• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan Hasil Penelitian

2. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

Tes kemampuan berpikir kritis matematis ini diberikan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis yang terdiri dari empat indikator yaitu memberikan alasan, mengidentifikasi suatu keputusan, memberikan penjelasan lebih lanjut, dan merumuskan langkah-langkah penyelesaian. Perbedaan jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk masing-masing indikator berpikir kritis matematis dapat dideskripsikan sebagai berikut.

a. Indikator pertama, yaitu memberikan alasan yang logis. Soal post test untuk mengukur indikator tersebut terdiri atas dua soal, yaitu soal no 1 dan 6.

Berikut ini merupakan soal dan jawaban siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

 Kelas Eksperimen

Gambar 4.10

Jawaban Post test No 1 Kelas Eksperimen  Kelas Kontrol

Gambar 4.11

Jawaban Post test No 1 Kelas Eksperimen

Soal No 1:

“Sebuah segitiga ABC merupakan segitiga sama kaki, dimana AB dan AC merupakan kaki-kakinya. Pada garis AB terdapat sebuah titik E dan pada garis AC terdapat sebuah titik D, sedemikian sehingga garis DE sejajar dengan garis BC. Berbentuk apakah bangun BCDE? Berikan alasan matematis untuk jawaban Anda!”

74

Soal post test nomor 1 ini siswa ditugaskan untuk menggambar bangun datar dari masalah yang diberikan, kemudian menentukan bangun datar apa yang terbentuk serta memberikan alasan yang sesuai dengan konsep matematika. Secara keseluruhan gambar yang dibuat oleh siswa baik dari kelompok kontrol maupun eksperimen sudah benar, dan merekan pun sudah benar dalam menentukan jenis bangun datar tersebut. Namun siswa kelompok kontrol kurang lengkap dalam memberikan alasan, alasan yang diberikan hanya menyebutkan bahwa ada sepasang sisi yang sejajar tapi ia kurang memperhatikan bahwa bangun tersebut terbentuk dari segitiga sama kaki yang memiliki ukuran kaki-kaki yang sama panjang, sedangkan siswa kelompok eksperimen sudah tepat dan lengkap dalam memberikan alasan.

 Kelas Eksperimen

Gambar 4.12

Jawaban Post test No 6 Kelas Eksperimen

Soal No 6:

“Jika sebuah persegi dan persegi panjang memiliki ukuran keliling yang sama, manakah dari kedua bangun datar tersebut yang memiliki ukuran luas lebih besar? Berikan alasan matematisnya!”

 Kelas Kontrol

Gambar 4.13

Jawaban Post test No 6 Kelas Kontrol

Soal post test no 6 ini siswa ditugaskan untuk menentukan luas mana yang besar antara persegi dan persegi panjang apabila diketahui bahwa keliling kedua bangun tersebut sama besar. Jawaban siswa kelas eksperimen rata-rata sudah benar mengatakan bahwa persegi memiliki luas yang lebih besar dibandingkan persegi panjang, serta memberikan alasan yang sesuai dengan konsep matematika berupa sebuah contoh yang dapat membuktikan jawaban tersebut. Bagitu juga dengan jawaban siswa dari kelas kontrol, rata-rata sudah benar tetapi alasan yang diberikan kurang tepat, ia hanya melihat dari sisi bentuk kedua bangun tersebut, tidak memperhatikan informasi bahwa keliling kedua bangun tersebut sama besar.

Berdasarkan hasil jawaban siswa dari 2 pertanyaan tersebut, didapatkan persentase skor rata-rata indikator memberikan alasan, pada kelas eksperimen sebesar 70,59% dan kelas kontrol sebesar 65,44%. Persentase skor siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

b. Indikator Kedua, yaitu mengidentifikasi suatu keputusan. Soal post test untuk mengukur indikator tersebut terdiri atas dua soal, yaitu soal no 2 dan 5. Berikut ini merupakan soal dan jawaban siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

76

 Kelas Eksperimen

Gambar 4.14

Jawaban Post test No 2 Kelas Eksperimen  Kelas Kontrol

Gambar 4.15

Jawaban Post test No 2 Kelas Kontrol

Soal No 2:

“Angga bersepeda mengelilingi kolam berbentuk jajar genjang dengan panjang dua pasang sisi yang berhadapan masing-masing adalah 9 m dan 17 m. Jika setiap dua menit Angga dapat menempuh jarak 104 m, maka Angga kemudian menyimpulkan bahwa selama 6 menit ia dapat mengeliling kolam itu sebanyak 6 kali putaran. Periksalah kebenaran dari kesimpulan Angga tersebut!”

Soal post test nomor 2 ini siswa ditugaskan untuk mengidentifikasi keputusan yang dikemukakan oleh Angga dengan cara membuat langkah-langkah penyelesaian untuk mengetahui apakah dalam waktu 6 menit angga dapat mengelilingi kolam sebanyak 6 kali. Rata-rata dari jawaban siswa kelas eksperiman sudah dapat membuat langkah langkah penyelesaian mulai dari mengitung keliling kolam yang berbentuk jajar genjang untuk mengetahui bahwa 1 putaran sama dengan keliling jajar genjang yaitu 52 m, sampai mengitung 6 putaran yaitu 312 m. Penulisan jawaban pada siswa kelas eksperimen juga tersusun rapi dan sistematis. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara waktu yang ditempuh dengan banyaknya putaran secara jelas sehingga siswa dapat mengidentifikasi keputusan yang dikemukakan oleh Angga adalah benar. Sedangkan penulisan jawaban siswa pada kelas kontrol cenderung tidak jelas, yaitu pada penulisan “156, 208, 260, dan 312” tidak jelas maksudnya sebagai apa. Apabila yang dimaksud adalah jarak yang ditempuh Angga, siswa tersebut juga tidak menuliskan satuan jaraknya, sehingga maknanya tidak jelas. Siswa juga cenderung masih bingung dalam menjelaskan hubungan antara waktu yang ditempuh dengan banyaknya putaran, sehingga siswa belum bisa mengidentifikasi keputusan yang dikemukakan oleh Angga.

Soal No 5:

“Soni memiliki sebuah bidang datar seperti gambar disamping. Setelah ia melakukan beberapa pengukuran dan perhitungan maka didapatkan fakta bahwa persegipanjang ABCD memiliki ukuran panjang dan lebar berturut-turut adalah 10 cm dan 4 cm, luas bidang datar ABPFGQCD adalah 50 cm2, dan keliling persegi EFGH adalah 20 cm. Berdasarkan fakta tersebut, Soni membuat keputusan bahwa luas daerah EPQH lebih besar dibandingkan luas PFGQ. Periksalah kebenaran dari keputusan yang dibuat oleh Soni!”

78

 Kelas Eksperimen

Gambar 4.16

Jawaban Post test No 5 Kelas Eksperimen  Kelas Kontrol

Gambar 4.17

Jawaban Post test No 5 Kelas Eksperimen

Soal nomor 5 ini siswa ditugaskan untuk mengidentifikasi keputusan yang dikemukakan oleh Soni. Jawaban siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah sama-sama bisa mengidentifikasi keputusan. Namun bedanya pada kelas eksperimen siswa sudah menggunakan konsep matematika yang benar dan penulisan jawaban siswa juga sudah cukup jelas, serta siswa juga

menggunakan penamaan pada setiap bangun datar sesuai dengan gambar yang diberikan pada soal sehingga siswa dapat mengidentifikasi keputusan secara tepat. Sedangkan pada kelas kontrol penulisan jawaban siswa kurang dapat dipahami, karena pada jawaban tersebut terdapat kata-kata yang dapat disalahartikan oleh orang lain yang membacanya, yaitu “luas yang tidak diarsir”. Kita dapat lihat pada gambar di soal bahwa daerah yang tidak diarsir bukan hanya pada bidang PFGQ tetapi pada bidang ABCD juga terdapat bagian yang tidak diarsir. Seharusnya kata-kata “luas yang tidak diarsir” diganti menjadi “luas bidang PFGQ” sehingga tidak menyebabkan perbedaan pemahaman. Siswa juga salah menginterpretsikan lambang luas, siswa menggunakan lambang sudut untuk menjelaskan luas EFGH. serta siswa juga salah dalam menghitung luas yang diarsir atau bidang EPQH sehingga keputusan yang dibuat pun menjadi kurang tepat.

Berdasarkan hasil jawaban siswa dari 2 pertanyaan tersebut, didapatkan persentase skor rata-rata indikator mengidentifikasi keputusan, pada kelas eksperimen sebesar 70,96% dan kelas kontrol sebesar 60,66%. Persentase skor siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

c. Indikator ketiga, yaitu memberi penjelasan lebih lanjut. Soal post test no 3 merupakan soal untuk mengukur indikator tersebut. Berikut ini merupakan soal dan jawaban siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Soal No 3:

“Belah ketupat mempunyai 2 buah sumbu simetri dan sudut-sudut yang berhadapan sama besar. Berikan penjelasan tentang pernyataan tersebut menggunakan konsep yang sesuai!”

80

 Kelas Eksperimen

Gambar 4.18

Jawaban Post test No 3 Kelas Eksperimen  Kelas Kontrol

Gambar 4.19

Jawaban Post test No 3 Kelas Kontrol

Soal post test nomor 3 ini siswa ditugaskan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut dari pernyataan yang diberikan. Jawaban kelas kontrol dalam memberikan penjelasan lebih lanjut sudah sesuai dengan konsep matematika, namun penjelasannya masih kurang jelas. Pada jawaban tersebut ia

menuliskan kalimat yang kurang jelas, seperti “jika dilipat sudut A akan bertemu sudut C”, kata “dilipat” itu kurang jelas, maksudnya dilipat pada garis/sisi apa?, dan penjelasan yang diberikan juga kurang lengkap. Berbeda dengan jawaban siswa pada kelas eksperimen, penjelasan yang diberikan sesuai dengan konsep mametatika dan cenderung lebih jelas dan lengkap. Jawaban tersebut dikaitkan dengan beberapa konsep, yaitu sifat-sifat dari keempat sisi belah ketupat dan sifat-sifat dari segitiga sama kaki, sehingga dapat memberikan penjelasan yang sesuai dengan pernyataan yang diberikan. Berdasarkan hasil jawaban siswa dari pertanyaan tersebut, didapatkan persentase skor rata-rata indikator mengidentifikasi keputusan, pada kelas eksperimen sebesar 65,44% dan kelas kontrol sebesar 43,38%. Persentase skor siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

d. Indikator keempat, yaitu merumuskan langkah-langkah penyelesaian. Soal post test no 4 merupakan soal untuk mengukur indikator tersebut. Berikut ini merupakan soal dan jawaban siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Soal No 4:

“Pak Mamat ingin membuat 70 buah layang-layang untuk dijual. Setiap layang-layang mempunyai ukuran diagonal 30 cm dan 45 cm. Untuk menbuat layang layang tersebut pak Mamat membutuhkan kertas, tetapi kertas yang tersedia berbentuk persegipanjang. Setiap lembar kertas berukuran panjang 110 cm dan lebarnya 90 cm. Pak Mamat ingin mengetahui berapa lembar kertas yang dibutuhkan untuk membuat 70 buah layang-layang tersebut. Bagaimana cara Anda untuk menentukan banyaknya lembar kertas yang dibutuhkan pak Mamat!”

82

 Kelas Eksperimen

Gambar 4.20

Jawaban Post test No 4 Kelas Eksperimen  Kelas Kontrol

Gambar 4.21

Jawaban Post test No 4 Kelas Kontrol

Soal post test nomor 4 ini meminta siswa untuk merumuskan langkah-langkah penyelesaian dari suatu permasalahan yang diberikan, yaitu menentukan banyaknya kertas yang dibutuhkan untuk membuat 70 buah layang-layang. Jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah benar yaitu 4,7 lembar kertas atau jika dibulatkan menjadi 5 lembar kertas. Namun penulisan jawabannya yang berbeda. Pada gambar 2.23 jawaban siswa pada

kelas eksperimen langkah-langkah penyelesaiannya tersusun secara sistematis, dan lebih dapat dipahami karena pada jawaban tersebut juga ditarik kesimpulan bahwa kertas yang dibutuhkan untuk membuat 70 buah layang-layang adalah 5 lembar. Berbeda dengan jawaban siswa kelas kontrol, pada jawaban tersebut hanya terdapat perhitungannya saja, langkah-langkah penyelesaian tidak ditulis secara sistematis sehingga sulit dibedakan mana luas layang-layang, luas kertas, dan kesimpulan juga tidak ada pada jawaban tersebut.

Berdasarkan hasil jawaban siswa dari pertanyaan tersebut, didapatkan persentase skor rata-rata indikator merumuskan langkah-langkah penyelesaian pada kelas eksperimen sebesar 63,24% dan kelas kontrol sebesar 58,82%. Persentase skor siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

Berdasarkan hasil rata-rata nilai ketercapaian semua indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai ketercapaian semua indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelas kontrol. Berdasarkan uraian di atas juga terlihat bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran learning cycle 5e yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat berpengaruh baik terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa terutama pada indikator memberi penjelasan lebih lanjut. Pada indikator tersebut terjadi perbedaan yang cukup jauh antara hasil persentasi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selain itu pada indikator ini juga hasil persentasi skor siswa kelas kontrol dari semua indikator berpikir kritis yang paling rendah. Hal tersebut disebabkan karena siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 5e akan memahami materi lebih mendalam karena siswa mengkonstruksi sendiri konsep yang akan dipelajari melalui LKS yang diberikan kepada siswa dan melalui tahap-tahap pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa di kelas sehingga pengalaman belajar siswa akan lebih bermakna dan lebih lama diingat.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat made wena melalui bukunya, yang mengatakan bahwa model pembelajaran Learning cycle merupakan model

84

pembelajaran yang berbasis konstruktivisme.1 Teori konstruktivisme menekankan agar peserta didik secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri, oleh karena itu pembelajaran dengan model pembelajaran learning cycle 5e lebih berpusat pada siswa.2 Menurut pandangan konstruktivis, “guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran siswa, akan tetapi guru harus mendorong siswa untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, dan berpikir secara kritis.”3

Berdasarkan pandangan konstrutivis di atas itu berarti salah satu tujuan dari proses pembelajaran konstruktivisme adalah untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Sedangkan pada pembelajaran konvensional guru merupakan sumber dari proses pembelajaran sehingga siswa hanya pasif mendengarkan penjelasan guru sehingga kemampuan berpikir kritisnya kurang dapat terlatih.

Selain itu, hasil persentasi skor setiap indikator berpikir kritis pada kelas eksperimen rata-rata sudah mencapai lebih dari 65%, sedangkan pada kelas kontrol hanya satu indikator yang persentase skornya mencapai 65% yaitu pada indikator memberikan alasan, dan tiga indikator lainnya seperti mengidentifikasi keputusan, memberi penjelasan lebih lanjut, dan merumuskan langkah-langkah penyelesaian persentase skornya masih di bawah 65%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosita Mahmudah pada tahun 2013 yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa hasil persentasi skor setiap indikator berpikir kritis pada kelas eksperimen rata-ratanya tidak ada yang mencapai 65%.4 Hal ini menunjukkan model pembelajaran learning cycle 5e lebih efektif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dari pada model pembelajaran Creative Problem Solving. Selain itu ternyata hasil penelitian Oktaviani Dwi Astuti juga menunjukkan bahwa model pembelajaran

1

Made Wena, StrategiPembelajaran Inovatif Kontemporer, ( Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009) h. 170.

2

Jhon W. Santrock, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Kencana, 2008 ), h. 8. 3

Ibid. 4

Rosita Mahmudah, “Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa”, Skripsi jurusan pendidikan matematika UIN, (Jakarta, 2013), h. 67.

learning cycle mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada pelajaran kimia. Dengan demikian, tidak salah bahwa hasil penelitian ini menyatakan, siswa yang diajar dengan model pembelajaran learning cycle 5e memiliki kemampuan berpikir kritis matematis yang lebih baik dibandingkan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

Dokumen terkait