• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hidup Adalah Peperangan

Dalam dokumen publikasi e-jemmi (Halaman 77-83)

utama lemahnya doa kita adalah sikap acuh kita terhadap kebenaran ini. Doa

merupakan sarana komunikasi utama selama masa perang bagi misi gereja karena melaluinya kita dapat melawan kuasa kegelapan dan ketidakpercayaan. Tidak heran kalau doa tidak berfungsi ketika kita berusaha menjadikannya interkom lokal untuk memanggil Ia yang ada di atas agar memberikan kenyamanan dalam hidup kita. Tuhan sudah memberikan doa sebagai sarana komunikasi semasa perang agar kita dapat memanggil pimpinan bila kita memerlukan sesuatu, selama kerajaan Kristus

berkembang di dunia ini. Doa menjelaskan pentingnya kekuatan garis depan dan memuliakan Tuhan sebagai seorang Penyedia yang Mahakuasa. Ia yang memberikan kekuatan akan dimuliakan. Jadi, doa menjaga supremasi Tuhan dalam misi, sekaligus juga menghubungkan kita dengan anugerah yang tak terbatas untuk semua yang kita butuhkan.

Hidup Adalah Peperangan

Ketika Paulus sampai pada akhir hidupnya, dalam 2 Timotius 4:7 ia mengatakan, "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." Dalam 1 Timotius 6:12 ia berkata pada Timotius, "Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil." Bagi Paulus, hidup adalah peperangan. Ya, ia juga

menggunakan gambaran lain -- tanah, peserta pertandingan, keluarga, bangunan, gembala, dll. Paulus mencintai kedamaian. Namun, peperangan terlihat jelas karena salah satu senjata yang dipakai adalah Injil damai sejahtera (Efesus 6:15)! Ia memang seseorang yang memiliki sukacita berlimpah. Namun, sukacita ini biasanya adalah "sukacita dalam kesesakan" saat misi peperangan (Roma 5:3; 12:12; 2 Korintus 6:10;

Filipi 2:17; Kolose 1:24; bandingkan 1 Petrus 1:6; 4:13).

Hidup adalah peperangan karena pemeliharaan iman dan perebutan hidup kekal adalah perjuangan yang tak putus-putusnya. Paulus menjelaskannya dalam 1 Tesalonika 3:5, bahwa Iblis berusaha menghancurkan iman kita. "Aku telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku khawatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia." Iblis menyerang iman orang-orang Kristen di Tesalonika, tujuannya adalah untuk membuat pekerjaan Paulus di sana menjadi sia-sia -- kosong dan hancur.

Paulus percaya bahwa orang-orang yang terpilih memperoleh perlindungan kekal ("dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya," Roma 8:30). Namun, orang-orang yang beroleh perlindungan kekal adalah mereka yang "meneguhkan panggilan dan pemilihan mereka" dengan "bertanding dalam pertandingan iman yang benar dan merebut hidup yang kekal" (2 Petrus 1:10; 1 Timotius 6:12). Yesus berkata,

78

"Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan diselamatkan." dan Iblis selalu berusaha untuk menghancurkan iman kita.

Kata "berjuang" dalam 1 Timotius (kata "agonize", 'menderita' berasal dari kata

"agonizesthai") sering kali digunakan untuk menggambarkan kehidupan Kristen. Yesus berkata, "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat" (Lukas 13:24). Ibrani 4:11 mengatakan, "Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorang pun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga." Paulus mengibaratkan kehidupan Kristen seperti sebuah pertandingan dan berkata, "Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi" (1 Korintus 9:25). Ia menggambarkan pelayanan pengabaran dan pengajarannya seperti berikut, "Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku" (Kolose 1:29). Ia juga menyatakan bahwa doa adalah bagian dari pergumulan ini, "Epafras, ia seorang dari antaramu, hamba Kristus Yesus, yang selalu bergumul dalam doanya untuk kamu" (Kolose 4:12). "Bergumullah bersama-sama dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku" (Roma 15:30). Kata yang sama selalu muncul: berjuang. Terkadang Paulus menjelaskan dengan istilah perjuangan yang lain, berkaitan dengan hidupnya yang penuh perjuangan. Ia mengatakan, "Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak" (1 Korintus 9:26-27). Ia berlomba, bertanding, dan berjuang melawan dirinya sendiri. Sehubungan dengan pelayanannya, ia mengatakan, "Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus" (2 Korintus 10:3-5).

Paulus mendorong Timotius untuk memandang keseluruhan pelayanannya sebagai suatu peperangan. "Tugas ini kuberikan kepadamu, Timotius anakku, sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh nubuat itu engkau memperjuangkan perjuangan yang baik" (1 Timotius 1:18). "Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya" (2 Timotius 2:4). Dengan kata lain, misi dan pelayanan adalah peperangan.

Barangkali perikop yang paling dikenal mengenai peperangan dalam hidup sehari-hari terdapat dalam Efesus 6:12-18, di mana Paulus membuat daftar "seluruh perlengkapan senjata Allah". Jangan lupakan arti keseluruhannya. Pengertian sederhana tentang perikop ini ialah bahwa hidup adalah peperangan. Paulus mengartikan hal ini dengan sederhana, lalu memberitahu kita bahwa jenis peperangannya "bukanlah melawan

79

darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan

penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu, ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah" (ay. 12-13).

Seluruh berkat yang berharga dalam hidup, yang tidak kita sangka sekalipun, ternyata dapat digunakan dalam peperangan. Jika kita mengetahui kebenaran, gunakanlah sebagai ikat pinggang. Jika kita memiliki keadilan, pasanglah sebagai baju zirah. Jika kita bersukacita karena Injil damai sejahtera, jadikanlah sebagai kasut. Jika kita bersandar pada janji-janji Tuhan, iman harus dikencangkan sebagai perisai untuk melindungi kita dari panah berapi. Jika kita bersukacita karena keselamatan kita, gunakanlah keselamatan itu sebagai ketopong. dan jika kita mencintai firman Tuhan karena lebih manis daripada madu, gunakan firman Tuhan itu sebagai pedang.

Sebenarnya, setiap berkat yang biasa diterima dalam hidup kristiani dimaksudkan untuk digunakan dalam peperangan. Hidup tidak terbagi menjadi dua, berperang dan tidak berperang. Hidup (seluruhnya) adalah peperangan.(t/Lanny)

Bahan diterjemahkan dari sumber:

Judul buku : Let The Nations Be Glad! (The Supremacy of God in Missions) Judul artikel asli : The Supremacy of God in Missions Through Prayer

Penulis : John Piper

Penerbit : Baker Books, Amerika, 1996 Hal : 41 -- 44

80

Doakan Misi Dunia

Fiji

Situasi di Fiji masih kacau setelah adanya kudeta pada bulan Desember yang lalu.

Pada awal bulan Januari, Komodor Frank Bainimarama diangkat menjadi pemimpin Fiji, setelah berhasil merebut kekuasaan negara tersebut dengan angkatan bersenjatanya.

Sejak itu, ia membubarkan Parlemen dan mencopot Perdana Menteri terpilih dari

jabatannya. Sebagai tanggapan, pejabat yang dicopot itu menuntut diberikannya sanksi terhadap rezim militer ini.

Sayangnya, situasi di wilayah tersebut baru kembali stabil setelah melalui proses pemulihan yang memakan empat tahun setelah kudeta yang dilakukan pada tahun 2000. Peristiwa yang terjadi baru-baru ini akan mengguncangkan perekonomian. dan karena proses pemulihannya akan lambat, golongan miskinlah yang paling menderita.

Yang paling merugikan adalah merosotnya sektor pariwisata, dengan ekspor dan produk domestik bruto yang menurun secara signifikan. Pihak militer menyatakan, diperlukan waktu selambatnya lima tahun dan paling cepat dua belas bulan untuk memulihkan demokrasi.

Karena situasi yang seperti ini, pemerintah Amerika Serikat tidak dapat menjamin keamanan penduduk Amerika bila bepergian ke Fiji. Namun, Woodrow Kroll dari Back to the Bible tetap pada rencananya untuk mengunjungi wilayah tersebut.

Siaran program Back to the Bible yang diproduksi oleh Amerika bisa disimak di Fiji, yaitu di Radio Light dari ibukota, Suva. [Sumber: Mission Network News, Februari 2007]

Pokok Doa

Mohonkan pada Allah agar perdamaian di Fiji dapat tercipta. Doakan juga agar banyak jiwa yang datang mencari kedamaian di dalam nama-Nya lewat

pelayanan radio yang dilakukan Back to the Bible.

Berdoalah untuk tim pelayanan Back to the Bible agar terus mengudarakan harapan dari Kristus dalam situasi yang tak menentu di negara ini.

Haiti

Beberapa pria bersenjata menawan seorang misionaris Amerika beberapa hari yang lalu di dekat ibukota Haiti. Kini semakin banyak misionaris asing yang menjadi target penculikan untuk mendapatkan tebusan. Eva DeHart dari For Haiti With Love

mengatakan bahwa seorang staf mereka merasa optimis mereka tidak akan diganggu. Pertama karena kebanyakan staf mereka adalah warga Haiti. Alasan selanjutnya, "Kami memberikan pelayanan secara gratis kepada para penduduk tanpa terkecuali di klinik

81

tersebut serta menangani luka dan penyakit. Kami sedikit terlindungi karena pelayanan yang kami lakukan dan sangat terlindungi karena doa yang kami panjatkan." DeHart mengatakan bahwa mereka juga mengabarkan Injil, meski hanya sesekali disiarkan melalui program mereka. "Yang diperlukan untuk menyediakan pekerjaan adalah pemasukan dana internasional. Jika orang dapat bekerja dan memberi makan

keluarganya, mereka tidak akan tertarik untuk berkelahi dan membuat masalah. Mereka hanya merasa putus asa." [Sumber: Mission Network News, Februari 2007]

Pokok Doa

Berdoalah bagi misionaris yang sedang ditawan agar ia bisa segera kembali berkumpul bersama dengan keluarganya. Doakan juga keluarganya agar menyerahkan segala kekhawatiran mereka hanya kepada Tuhan.

Doakanlah para misionaris yang saat ini sedang melayani di Haiti. Mohonkan perlindungan Ilahi bagi mereka, mohonkan pula agar Roh Allah memberikan hikmat ketika mereka sedang memberitakan Injilnya.

Belanda

"Di negara mana pun, hanya sedikit kaum tuna rungu yang dapat dijangkau oleh Injil dibanding mereka yang memiliki pendengaran yang normal," kata Terri Chapman, misionaris dari Greater Europe Mission. Itulah alasan Chapman diutus untuk melayani orang-orang tuna rungu di Belanda.

Selama 23 tahun, Chapman menjadi seorang penerjemah bahasa isyarat di Amerika Serikat. Kemudian ia pindah ke Belanda dengan suaminya sebagai misionaris sepenuh waktu. Ia mengira pelayanannya sudah selesai. Setelah bertemu dengan dua orang tuna rungu dua tahun yang lalu, "Saya mulai mengikuti kelas penerjemahan bahasa isyarat Belanda untuk tingkat dasar. Lalu pada musim gugur, saya terlibat dalam program pelatihan penerjemah bahasa isyarat."

Chapman tidak mengindahkan penjangkauan orang-orang tuna rungu ketika ia dan suaminya masih bekerja. "Di Belanda, kami tinggal di daerah Amsterdam barat, dan saya benar-benar tidak mengindahkan penjangkauan orang-orang tuna rungu melalui Injil. Jadi, saya sedang berusaha memulai sesuatu di sana."

Ada yang bertanya pada Chapman, akankah orang-orang tuli lebih cepat merespons Injil dibanding orang yang normal. Chapman menjawab, "Saya tidak tahu apakah respons mereka akan lebih cepat, namun jika tidak tersedia jalan untuk

memperolehnya, bagaimana bisa merespons?"

Bahasa isyarat bukanlah bahasa universal. Chapman mengatakan bahwa ia

memerlukan doa karena terkadang ia merasa bingung antara Bahasa Isyarat Belanda dengan Bahasa Isyarat Amerika. "Banyak orang mengira bahasa isyarat itu universal, padahal tidak. Memang ada beberapa isyarat yang sama, namun banyak sekali yang berbeda. Jadi, saya mempelajari keseluruhan bahasa baru," tuturnya.

82

Tuhan sudah memberikan kesempatan pada Chapman, untuk berbagi dengan teman-teman di sekolahnya. "Salah satu hal menakjubkan yang telah Tuhan lakukan adalah Ia menempatkan saya dalam kelompok pelajar, lima orang di antaranya adalah orang yang sangat percaya pada Injil dan tertarik dalam penjangkauan," ujarnya. [Sumber: Mission Network News, Februari 2007]

Pokok Doa

Injil tidak hanya ditujukan bagi orang-orang yang bisa mendengar, tapi juga bagi mereka yang tuna rungu. Mari berdoa bagi orang-orang yang tuna rungu agar Roh Kudus bekerja di hati mereka, membuka hati dan pikiran mereka tentang Yesus, Juru Selamat manusia.

Naikkan ucapan syukur untuk penyertaan Tuhan bagi pelayanan pasangan Chapman dari Greater Europe Mission tersebut. Dukunglah pelayanan mereka dalam memberitakan Injil kepada orang-orang tuna rungu.

83

Sumber Misi

Dalam dokumen publikasi e-jemmi (Halaman 77-83)