BAB III METODE PENELITIAN
3.6 Instrumen Penelitian
3.6.2 Instrumen Pengumpul Data
pakar bahasa terhadap kuesioner untuk validasi produk, hasil kuesioner validasi produk oleh pakar, validitas dan reliabilitasitem pretest dan posttest, hasil pretest dan posttest, validasi pakar bahasa terhadap kuesioner validasi produk oleh siswa, dan hasil kuesioner validasi produk oleh siswa. Sementara data kualitatif dihasilkan dari komentar pakar dan guru dalam uji validasi kuesioner analisis kebutuhan, komentar pakar bahasa dan guru dalam uji validasi kuesioner untuk uji validasi produk oleh pakar, komentarpakar, guru, dan siswa dalam uji validasi produk, hasil wawancara, dan hasil observasi.
3.6.2 Instrumen Pengumpul Data
Instrumen penelitian merupakan satu alat pengumpul data dengan kriteria tertentu dan dibuat untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang ingin diamati (Sugiyono, 2011:102). Fenomena atau variabel pada penelitian ini adalah objek penelitian yaitu papan penjumlahan pengurangan untuk kompetensi penjumlahan dan pengurangan dua angka. Instrumen yang dikembangkan oleh peneliti meliputi kuesioner, tes, wawancara, dan observasi.
3.6.2.1 Kuesioner
Kuesioner merupakan salah satu alat ukur non tes yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan untuk dijawab oleh responden (Sugiyono, 2011: 142). Pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun berdasarkan indikator-indikator yang mewakili variabel dalam penelitian. Prinsip-prinsip penulisan kuesioner diantaranya (1) isi dan tujuan pertanyaan jelas (2) bahasa yang digunakan sesuai dengan kemampuan responden, (3) tipe dan bentuk pertanyaan jelas, (4) pertanyaan tidak mendua, (5) tidak menanyakan hal yang sudah dilupakan, (6) urutan pertanyaan dari hal umum ke khusus (7) penampilan fisik kuesioner baik (Sugiyono, 2011: 142-144).
Terdapat tiga macam kuesioner dalam penelitian ini (1) kuesioner analisis kebutuhan, (2) kuesioner uji validitas produk untuk pakar dan guru, dan (3) kuesioner untuk siswa pada uji coba lapangan terbatas untuk siswa. Kuesioner analisis kebutuhan berupa seperangkat pertanyaan untuk mengetahui seperti apakah alat peraga yang dibutuhkan oleh guru dan siswa. Kuesioner ini terdiri dari sepuluh pertanyaan yang mewakili karakteristik alat peraga Montessoridengan tipe kuesioner multiple choice. Kuesioner validasi produk oleh pakar merupakan
38 seperangkat pertanyaan untuk mengetahui kesesuaian alat peraga dengan konsep yang ingin disampaikan pada pembelajaran matematika dan kesesuaian dengan dasar fiolosofi metode Montessori. Kuesioner ini terdiri dari sepuluh pertanyaan yang mewakili keabsahan alat peraga dengan tipe rating scale. Meskipun bertiperating scale, dalam kuesioner responden dapat memberikan komentar baik secara umum atupun secara khusus sesuai dengan pernyataan dalam kuesioner. Kuesioner terakhir dipergunakan pada saat uji coba lapangan terbatas yang diisi oleh siswa. Kuesioner ini bertujuan untuk memberikan data sebagai dasar evaluasi dan revisi akhir alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan dengan tipe kuesioner sama dengan yang digunakan pada uji validasi produk oleh pakar. Berikut merupakan kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan dan validasi produk.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru dan Siswa
Indikator Deskriptor Nomor Item
Auto-education 1. Penggunaan alat peraga matematika
2. Belajar secara mandiri 1 dan 2 Auto-correction
1. Membantu menemukan kesalahan sendiri
2. Membantu menemukan jawaban yang benar
7 dan 8
Menarik 1. Memiliki warna 3 dan 4
Bergradasi
1. Dapat digunakan untuk lebih dari satu kompetensi
2. Berat alat peraga
5 dan 6 Kontekstual 1. Memanfaatkan benda dari lingkungan
sekitar 9 dan 10
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk untuk Pakar, Guru dan Siswa
Indikator Deskriptor Nomor Item
Auto-education
1. Membantu siswa memahami kosep matematika
2. Siswa belajar secara mandiri
1 dan 2
Auto-correction
1. Membantu siswa menemukan kesalahan sendiri
2. Membantu siswa menemukan jawaban yang benar
7 dan 8
Menarik 1. Memiliki warna yang menarik siswa
2. Bentuk menarik siswa untuk belajar 3 dan 4 Bergradasi
1. Dapat digunakan untuk kompetensi dasar yang berbeda
2. Memiliki berat yang sesuai dengan siswa
5 dan 6
Kontekstual
1. Memanfaatkan benda dari lingkungan sekitar
2. Dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar
39 Kisi-kisi pada tabel 3.1 dan 3.2 terdiri dari 5 indikator yang dijabarkan dalam deskriptor-deskriptor. Secara umum baik kuesioner analisis kebutuhan dan validasi produk tidak jauh berbeda. Terdapat beberapa perbedaan pada deskriptor yang disesuaikan dengan keperluan kuesioner. Perbedaan tersebut terletak pada indikator menarik dan kontekstual yang pada alalisis kebutuhan hanya dijabarkan dengan 1 deskriptor sedangkan pada validasi produk dijabakan dengan 2 deskriptor.
2.6.2.2Tes Uraian
Instrumen pengumpul data yang kedua adalah tes. Tes merupakan prosedur sistematik yang berisi sampel prilaku dengan tujuan untuk mengukur prilaku (Azwar, 2012: 3). Prosedur sistematik berarti (1) item yang ada didalam tes disusun berdasarkan aturan tertentu, (2) prosedur administrasi tes dan skoring harus jelas, (3) setiap orang yang mengerjakan tes tersebut harus mengalami kondisi yang sama dan sebanding dengan peserta tes lainya. Sampel prilaku berarti (1) kesadaran bahwa seluruh item yang terdapat dalam tes tidaklah mencakup keseluruan materi dan (2) keterwakilan item yang representatif menentukan kelayakan suatu tes. Tujuan dari tes ini adalah mengukur perilaku dengan meminta subjek untuk menunjukan pencapaian dari apa yang telah di pelajari sebelumnya (Azwar, 2012: 3).
Pada penelitian ini,instrumen tes digunakan untuk menguji kemampuan sebelum dan sesudah siswa belajar penjumlahan dan pengurangan dua angka dengan menggunakan papan penjumlahan pengurangan. Jenis tes yang digunakan adalah tes performansi maksimal berupa tes uraian. Tes tersebut berguna untuk mengukur apa yang mampu dilakukan seseorang dan seberapa baik ia mampu melakukakannya (Azwar, 2012: 5). Tes uraian sendiri merupakan bentuk tes yang memberikan kebebasan pada peserta tes untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasanya (Widoyoko, 2012: 79). Tes yang dilakukan sebelum siswa menggunakan papan penjumlahan dan pengurangan disebut pretest dan sesudahnya disebut posttest. Pretest dan posttest berisi item yang sama sehingga terlihat adanya peningkatan atau tidak. Hasil perbandingan pretest dan posttest tersebut akan dijadikan referensi untukevaluasi dan revisi
40 akhir produk papan penjumlahan pengurangan. Tes tersebut terdiri dari 23 item dengan kisi-kisi sesuai dengan materi pada kurikulum KTSP
Kisi-kisi tes uraian dari SK. 4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah dan KD. 4.4 Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka sebelum uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.3. Pada tabel tersebut terdapat 6 indikator yang masing-masing memiliki dua deskriptor.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Uraian
Indikator Diskriptor Nomor
Item Melakukan penjumlahan dua
angka tanpa teknik menyimpan
Penjumlahan satu angka dengan dua angka
7 dan 8 Penjumlahan dua angka dengan dua
angka
2 dan15 Melakukan penjumlahan dua
angka dengan teknik menyimpan
Penjumlahan satu angka dengan dua angka
9 dan 10 Penjumlahan dua angka dengan dua
angka
3 dan 16 Melakukan pengurangan dua
angka tanpa teknik meminjam
Pengurangan dua angka dengan satu angka
11 dan 12 Pengurangan dua angka dengan dua
angka
4 dan 17
Melakukan pengurangan dua angka dengan teknik meminjam
Pengurangan dua angka dengan satu angka
13 dan 14 Pengurangan dua angka dengan dua
angka
18 dan 19
Melakukan penjumlahan dalam penyelesaian masalah
Penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan
20 Penjumlahan dua angka dengan teknik
menyimpan
21dan 22
Melakukan pengurangan dalam penyelesaian masalah
Pengurangan dua angka tanpa teknik meminjam
23 Pengurangan dua angka dengan teknik
meminjam
24 dan 25
Meskipun KD yang dipilih bukan merupakan KD yang berkaitan dengan menyelesaikan masalah, peneliti memasukan indikator yang berkaitan dengan menyelesaikan masalah. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk membuat konstrak yang baik pada instrument tes.
2.6.2.3Wawancara
Esterberg (dalam Sugiyono, 2011: 231) mengungkapkan bahwa wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan gagasan berdasarkan pertanyaan dan jawaban yang menghasilkan konstruksi
41 makna dari topik yang sedang dibicarakan. Wawancara terbagi dalam tiga jenis yaitu (1) wawancara terstruktur, (2) wawancara semiterstruktur, (3) wawancara tak berstruktur. Wawancara terstruktur merupakan jenis wawancara dengan pewawancara telah mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan. Hal ini dilakukan pewawancara yang sudah mengetahui informasi apa yang dibutuhkan dari narasumber. Wawancara semiterstruktur merupakan jenis yang lebih terbuka dalam mengungkapkan jawaban. Artinya narasumber dapat mengungkapkan ide-idenya dan dicatat oleh pewawancara. Berbeda dengan wawancara semiterstruktur, Wawancara tak berstruktur membebaskan pewawancara menanyakan apapun yang ingin ditanyakan. Sehingga pewawancara dapat mengetahui informasi secara mendalam (Sugiyono, 2011: 233-234).
Penelitian ini menggunkan jenis wawancara tak berstruktur. Wawancara dilakukan pada analisis kebutuhandan uji coba lapangan terbatas. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada dampak afektif yang ditimbulkan dari penggunaan papan penjumlahan dan pengurangan. Wawancara yang dilakukan peneliti lebih bersifat konfirmatif pada apa yang telah didapat melalui tes, kuesioner dan apa yang telah diinterpretasikan oleh peneliti. Interpretasi peneliti yang dimaksud adalah dampak afektif yang ditimbulkan dari penggunaan papan penjumlahan dan pengurangan. Kisi-kisi wawancara dapat dilihat pada lampiran 7.1 halaman 143.
2.6.2.4Observasi
Observasi terbagai dalam tiga jenis diantaranya (1) observasi partisipatif, (2) observasi terus terang dan tersamar, (3) observasi tak terstruktur (Faisal dalam Sugiyono, 2011: 226). Observasi partisipatif merupakan observasi dengan pengamat turut melakukan apa yang dilakukan oleh objek yang diamati. Jenis observasi ini terbagi dalam observasi yang pasif, moderat, aktif, dan lengkap. Observasi terang tersamar merupakan jenis observasi dimana pengamat menyatakan diri sedang mengamati objek untuk keperluan tertentu, sehingga objek mengetahui bahwa ia sedang diamati. Terakir adalah observasi tak berstruktur. Observasi ini dilakukan karena fokus penelitian belum jelas, sehingga observasi dapat berkembang saat observer terjun langsung ke lapangan (Sugiyono, 2011: 227-288).
42 Penelitian ini menggunakan observasi partisipatif dengan jenis observasi aktif. Peneliti merupakan observer sekaligus pendidik dalam bimbingan kelompok yang dilakukan oleh lima siswa pada uji lapangan terbatas. Oleh sebab itu, peneliti ikut terlibat dalam aktivitas responden namun tidak semua yang responden lakukan juga dilakukan oleh peneliti. Kisi-kisi observasi dapat dilihat pada lampiran 7.1halaman 145.