• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.3 Prosedur Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dari dua model. Model pertama yaitu dari Borg dan Gall (1983:775-787) yang terdiri dari sebelas tahapan. Model kedua yaitu dari Sugiyono (2011: 289) yang terdiri dari sepuluh langkah. Langkah pengembangan pada model Borg dan Gall (1983: 775-787) adalah (1) pengumpulan informasi dan penelitian terkait, (2) perencanaan, (3) pembuatan produk, (4) pengujian lapangan terbatas, (5) revisi inti produk, (6) pengujian lapangan inti, (7) revisiproduk secara operasional, (8) pengujian lapangan secara operasional, (9) revisi akhir produk, (10) produk akhir, (11) disemidasi dan implementasi.

Bagan 3.1Model pengembangan Borg dan Gall (1983: 775)

Model ini diawali dengan pengumpulan informasi berupa pecarian literasi terkait, observasi di sekolah, dan mencari penelitian terdahulu yang relevan. Kemudian dilanjutkan dengan perencanaan yang mencakup identifikasi skill yang diharapkan dan penentuan tujuan. Tujuan yang telah disusun kemudian dikonversikan pada sebuah produk yang dirancang sedemikian rupa. Produk tersebut juga disertai dengan instruksi penggunaan maupun alat evaluasi. Setelah produk selesai diproduksi, pengujian lapangan yang pertama siap untuk dilakukan. Menutut Borg dan Gall (1983: 775), pengujian lapangan pertama tersebut dilakukan pada 1 sampai tiga sekolah menggunakan enam sampai duabelas siswa tiap sekolahnya. Pada pengujian lapangan pertama tersebut, pengumpulan data dapat menggunakan wawancara, observasi dan kuesioner. Data yang terkumpul kemudian dianalisis untuk menemukan apa saja yang harus

Pengumpulan Informasi Perencanaan Pembuatan Produk Pengujian Lapangan terbatas Revisi Inti Produk Pengujian Lapangan Inti Revisi Produk secara Operasional Pengujian Lapangan secara Operasional Revisi Produk Akhir Diseminasi dan Implementasi Produk Akhir

30 diperbaiki dari produk tersebut. Perbaikan produk didasarkan pada hasil yang didapat pada pengujian lapangan pertama.

Setelah revisi produk selesai, langkah selanjutnya adalah pengujian lapangan inti. Pengujian lapangan inti ini dilakukan pada lima hingga duabelas sekolah dengan 30 siswa tiap sekolahnya. Pada pengujian ini akan didapatkan data hasil pretest dan posttest. Hasil tersebut kemudian dikaji untuk melihat relevansinya dengan tujuan pembelajaran dan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari sekolah lain. Analisis data yang diperoleh dari pengujian lapangan, digunakan untuk merevisi produk secara operasional agar siap digunakan secara luas. Pengujian produk yang terakhir adalah uji coba lapangan secara operasionl. Uji coba lapangan ini dilakukan dengan jumlah responden 10 hingga 30 sekolah dengan total siswa mencapai 400 anak. Pada pengujian ini data dikumpulkan dengan wawancara, observasi, dan kuesioner yang kemudian akan dianalisis dan digunakan untuk revisi produk yang terakhir kalinya. Hasil revisi produk akhir merupakan produk yang siap digunakan secara luas. Meskipun demikian, produk tersebut masih perlu dideseminasikan sebelumakhirnya akan dipakai atau dijual pada seluruh sekolah sebagai produk yang valid (Borg & Gall, 1983: 775-786).

Langkah prosedural mengenai penlitian dan pengembangan juga dikemukakan oleh sugiyono (2011: 297). Langkah tersebut diantaranya (1) mencari potensi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba lapangan, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10) produksi masal.

Bagan 3.2 Langkah Penelitian dan Pengembangan (Sugiyono, 2011: 298)

Produksi Masal Potensi Masalah Pengumpulan Data Desain Produk Validasi Desain Revisi Desain Uji Coba Lapangan Revisi Produk Uji Coba Pemakaian Revisi Produk

31 Tahap pertama merupakan identifikasi potensi masalah yang dipandang perlu dicarikan solusi. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data untuk mengtahui produk seperti apakah yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dari data yang didapat akan direalisasikan dalam desain produk yang akan dikembangkan. Desain tersebut kemudian divalidasi dan direvisi sesuai dengan hasil validasi. Uji coba lapangan menjadi langkah selanjutnya ketika revisi desain telah selesai. Pada uji coba lapangan, peneliti mengujikan produk dalam lingkup kecil sehingga didapatkan data hasil pengujian yang akan digunakan untuk revisi produk. Produk yang telah direvisi kemudian diujicobakan dalam lingkup yang lebih luas untuk mengetahui tingkat efektivitas produk. Setelah didapatkan data, revisi akhir dilakukan untuk mempersiapkan produk yang akandiproduksi secara masal.

Kedua model pengembangan di atas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Model yang ditawarkan oleh Borg dan Gall (1983) nampaknya terlalu sulit untuk dilakukan karena dalam pengujianya produk dilakukan dengan jumlah responden yang sangat banyak. Meskipun demikian, model ini memiliki kelebihan pada sistematisasi langkah pengujian produk pada siswa sehingga memungkinkan peneliti untuk benar-benar menciptakan produk yang relevan dengan kebutuhan siswa. Model dari Sugiyono (2011) merupakan model yang sederhana dan nampak mudah untuk dipahami. Meskipun demikian, model ini belum menunjukan langkah jelas dalam proses pengumpulan data tahap kedua, instrumen pengumpul data apa yang sebaiknya digunakan oleh peneliti. Kedua model tersebut juga belum dilengkapi dengan tahap penyusunan instrumen penelitian. Maka, kedua model tersebut diadaptasi untuk menciptakan model pengembangan yang relevan dengan kebutuhan penelitian ini.

Model pengembangan yang telah dimodifikasi dalam penelitian ini terdiri dari lima tahapan umum (1) kajian standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) analisis kebutuhan, (3) produksi alat peraga, (4) pembuatan instrumen validasi produk, dan (5) validasi alat peraga. Bagan tahapan peengembangan yang telah dimodifikasi dapat dlihat pada bagan 3.3 halaman 32. Tahap pertama yaitu kajian standar kompetensi dan kompetensi dasar dilakukan berdasar kurikulum KTSP.

32 Bagan 3.3 Pengembangan yang sudah Dimodifikasi

33 Kajian dilakukan pada standar kompetensi 4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah dankompetensi dasar 4.4 melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Kajian pada SK dan KD tersebut meliputi materi dan penyusunan indikator ketercapaian. Tahap kedua yaitu analisis kebutuhan.Tahap ini diawali dengan menyusunan instrumen analisis kebutuhan. Instrumen analisis kebutuhan disusun berdasarkan pada hasil kajian pada karakteristik alat peraga Montessori dan karakteristik perkembangan anak pada usia kelas 1 atau 6 hingga 7 tahun. Instrumen yang telah disusun akan menjalani validasi oleh pakar pembelajaran matematika, pakar bahasa untuk tingkat keterbacaan, guru, dan siswa. Hasil validasi tersebut akan dijadikan dasar sebagai revisi agar terbentuk kuesioner yang siap pakai. Langkah terakhir pada tahap kedua ini adalah analisis kebutuhan pada sekolah yang telah dijadikan subjek penelitian.

Tahap ketiga yaitu produksi alat peraga dan albumnya. Produksi alat peraga sendiri mengacu pada empat langkah pembuatan diantraranya (1) pembuatan desain, (2) konsultasi desain dengan pakar, (3) perevisian desain, (4) pengadaan bahan dasar, dan (5) pembuatan alat peraga. Desain alat peraga dan album didasarkan pada konsep alat peraga Montessori, filosofis pembelajaran Montessori, hasil analisis kebutuhan dan konsep pembelajaran matematika. Kemudian revisi desain dilakukan setelah mendiskusikan rancangan desain dengan pakar. Setelah didapat desain yang cukup komperhensif, pengadaan bahan dasar akan dilakukan dan alat peraga akan segera diproduksi. Sementara, album alat peraga akan segera dibuat setelah pembuatan desain konsep telah dirasa cukup.

Tahap keempat dalam proses pengembangan ini adalah penyusunan instrumen validasi produk. Instrumenyang akan digunakan adalah tes uraian, kuesioner, wawancara, dan observasi. Pada instrumen tes dan kuesioner dilakukan validasi,namun pada instrumen wawancara dan observasi tidak dilakukan validasi. Instrumen tes melalui dua tahap validasi yaitu validasi oleh pakar pembelajaran matematikan dan uji validitas, reliabilitas secara empiris. Instrumen kuesioner melalui empat tahap validasi, oleh pakar pembelajaran matematika, pakar bahasa, guru dan siswa. Setelah data terkumpul,akan dilakukan analisis sebagai dasar