• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

3. Hasil Uji t

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan signifikansi dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan untuk memeriksa lebih lanjut manakah diantara kelima variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan Islamic Social Responsibility perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian ini, dari kelima variabel independen yang dimasukkan dalam model dengan signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa hanya variabel ukuran Dewan Pengawas Syariah yang berpengaruh signifikan terhadap variabel pengungkapan ISR. Sedangkan variabel ukuran Dewan Komisaris, rapat Dewan Komisaris, ukuran Komite Audit, dan rapat Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel pengungkapan ISR.

87 Tabel 4.11 Hasil Uji T Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 16,311 4,706 3,466 ,002 DPS 5,142 1,889 ,540 2,722 ,011 Dekom -,321 ,772 -,093 -,415 ,681 Rapdekom -,092 ,268 -,063 -,343 ,734 Komdit -1,208 ,988 -,288 -1,222 ,232 Rakom ,076 ,121 ,123 ,631 ,534

a. Dependent Variable: ISR

Sumber : Data yang telah diolah 2015

Hasil pengujian terhadap hipotesis-hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

a. Ukuran Dewan Pengawas Syariah terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting.

Variabel ukuran Dewan Pengawas Syariah memiliki nilai thitung sebesar 2,722. Nilai sig 0,011 < α (0,05), hal ini berarti variabel ukuran Dewan Pengawas Syariah signifikan pada level 5%. Dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran Dewan Pengawas Syariah berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan ISR pada Bank Umum Syariah. Dengan demikian, H1 “Ukuran Dewan Pengawas Syariah berpengaruh positif terhadap pengungkapan Islamic Social Responsibility” diterima.

88

Hasil penelitian ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan ukuran Dewan Pengawas Syariah memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan sosial perusahaan, diantaranya adalah penelitian Farook dan Lanies (2005), serta Charles dan Chariri (2012). Selain itu, pengungkapan Islamic Social Reporting sejalan dengan tugas dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan komponen dari Islamic Governance. Dewan Pengawas Syariah sesuai dengan peraturan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Tahun 2009 Nomor 101, menetapkan bahwa Dewan Pengawas Syariah sebagai pengawas terhadap produk dan kegiatan penghimpunan dan pembiayaan dan kegiatan BPRS lainnya, serta memberikan pendapat terkait aspek pemenuhan prinsip syariah atas produk dan aktivitas baru terkait dengan pemenuhan prinsip syariah. Dewan Pengawas Syariah mempunyai peran dalam pengungkapan Islamic Social Reporting perbankan syariah karena DPS mempunyai wewenang mengawasi kepatuhan perusahaan terhadap prinsip syariah, antara lain mengawasi kegiatan menyalurkan dana zakat, infak, sedekah yang bisa diakui sebagai bentuk ISR perusahaan.

Dewan Pengawas Syariah dalam jumlah yang cukup banyak dengan beragam perspektif dan pengalaman dapat mengakibatkan review pada pelaporan perusahaan yang lebih baik terutama dalam hal tata kelola perusahaan dan pelaporan sosial perusahaan. Dengan demikian, semakin banyak jumlah DPS dapat meningkatkan level pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sesuai syariat Islam.

89 b. Ukuran Dewan Komisaris terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting

Variabel ukuran Dewan Komisaris (Dekom) memiliki nilai thitung sebesar -0,415. Nilai sig 0,681 > α (0,05), hal ini berarti variabel ukuran Dewan Komisaris tidak signifikan pada level 5%. Dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan ISR. Dengan demikian, H2 “ ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan Islamic Social Responsibility” ditolak.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penemuan Matoussi dan Chakroun (2008), yang menyatakan bahwa ukuran Dewan Komisaris tidak mempengaruhi luas pengungkapan sukarela. Ketentuan di Indonesia dalam UU No. 40 tahun 2007 menyebutkan bahwa Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat, menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai sedikit dua orang anggota Dewan Komisaris. Hal ini berarti besar kecilnya ukuran Dewan Komisaris tidak dapat menjamin adanya mekanisme pengwasan yang lebih baik, karena bukan merupakan faktor penentu utama dari efektifitas pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Efektivitas mekanisme pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh Dewan Komisaris tergantung pada nilai, norma, dan klepercayaan yang diterima suatu organisasi. Dengan demikian, untuk mencapai transaparansi dan pengungkapan ISR yang lebih luas, maka pembentukan Dewan Komisaris harus memperhitungkan komposisi, kemampuan, dan integrityas anggota, sehingga dapat

90

melakukan fungsi pengawasan, pengendalian, dan mampu memberikan arahan kepada manajemen dengan baik demi kepentingan bersama.

c. Rapat Dewan Komisaris terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting

Variabel rapat Dewan Komisaris (Rapdekom) memiliki nilai thitung sebesar -0,343. Nilai sig 0,734 > α (0,05), hal ini berarti variabel rapat Dewan Komisaris tidak signifikan pada level 5%. Dapat disimpulkan bahwa variabel rapat Dewan Komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan ISR. Dengan demikian, H3 “ rapat Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan Islamic Social Responsibility” ditolak.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Mizrawati (2009) yang menunjukkan temuan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekuensi pertemuan Dewan Komisaris dengan tingkat pengungkapan sukarela. Hal ini terjadi dimungkinkan karena rapat-rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris kurang efektif, dikarenakan adanya dominasi suara dari anggota Dewan Komisaris yang mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya dan mengesampingkan kepentingan perusahaan (Muntoro, 2006). Selain itu, rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris tidak hanya membahas mengenai masalah pengungkapan laporan sosial perusahaan, akan tetapi rapat Dewan Komisaris juga bertujuan untuk membahas masalah mengenai arah dan strategi perusahaan, evaluasi kebijakan yang telah diambil atau dilakukan oleh manajemen, dan mengatasi masalah benturan kepentingan (FCGI, 2002). Oleh karena itu, rapat Dewan

91

Komisaris tidak berkaitan langsung dengan pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan.

d. Ukuran Komite Audit terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting

Variabel ukuran Komite Audit (Komdit) memiliki nilai thitung sebesar -1,222. Nilai sig 0,232 > α (0,05), hal ini berarti variabel ukuran Komite Audit tidak signifikan pada level 5%. Dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran Komite Audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan ISR. Dengan demikian, H4 “Ukuran Komite Audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan Islamic Social Responsibility” ditolak.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Akhtaruddin et.al (2009) yang menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh antara ukuran Komite Audit dengan tingkat pengungkapan sukarela. Hal ini berarti berapapun jumlah anggota Komite Audit tidak akan mempengaruhi luas pengungkapan ISR karena belum dapat menjadikan mekanisme pengawasan yang efektif terhadap manajemen perusahaan. Dari data yang ada, dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah angota Komite Audit adalah 3, yang artinya bahwa sebagian besar Bank Umum Syariah mempunyai 3 orang anggota Komite Audit. Hal ini berbanding lurus dengan perarturan Bapepam nomor IX.1.5 tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja Komite Audit, tanpa mempertimbangkan efektivitas dan kompleksitas perusahaan. Oleh karena itu, dimungkinkan bahwa jumlah anggota Komite Audit tersebut hanya sebagai formalitas untuk memenuhi peraturan Bapepam.

92 e. Rapat Komite Audit terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting

Variabel rapat Komite Audit (Rapat_Komdit) memiliki nilai thitung sebesar 0,631. Nilai sig 0,534 > α (0,05), hal ini berarti variabel rapat Komite Audit tidak signifikan pada level 5%. Dapat disimpulkan bahwa variabel rapat Komite Audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan ISR. Dengan demikian, H5 “Rapat Komite Audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan

Islamic Social Responsibility” ditolak.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahman dan Ali (2006). Penelitian Rahman dan Ali (2006) menyatakan bahwa tingkat frekuensi atau jumlah pertemuan yang dilakukan oleh Komite Audit tidak menjamin bahwa pelaksanaan monitoring terhadap manajemen untuk melakukan pengungkapan sosial akan berjalan secara efektif. Hal ini disebabkan rapat yang dilakukan oleh komite audit berfokus pada pembahasan mengenai ruang lingkup audit, tanggung jawab dan independensi internal auditor sesuai dengan standar audit yang berlaku, pembahasan mengenai laporan keuangan Bank Umum Syariah, serta pembahasan atas beberapa temuan audit dan tindak lanjut dari hasil audit sebelumnya.

93 BAB V