• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.6 Uji Coba Lapangan Terbatas

4.6.1 Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas

Hasil uji coba lapangan terbatas dilihat dengan empat instrumen penelitian yaitu tes, kuesioner, wawancara, dan observasi. Tes digunakan untuk melihat dampak alat peraga papan penjumlahan dan penurangan pada ranah kognitif siswa. Kuesioner digunakan untuk melihat kelayakan alat peraga papan penjumlahan pengurangan. Sedangakan instrumen wawancara dan observasi digunakan untuk melihat dampak lain yang berupa afeksi. Selain itu, wawancara dan observasi digunakan sebagai instrumen konfirmasi atas hasil kuesioner dan tes prestasi yang telah didapat siswa. Berikut akan diuraikan hasil dari masing-masing instrumen.

4.6.1.1 Hasil Pretest dan Posttest

Pretestdan posttest diberikan pada siswa di luar empat pertemuan yang telah dicanangkan oleh peneliti, sehingga siswa benar-benar dapat berkonsentrasi dalam mengerjakan soal. Tabel 4.11 halaman 76 menunjukan perbandingan hasil pretest dan posttest. Masing-masing responden menunjukan kenaikan diatas 70 %. Sedangkan Skor tertinggi didapat oleh A dengan 93,33.

76 Tabel 4.11 Hasil Pretest dan Posttest

Responden Pretest Posttest Persentase

kenaikan (%) R 48,33 91,67 89,67 K 35 80 128,57 Sta 36.67 86,67 136,35 S 46,66 88,33 89,42 A 38,33 93,33 143,49 Rerata 40.99 88 114,6

Tabel 4.11 juga memperlihatkan K memperolah skor yang paling rendah diantara teman yang lainya. Ia hanya mendapat skor sebesar 80. Hal tersebut wajar terjadi karena K merupakan siswa yang paling sulit untuk dikondisikan daripada keempat siswa yang lain. Saat pertemuan uji coba lapangan terbatas, K lebih banyak mengeluh dan lebih mudah teralih perhatianya. Hasil kuis yang dilakukan setiap hari juga menunjukan bahwa K memperoleh hasil yang paling rendah diantara teman-temannya. Pada setiap kuis yang telah dilakukan ia mengalami persoalan pada masalah ketelitian saat menghitung penjumlahan dan pengurangan pada angka-angka yang terbilang mudah. Meskipun demikian K mengalami peningkatan skor yang sangat tinggi pada dari pretest hingga posttest sebesar 128,57%.

Diagram 4.1 Kenaikan Pretestdan Posttest

Sementara A merupakan siswa yang memperoleh kenaikan tertinggi yaitu 143,49% diantara siswa yang lain. A memang siswa yang terbilang rajin dan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 R K Sta S A Pre tes Pos tes Responden

77 mampu membantu teman yang lain ketika tidak bisa. A juga terbilang mampu mengikuti dengan cepat apa yang peneliti sampaikan. A juga tak jarang mengoreksi pekerjaannya setelah A selesai mengerjakan kuis maupun tes. Meskipun demikian, A juga cepat untuk mengeluh ketika menemui sedikit kendala, namun jika diberi sedikit petunjuk oleh peneliti A dengan cepat bisa memahaminnya. Sementara fenomena yang menarik terjadi pada Sta. Sta merupakan siswa yang terbilang malas dan banyak mengeluh ketika uji coba lapangan berlangsung. Selain itu Sta juga tidak begitu tertarik ketika peneliti memberikan kesempatan padanya untuk berlatih secara mandiri dengan papan penjumlahan pengurangan. Meskipun demikian, pada pertemuan 3 dan 4 Sta mulai menunjukan ketertarikanya pada alat peraga ketika Sta diberi kesempatan untuk menggunakan alat peraga secara mandiri tanpa dilihat oleh temannya dan peneliti. Setelah menjalani posttest hasilnya memuaskan dengan kenaikan sebesar 136,35%.

R merupakan siswa dengan prestasi yang baik. Menurut guru kelasnnya, R merupakan salah satu siswa yang sering mendapatkan nilai yang bagus pada latihan-latihan ataupun evaluasi. Hal tersebut juga terlihat pada saat uji coba lapangan terbatas. R termasuk dalam siswa yang tergolong kurang rajin dan senang sekali bermain dan tertawa dengan temannya, namun R cepat dalam menyerap konsep yang diajarkan. R mengalami kenaikan pretest dan posttest sebesar 89,67%. Kemudian S merupakan siswa yang sebenarnya mempunyai kemampuan kognitif yang baik namun S sangat malu jika diberi kesempatan untuk mencoba alat peraga di depan teman-temannya. Setiap hari hingga pertemuan ke-3, S kehilangan banyak kesempatan untuk mencoba alat peraga karena rasa percayadirinya sulit ditumbuhkan. Sehingga setiap S mendapat giliran untuk mencoba alat peraga, peneliti selalu menghabiskan banyak waktu untuk membujuk S. Meskipun demikian, S mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada nilai posttest yaitu sebesar 89,42%.

Melalui hasil pretest dan posttest, dapat dilihat kenaikan yang signifikan pada masing-masing siswa. Hal tersebut membuktikan penggunaan alat peraga papan penjumlahan pengurangan berbasis metode Montessori mampu

78 meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Secara implisit pula dapat dikatakan bahwa alat peraga telah mampu mewakili konsep penjumlahan dan pengurangan.

4.6.1.2 Hasil Kuesioner Alat Peraga Papan Penjumlahan Pengurangan

Kuesioner diberikan pada siswa setelah uji coba lapangan terbatas bersama dengan posttest. Pengisian kuesioner dilakukan dengan pendampingan dari peneliti. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya pemahaman yang salah mengenai pernyataan dalam kuesioner. Berikut merupakan tabulasi hasil dari kuesioner yang diisi oleh responden.

Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil KuesionerValidasi Alat Peraga oleh Siswa

Responden Skor item Rerata Kualifikasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3.8 Sangat baik R 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3.8 Sangat baik S 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3.7 Sangat baik K 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3.9 Sangat baik Sta 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3.7 Sangat baik Jumlah 19 21 21 24 25 26 26 24 29 29 3.7 Sangat baik

Berdasar kuesioner yang telah disebar pada responden, rerata skor yang diperoleh adalah 3,7. Hal tersebut menyatakan bahwa papan penjumlahan dan pengurangan berada pada interval 3,5-4 atau dalam kategori “sangat baik”. Penilaian semua

siswa rata-rata di atas 3 tidak ada yang mendapatkan skor 2. A memberikan skor 3 pada item nomor 2 dan 8. Item nomor 2 mengenai pemahaman siswa terhadap materi penjumlahan dan pengurangan. Hal tersebut justru bertolak belakang dari hasil posttest yang didapat A. Ia mendapatkan nilai paling tinggi diantara teman-temannya. Sementara item nomor 8 merupakan deskriptor dari indikator auto-correction. A menyatakan setuju mengenai kemampuan auto-correction dari papan penjumlahan pengurangan.

Kemudian R memberikan skor 3 pada item nomor 7 dan 8. Item nomor 7 dan 8 merupakan deskriptor dari indikator auto-correction pada alat peraga. Meskipun, item nomor 7 dan 8 tidak mendapatkan nilai sempurna, namun hasil posttest R menunjukan hasil yang memuaskan dengan nilai 91.67. Berbeda dengan R, S justru memberikan nilai 3 pada item nomor 1,3, dan 10. Masing-masing nomor tersebut mewakili indikator auto-education, menarik, dan kontekstual. Kemudian K memberikan skor 3 pada item nomor 8 yang merupakan

79 deskriptor dari indikator auto-correction. Sementara Sta memberikan nilai 3 pada tiga item diantaranya nomor 1, 3, dan10. Item nomor 1 merupakan deskriptor dari indikator auto-education, nomor 3 merupakan deskriptor dari menarik, dan item nomor 10 merupakan deskriptor dari kontekstual. Melalui skor yang diberikan siswa tersebut, dapat dilihat bahwa indikator auto-correction dengan deskriptor nomor 8 paling banyak mendapat nilai 3 disusul oleh indikator menarik, auto-education, dan kontekstual.