanyaan tetapi bingung menuliskan jawaban, harus memilih salah satu atau di ranking mana yang paling penting terutama untuk pertanyaan no. 1 dan no. 9. Sehingga kuesioner diubah dengan menambahkan kata ”pilih salah satu jawaban”, setelah dilakukan perbaikan maka kuesioner siap dibagikan ke 30 orang responden. b. Karakteristik Responden

Responden yang berniat mengikuti survei ini 73 % adalah wanita dan sisanya 27 % adalah pria. Karena produk merupakan bahan makanan pokok maka responden yang mengikuti banyak survei ini adalah wanita. Hasil survei jenis kelamin responden dapat diihat pada Gambar 20.

53 Gambar 20. Grafik persentase jenis kelamin responden (30 responden) Responden kemudian dikategorikan dalam lima kelompok umur yaitu kurang dari 20 tahun, 20-29 tahun, 30-39 tahun, 40-49 tahun, dan lebih dari 49 tahun. Responden kelompok umur 20-29 tahun dan 30-39 tahun memiliki persentase yang sama yaitu 30 %. Lalu kelompok umur 40-49 tahun sebesar 23 %, lalu kelompok umur >49 tahun sebesar 17 %. Tidak ada responden yang berumur kurang dari 20 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua responden merupakan masuk dalam kelompok usia produktif. Pada Gambar 21 diperlihatkan diagram responden sesuai kelompok golongan usia

Gambar 21. Grafik persentase umur responden (30 responden) Tingkat pendidikan responden penting diketahui untuk meramu media dan cara mengkomunikasikan produk yang tepat. Sekitar 50 % berpendidikan sarjana, kemudian 43 % responden berpendidikan SMA dan 7 % berpendidikan SMP. Semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah diberikan informasi. Pada Gambar 22 ditunjukkan persentase pendidikan responden. 73% 27% Perempuan Laki-Laki 0% 30% 30% 23% 17%

54 Gambar 22. Grafik persentase pendidikan responden (30 responden)

Daya beli konsumen ditentukan dari tingkat pendapatan mereka. Perlu diketahui untuk menentukan potensi pemasukan dari suatu segmen. Daya beli juga akan menentukan strategi penentuan yang diambil agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Tingkat pendapatan dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kurang dari Rp. 300,000; Rp. 300,000-500,000; Rp. 500,000-1,000,000; Rp. 1,000,000- 2,000,000; Rp. 2,000,000-5,000,000; dan lebih dari Rp. 5,000,000. Persentase pendapaan responden dapat dilihat pada Gambar 23 .

Gambar 23. Grafik persentase pendapatan responden (30 responden) c. Deskripsi respon konsumen terhadap produk tahu

Ada beberapa pertimbangan konsumen dalam membeli produk pangan yaitu rasa, harga, manfaat, gengsi, dan trend. Pengetahuan mengenai hal yang menyebabkan konsumen tertarik untuk membeli dapat memudahkan kita dalam menyusun suatu strategi pemasaran

0% 7% 43% 50% SD SMP SMA Sarjana 0% 13% 40% 13% 33% 0%

< 300 ribu 300 ribu - 500 ribu 500 ribu - 1juta 1-2 juta

55 yang efektif. Pertimbangan konsumen mengenai alasan pembelian suatu produk pangan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 24. Grafik persentase pertimbangan konsumen dalam

membeli produk pangan (30 responden)

Rasa masih menjadi pertimbangan utama dalam pembelian produk baru kemudian harga, manfaat dan yang terakhir adalah trend. Dari hasil ini rasa yang bisa diterima merupakan syarat wajib yang harus di penuhi oleh suatu produk agar bisa terjual. Pertimbangan harga ini sangat bergantung pada daya beli konsumen dan terkadang orang akan memaksakan membeli suatu produk karena memiliki keunggulan tertentu.

Gambar 25. Grafik persentase frekuensi konsumsi tahu (30 responden) Frekuensi konsumsi produk tahu konsumen akan dapat memprediksi jumlah yang harus diproduksi dan potensi omzet usaha. Pada Gambar 25 diperlihatkan persentase frekuensi konsumsi produk tahu. Hal ini menunjukkan tahu sangat sering dikonsumsi oleh

40%

30% 27%

0% 3%

Rasa Harga Manfaat Gengsi Trend

10% 33% 13% 20% 7% 17% 0%

1 hari 2 kali 1 hari 1 kali Seminggu 4 kali Seminggu 3 kali Seminggu 2 kali Seminggu 1 kali Sebulan 1 kali

56 responden. Sehingga memiliki potensi penjualan produk yang besar dan pemenuhan jumlah asupan gizi dari tahu yang besar.

Informasi mengenai lokasi penjualan produk akan dapat memberikan prediksi saluran distribusi yang baik bagi produk dan juga berapa seharusnya jumlah tersedia di suatu tempat penjualan. sekitar 33 % responden membeli tahu di pedagang keliling, 30 % membeli tahu di pasar, sedangkan 23 % membeli tahu di warung dan sisanya 13 % membeli tahu di supermarket. Persentase tempat pembelian tahu dapat dilihat pada Gambar 26.

Gambar 26. Grafik persentase tempat pembelian tahu (30 responden) Dalam prediksi potensi pasar diperlukan data mengenai berapa uang yang dikeluarkan konsumen untuk membeli produk. Data ini kemudian dapat menjadi dasar dalam menentukan arah penetapan harga dan kebijakan jumlah produk yang harus dijual. Pada survei ini 43 % responden mengeluarkan Rp. 4,000.00-8,000.00 per hari untuk membeli tahu. Kemudian sekitar 33 % responden lain mengeluarkan Rp. 2,000.00-4,000.00 per hari untuk membeli tahu. 13 % lainnya mengeluarkan uang kurang dari Rp. 2,000.00 untuk membeli tahu. Sisanya sekitar 10 % responden mengeluarkan Rp. 8,000.00-10,000.00 untuk membeli tahu. Pada Gambar 27, diperlihatkan persentase jumlah pengeluaran per hari untuk membeli tahu.

30%

33% 23%

13%

Pasar Pedagang Keliling

57 Gambar 27. Grafik persentase jumlah pengeluaran per hari untuk

membeli tahu (30 responden)

Kemasan merupakan faktor memicu orang untuk membeli produk. Dari survei 30 responden memperlihatkan bahwa sebagian besar responden membeli tahu dengan kemasan sederhana plastik biasa (63 %), Plastik dengan label sederhana (20 %) bahkan 17 % membeli tahu tanpa kemasan alias curah. Dengan kemasan yang baik maka diharapkan akan menambah daya saing produk tahu ini. pada Gambar 28 dapat dilihat jenis kemasan tahu yang sering dibeli responden.

Gambar 28. Grafik persentase jenis kemasan tahu yang dibeli responden (30 responden)

Responden diberi penjelasan tentang semua manfaat produk dan perkiraan harga produk dan diberikan tester lalu baru menjawab dari pertanyaan kuesioner berkaitan dengan produk yang akan dijual semua. responden yang berpartisipasi dalam survei menyatakan tertarik dengan produk ini. Sekitar 40 % responden tertarik dengan produk karena alasan penampilan, 30 % responden tertarik dengan produk karena

13% 33% 43% 10% <2000 2000-4000 4000-8000 8000-10000 17% 63% 20% 0%

tanpa kemasan Plastik biasa

58 alasan manfaat. Terdapat 23 % responden tertarik pada produk karena rasa dan sisanya sekitar 7 % menjawab tertarik karena alasan harga.

Gambar 29. Grafik persentase alasan ketertarikan terhadap produk (30 responden)

Pada Gambar 29 di atas dapat dilihat persentase alasan ketertarikan terhadap produk. HaI ini menunjukkan produk diminati oleh pasar terutama karena adanya perbedaan kemasan yang sangat mencolok dan menarik dari produk yang lain, kemudian punya manfaat kesehatan selain kandungan gizinya dan juga rasa yang dapat disukai serta harga yang kompetitif.

Pada Gambar 30 dapat dilihat persentase kesesuaian harga. Dari beberapa komentar kuesioner kesesuaian harga ini dilihat dari manfaat dan penampilan produk yang menarik

.

Gambar 30. Grafik persentase kesesuaian harga produk (30 responden)

7% 23%

40% 30%

Harga Rasa Penampilan Manfaat

7%

67% 27%

59 Perkiraan harga yang ditawarkan untuk 300 gram produk adalah Rp. 2.500. Sekitar 67 % responden menyatakan harga itu sesuai, 27 % komsumen menyatakan bahwa harga tersebut terlalu mahal, dan 7 % responden menganggap harga terlalu murah.

Harga ini jika dibandingkan dengan harga tahu di pedagang kakilima memang relatif lebih mahal, tetapi jika dibandingkan dengan produk tahu yang ada di supermarket harga ini wajar mengingat penampilan dan kemasan yang menarik serta manfaat. Kesesuaian harga ini berkaitan erat dengan tingkat ekonomi dan gaya hidup. Harga mahal atau murah itu relatif sesuai dengan daya beli. Seorang dengan pendapatan kecil bukan berarti tidak membeli produk ini atau sebaliknya, keputusan pembelian juga dipengaruhi strategi komunikasi yang digunakan.

Dokumen terkait