• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

1. Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)

Pengungkapan tanggung jawab sosial dalam penelitian ini diukur dengan nilai (score) mengacu pada indeks Islamic Social Reporting (ISR). Nilai ISR diperoleh dari hasil content analysis terhadap seluruh sampel penelitian. Pengukuran dengan indeks ISR dipilih karena perusahaan yang diteliti adalah Bank Umum Syariah, jadi model pengukuran CSR lebih tepat apabila menggunakan indeks ISR karena nilai ISR diyakini sesuai dengan perspektif Islam. Content analysis dilakukan dengan memberi nilai pada setiap komponen ISR secara dikotomi, yaitu nilai 1 apabila komponen tersebut diungkapkan dan nilai 0 apabila tidak diungkapkan. Kemudian total nilai yang diperoleh dijumlahkan dan dibagi dengan nilai total nilai yang diharapkan. Berikut adalah hasil perhitungan ISR secara keseluruhan pada Bank Umum Syariah tahun 2012-2014.

71 Tabel 4.1

Nilai Islamic Social Reporting pada Bank Umum Syariah di Indonesia

Sumber : Data sekunder yang diolah 2015

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hampir semua Bank Umum Syariah menujukkan kenaikan indeks ISR setiap tahunnya. Luas pengungkapan ISR rata-rata yang dilakukan oleh bank sampel adalah 26,68 item atau 66,7% pada tahun 2012. Kemudian meningkat menjadi 29,69 item atau 74%, dan menjadi 30,90 item atau 77% di tahun 2014. Terdapat beberapa item atau bidang yang masih jarang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan seperti di bidang lingkungan dan investasi keuangan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya peraturan yang jelas dan detail mengenai kewajiban luas pengungkapan yang berhubungan dengan aspek syariah di bidang tersebut.

No Nama Bank

Tahun Rasio ISR

2012 2013 2014 2012 2013 2014 1 Bank Muamalat 37,66 37,91 39,41 0,94 0,95 0,99 2 Bank Syariah Mandiri 36,41 36,41 37,91 0,91 0,91 0,95 3 Bank Syariah Mega 30,08 30,08 31,33 0,75 0,75 0,78 4 BRI Syariah 26,25 27,58 30,33 0,66 0,69 0,76 5 Bank Syariah Bukopin 27,75 29,33 30,91 0,69 0,73 0,77 6 BNI Syariah 33,66 35,66 34,33 0,84 0,89 0,86 7 Bank Victoria Syariah 20,00 24,50 24,50 0,50 0,61 0,61 8 BCA Syariah 26,33 28,08 29,33 0,66 0,70 0,73 9 Bank Jabar Banten Syariah 26,66 25,66 28,16 0,67 0,64 0,70 10 Panin Bank Syariah 25,08 23,75 25,08 0,63 0,59 0,63 11

Maybank Indonesia

Syariah 25,58 27,58 28,58 0,64 0,69 0,71 Total 315,46 326,54 339,87

72 Gambar 4.1

Perbandingan Pengungkapan ISR

Sumber : Data sekunder yang diolah 2015

Bank Muamalat merupakan bank yang konsisten memiliki nilai indeks ISR tertinggi selama tahun 2012-2014. Pada tahun 2012 nilai indeks ISR Bank Muamalat adalah 37,66 poin atau 94%, kemudian meningkat menjadi 37,91 poin atau 95% pada tahun 2013, dan 39,41 poin atau 99% pada tahun 2014. Nilai indeks ISR terendah pada tahun 2012 dimiliki Bank Victoria Syariah dengan poin 20 atau 50%. Nilai indeks ISR terendah pada tahun 2013 dimiliki Panin Bank Syariah dengan poin 23,75 atau 59% dan nilai ISR terendah pada tahun 2014 kembali dimiliki oleh Bank Victoria Syariah dengan 24,5 poin atau 61%. Rendahnya nilai indeks ISR yang dimiliki oleh Bank Victoria Syariah dan Panin Bank Syariah tidak berarti bahwa bank tersebut tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dengan baik, karena ada

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%

BMI BSM BSMI BRIS BSB BNIS BVS BCAS BJBS PBS MIS

2012 2013 2014

73

kemungkinan bank tersebut telah melaksanakan tanggung jawab sosial hanya saja tidak diungkapkan dalam laporan tahunan (annual report).

Hasil analisis di atas juga menunjukkan bahwa Bank Umum Syariah yang memiliki nilai indeks ISR tertinggi ditempati oleh Bank Syariah yang sama setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan adanya tindakan yang cukup konsisten dalam mengungkapkan item-item yang ada dalam ISR setiap tahunnya. Bank Syariah dengan nilai terendah juga hampir ditempati oleh Bank Syariah yang relatif sama setiap tahunnya. Bank yang memiliki nilai indeks ISR terendah cenderung hanya melakukan pengungkapan pada tema Corporate Governance. Namun yang dimaksud dengan Islamic Social Reporting disini adalah pengungkapan yang dilakukan pada seluruh aspek perusahaan baik itu peran perusahaan dalam kegiatan ekonomi maupun dalam hal spiritualitas seperti zakat, wakaf, dana qardh, dan larangan riba. Selain itu Islamic Social Reporting juga termasuk keadilan yang dilakukan oleh perusahaan baik itu kepada lingkungan maupun kepada sesama manusia.

Dalam pengungkapan indeks ISR pada Bank Umum Syariah ini, terdapat enam indikator utama yaitu investasi dan keuangan, produk dan jasa, tenaga kerja, sosial lingkungan dan tata kelola organisasi. Berikut adalah hasil perhitungan content analysis berdasarkan tema terhadap sampel tahun 2012-2014.

74 Tabel 4.2

Nilai content analysis BUS di Indonesia berdasarkan tema

Sumber : Data sekunder yang diolah 2015

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan jumlah indeks ISR setiap tahun kecuali pada tema produk dan jasa yang selalu konstan setiap tahunnya. Produk dan jasa terdiri dari tiga item yang diungkapkan dalam penelitian ini yaitu status halal atau syariah dalam produk, pengembangan produk, dan peningkatan pelayanan. Semua Bank Umum Syariah mengungkapkan ketiga item tersebut di dalam laporan tahunan perusahaan setiap tahunnya. Peningkatan pengungkapan ISR pada Bank Umum Syariah tersebut menandakan bahwa Bank Umum Syariah selalu berupaya untuk menaikkan kualitas pengungkapan ISR.

Corporate Governance merupakan tema yang paling sering diungkapkan dalam laporan tahunan Bank Umum Syariah setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena adanya peraturan yang cukup mengikat mengenai pengungkapan laporan sosial di Indonesia di bidang ini. Pelaksanaan Good Corporate Governance oleh Bank Umum Syariah di Indonesia diatur oleh peraturan Bank Indonesia nomor 11/33/2009 dan

No Tema 2012 2013 2014

1 Investasi dan Keuangan 10 10,25 10,25

2 Produk dan Jasa 33 33 33

3 Tenaga Kerja 23,5 28,75 31,75

4 Sosial 57,96 56,29 64,62

5 Lingkungan 8 10 11

6 Tata Kelola Organisasi 140 145 146

75

kegiatan ini akan dievalusi oleh Bank Indonesia. Sedangkan tema dengan niai terendah adalah tema lingkungan (environment). Hal ini berarti bahwa Bank Umum Syariah kurang baik dalam melakukan pengungkapan di bidang lingkungan.

B.Analisis Statistik Deskriptif

Berikut adalah hasil analisis statistik deskriptif pada variabel pengungkapan ISR, ukuran DPS, ukuran Dewan Komisaris, frekuensi rapat dewan komisaris, ukuran Komite Audit, dan frekuensi rapat Komite Audit.

Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ISR 33 16,00 34,91 25,8273 4,65432 DPS 33 2 3 2,36 ,489 Dekom 33 2 7 3,91 1,355 Rap_Dekom 33 3 15 9,36 3,180 Komdit 33 2 6 3,67 1,109 Rakom 33 3 31 11,70 7,510 Valid N (listwise) 33 Keterangan :

 ISR merupakan Islamic Social Reporting.

 DPS merupakan jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah

 Dekom merupakan jumlah Dewan Komisaris dalam suatu perusahaan.  Rap_Dekom merupakan frekuensi rapat Dewan Komisaris dalam suatu

perusahaan.

76

 Komdit merupakan jumlah Komite Audit dalam suatu perusahaan.

 Rakom merupakan frekuensi rapat Komite Audit dalam suatu perusahaan.

Tabel 4.3 menjelaskan mengenai hasil statistik deskriptif. Berdasarkan tabel di bawah dapat terlihat bahwa rata-rata pengungkapan ISR yang dilakukan oleh Bank Syariah adalah 25,82 dari total 40 komponen yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengungkapan ISR yang dilakukan oleh Bank Syariah yang dijadikan sampel sudah cukup baik karena di atas 50% yaitu sebesar 64%. Nilai simpangan baku atau standar deviasi ISR yaitu 4,65 jauh lebih kecil dari nilai rata-rata dan berarti bahwa tingkat penyimpangan datanya kecil. Nilai minimum ISR yaitu 16 yang merupakan nilai ISR dari Bank Victoria pada tahun 2012. Sedangkan nilai maksimum ISR yaitu 34,91 yang merupakan nilai ISR dari Bank Muamalat pada tahun 2014. Perbedaan yang cukup menjauh antara nilai minimum dan maksimum ini dapat disebabkan karena pengungkapan ISR bukanlah suatu keharusan melainkan sukarela dilakukan oleh setiap Bank Umum Syariah dan tergantung pada kebijakan Bank Umum Syariah tersebut.

Variabel ukuran Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang diukur dengan jumlah anggota DPS mempunyai nilai rata-rata 2,36. Nilai standar deviasi adalah 0,48. Kemudian DPS memiliki nilai minimum 2 yang berarti bahwa jumlah minimum anggota DPS Bank Umum Syariah di Indonesia adalah sebanyak 2 orang. Bank tersebut adalah BRI Syariah, Bukopin Syariah, BNI Syariah, Victoria Syariah, BCA Syariah, Panin Bank Syariah, dan Maybank Syariah. Nilai maksimum dari variabel

77

Islamic Governance adalah 3 yang berarti bahwa jumlah maksimum anggota DPS yang dimiliki oleh Bank Umum Syariah di Indonesia adalah 3 orang. Bank tersebut adalah Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, dan Bank Syariah Mega, dan Bank Jabar Banten Syariah.

Variabel ukuran Dewan Komisaris mempunyai nilai rata-rata 3,91 yang dibulatkan menjadi 4 karena variabel ukuran Dewan Komisaris merupakan jumlah dari oirang. Nilai standar deviasi sebesar 1,35. Nilai minimum variabel ukuran Dewan Komisaris adalah 2 yaitu Maybank Indonesia pada tahun 2012 dan 2014. Sedangkan nilai maksimum variabel ukuran Dewan Komisaris adalah 7 yaitu Bank Jabar Banten Syariah pada tahun 2014. Kriteria jumlah Dewan Komisaris adalah minimal 3 anggota dan tidak melampaui jumlah anggota Direksi pada perusahaan tersebut.

Variabel frekuensi rapat Dewan Komisaris mempunyai nilai rata-rata 9,36 yang dibulatkan menjadi 9 kali rapat. Nilai standar deviasi sebesar 3,18. Nilai minimm variabel rapat Dewan Komisaris adalah 3 yaitu Bank Muamalat pada tahun 2012, sedangkan nilai maksimum variabel rapat Dewan Komisaris adalah 15 yaitu Bank Syariah Mega Indonesia pada tahun 2014. Dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Pasal 14 paragraf 3 menjelaskan bahwa rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan paling kurang 1 kali dalam 2 bulan yang berarti bahwa Dewan Komisaris minimal mengadakan rapat enam kali dalam satu tahun.

Variabel ukuran Komite Audit mempunyai nilai rata-rata 3,67. Nilai standar deviasi sebesar 1,109. Nilai minimum variabel ukuran Komite Audit adalah 2 yaitu

78

Bank Bukopin Syariah tahun 2012-2014, sedangkan nilai maksimum variabel ukuran Komite Audit adalah 6 yaitu Bank Jabar Banten Syariah tahun 2013, 2014, dan Bank BNI Syariah tahun 2013. Dalam ketentuan yang berlaku ditetapkan bahwa jumlah anggota Komite Audit sekurang-kurangnya 3 orang, termasuk Ketua Komite Audit.

Variabel rapat Komite Audit mempunyai nilai rata-rata 11,7. Nilai standar deviasi sebesar 7,51. Nilai minimum variabel rapat Komite Audit adalah 3 yaitu Bank Muamalat pada tahun 2012, sedangkan nilai maksimum variabel rapat Komite Audit adalah 31 yaitu Bank Syariah Mandiri pada tahun 2014.

C.Uji Asumsi Klasik

Penggunaan alat statistik regresi berganda mensyaratkan dilakukannya pengujian asumsi klasik. Jika asumsi klasik tidak terpenuhi akan menyebabkan bias pada hasil penelitian. Asumsi klasik yang perlu diuji adalah Uji Normalitas, Multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.