• Tidak ada hasil yang ditemukan

Renungan Misi: Pelajaran dari Ruang Operasi

Dalam dokumen publikasi e-jemmi (Halaman 182-187)

Baca: Wahyu 7:9-17

"Kamu ... menerima pengajaran ... yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibarui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." (Efesus 4:21-24)

Dunia ruang operasi yang misterius sungguh menakutkan bagi mahasiswa, tapi aturan dasarnya adalah mempertahankan kesterilan. Saya pernah diizinkan melihat seorang ahli bedah plastik kenamaan bekerja. Ketika ia menunjukkan lukanya, semua siap untuk pembedahan, ia melangkah mundur dan menyenggol lengan saya. Saya tidak akan pernah melupakan pertanyaannya, "Kau menyentuhku?" Saya hanya manggut dan merasa malu sekali ketika ia berkata kepada perawat, "Saya sudah tidak steril."

Ketika Tuhan Yesus Kristus turun ke bumi, Ia sama sekali tak bercacat. Ia murni dan steril, sehingga Ia bisa membawa kesembuhan bagi dunia kita yang sudah tercemar. Saya membayangkan kehadiran-Nya di sini seperti kebalikan dari situasi di ruang operasi. Apa pun yang Ia sentuh menjadi bersih. Ketika Ia memilih untuk mati bagi dosa dunia, Ia mencemarkan diri-Nya sendiri, dan merasakan apa arti najis untuk pertama kalinya. Penderitaan dan penghinaan yang dialami-Nya tak terbayangkan. Untuk pertama kalinya, Ia tidak diperkenankan berdekatan dengan Bapa-Nya, dijauhkan dari semua yang Ia kasihi, karena Ia telah tercemar oleh dosa kita. Namun, Allah Bapa mampu, dengan kekuasaan-Nya yang menakjubkan, untuk memulihkan kesterilan Putra-Nya. Sekarang, melalui Tuhan Yesus, kita bisa dibalut dengan balutan steril -- pakaian keselamatan (Yesaya 61:10). Semua ini penting, sebelum kita, dengan yakin, bisa mendekati Allah.

Ketika kita memasuki ruang operasi dalam keadaan sebagaimana adanya, kita tidak steril dan dilarang masuk, kecuali kita sudah mencuci diri dengan sempurna dan memakai pakaian khusus. Demikian pula, kita tidak bisa mendekati Allah dengan mengandalkan kebaikan kita sendiri. Hanya anugerah-Nya yang bisa membuat kita bersih dan tetap menjaga kebersihan kita.

Sumber diambil dari:

Nama majalah : Sumber Hidup Praktisi Medis, Edisi 22 Januari 2006 Penulis : --

183

Tokoh Misi: Dokter Misionaris: Dr. C. Everett Koop

Setelah bekerja selama tiga puluh tahun sebagai dokter bedah anak terkemuka, Dr. C. Everett Koop mendekati masa pensiun pada pertengahan tahun 1970-an ketika beliau memutuskan bahwa perjuangan melawan aborsi itu sepenting usaha menyelamatkan nyawa di meja operasi. Koop adalah seorang Kristen taat yang mencurahkan hasratnya dalam menentang aborsi ke dalam dua buku, lima film pendidikan, dan tur ceramah ke berbagai kota di negaranya. Gaya argumentasinya netral: dalam satu bagian film, Koop memandangi lautan boneka telanjang yang melambangkan janin-janin korban aborsi dan berkata, "Saya berdiri di Sodom, tempat terjadinya kejahatan dan kematian."

Apa yang sudah dikerjakannya selama ini mendorong Ronald Reagan untuk

mencalonkan Koop sebagai "surgeon general" (kepala jawatan kesehatan) pada tahun 1981. Selama delapan bulan, pengangkatan Koop ditunda oleh Kongres karena kubu liberal menentang pandangan Koop, kefanatikannya, dan keyakinannya akan

kesehatan publik. Ketika akhirnya Koop memenangkan persetujuan Senat, beberapa orang mengharapkan dia membatasi anjurannya kepada masyarakat umum tentang peringatan untuk tidak merokok.

Koop yang sekarang berumur tujuh puluh tahun (saat berita ini ditulis), adalah seorang yang kontroversial, tapi rasa bangga dan sikap idealisnya yang dulu membuat kaum konservatif mendukungnya, sekarang membuat marah para aktivis sayap kanan. Hal ini diakibatkan oleh politik AIDS. Kepala jawatan kesehatan adalah pengacara utama pemerintah yang memiliki pandangan bahwa pendidikan seks adalah cara paling efektif untuk membatasi penyebaran AIDS. Dimulai dengan laporannya kepada presiden pada Oktober lalu, Koop bersikeras bahwa keterusterangan dan kondom adalah alat

kesehatan masyarakat yang lebih efektif daripada khotbah tentang kesucian. Minggu lalu, Koop adalah satu-satunya orang pemerintah yang menentang rencana pengujian penyebaran AIDS. Beliau mengatakan, "Saya kira, tak seharusnya seseorang dipaksa untuk mengikuti tes AIDS, untuk mengetahui penyebaran AIDS pada saat ini."

Koop, seorang yang berperawakan tinggi besar (enam kaki dan satu inci) dengan janggut seperti Kapten Ahad, dan bersuara keras ini, menyadari bahwa pekerjaan besarnya sebagai tokoh kesehatan nasional lebih berpengaruh daripada seorang pengkhotbah yang tegas. "Apa pun yang telah saya lakukan selama lima tahun menjabat sebagai kepala jawatan kesehatan," katanya, "telah saya lakukan dengan dorongan moral yang sungguh-sungguh." Perjuangannya mulai dari seruan

"masyarakat bebas rokok di tahun 2000", sampai pembelaan yang gigih terhadap bayi-bayi cacat. Koop yang bangga mengenakan seragam kebesaran sebagai kepala jawatan kesehatan dengan kancing berwarna emas, juga mempunyai maksud yang khusus: beliau mencoba, meski tidak terlalu sukses, untuk mempertahankan peraturan yang hampir punah -- peraturan yang mengharuskan semua anggota Layanan

Kesehatan Masyarakat (Public Health Service) untuk memakai seragam militer saat bertugas.

184

Perdebatan mengenai AIDS yang dilakukan Koop merupakan usahanya yang paling hebat. Mantan pengkritik liberal, seperti anggota California Democratic Congress, Henry Waxman, sekarang berkata bahwa penilaian awal mereka tentang Koop adalah salah. Namun, mantan sekutu dari konservatif, seperti Paul Weyrich dan Phyllis Schlafly, menentang Koop dengan tuduhan bahwa "proposal Koop untuk menghentikan penyebaran AIDS mencerminkan pandangan para homoseksual, bukan pandangan gerakan profamily."

Bulan lalu, golongan sayap kanan merusak acara makan malam penghormatan untuk Koop: sebelas sponsor memboikot makan malam tersebut, termasuk lawan presidensial Partai Republik, Senator Robert Dole dan seseorang dari Kongres, Jack Kemp. Malam itu, para demonstran yang menginginkan Koop dipecat berada di luar gedung tempat Koop menghadiri acara makan malam. Dengan sedih Koop menyatakan rasa terima kasihnya kepada mereka yang hadir dan mengambil risiko terkena imbas kegusaran kelompok sayap kanan. "Belum pernah dalam seumur hidup saya," katanya,

"menginginkan atau menghargai pertunjukan persahabatan seperti ini." Kepada mantan sekutunya, Koop mengeluhkan, "Mereka tidak mendengar apa yang sudah saya

katakan, tapi mereka mengkritik tentang apa yang orang katakan mengenai apa yang saya katakan. Hal itu sangat tidak membesarkan hati."

Sebagai kepala dokter bedah di Children's Hospital of Philadelphia, Koop menjadi terkenal atas keberhasilannya memperbaiki cacat lahir, termasuk memisahkan bayi kembar siam. Sejak saat itu, pada tahun 1940-an, beliau dan istrinya, Elizabeth, terjun dalam dunia penginjilan kekristenan. Koop sudah melihat jelas kaitan antara obat-obatan dan moralitas. Itu adalah visi yang menjiwai tugasnya sebagai kepala jawatan kesehatan. "Saya rasa Anda tidak akan bisa memisahkan agama Anda, etika, atau nilai-nilai moral dari cara Anda melakukan pekerjaan Anda," kata Koop. "Ada kesempatan-kesempatan dan kewajiban-kewajiban sosial yang melibatkan agama seseorang, seperti dengan penuh belas kasih merawat orang sakit."

Dalam minggu-minggu berikutnya, Koop mungkin harus mempertimbangkan kata-kata etisnya sendiri dalam menentang permintaan politik dari kebijakan pemerintah

mengenai AIDS. Koop tidak berjanji untuk diam, tapi diharapkan beliau akan tunduk kepada kehendak presiden: "Saya adalah seorang pegawai pemerintah dalam bidang kesehatan, dan saya harus mendukung hukum yang ada di negara saya. Itulah tugas saya." Ini adalah sebuah pekerjaan yang akan menjadi semakin berat sembari Amerika berjuang untuk menahan penyebaran AIDS. (t/Dian)

Bahan diterjemahkan dari sumber:

Situs : Majalah Time, Edisi Senin, 8 Juli 1987 Judul asli : The Missionary Doctor

Penulis : tidak dicantumkan

185

Doakan Misi Dunia

Burundi

Festival rohani selama lima hari yang diadakan di negara Burundi, Afrika Timur, yang dilayani oleh penginjil dan Eternity Minded Ministries (EMM), dipadati oleh lebih dari 75.000 orang. Lebih dari lima ribu jiwa berdoa untuk menerima Kristus. "Ada yang mengatakan bahwa Gitega adalah kota yang dingin, tidak mau menerima Injil dan kami hanya akan membuang-buang waktu saja di sana," ujar Carl, ketua pelayanan EMM. Akan tetapi, malam pertama ternyata dibanjiri oleh 15.000 orang, dan orang-orang itu sampai berkerumun di bawah pohon. Hal ini mengejutkan para pendeta lokal. Para pendoa syafaat merasa cemas dan mereka berdoa agar Tuhan tidak menurunkan hujan. Meski hujan lebat sering turun selama festival, namun cuaca selalu cerah pada saat pemberitaan Injil. Selama hari itu, para anggota pelayanan juga mengunjungi banyak sekolah, penjara, rumah sakit, panti asuhan, dan barak militer untuk melakukan pelayanan. Sumber: Christian Newswire, Maret 2007

Pokok Doa

Doakan negara Burundi yang membutuhkan kebangunan rohani. Kiranya, festival rohani ini mendorong orang-orang yang telah menerima Injil untuk menjadi terang bagi orang-orang di sekeliling mereka.

Doakan pelaksanaan tindak lanjut acara ini, khususnya gereja-gereja yang akan menampung mereka, supaya dilakukan pembinaan yang terarah dan tepat untuk menolong mereka bisa terus bertumbuh.

Global

Lima belas organisasi yang melayani gereja-gereja teraniaya, mengadakan pertemuan di Amsterdam, Belanda pada bulan Maret lalu, dan membentuk suatu jaringan yang diberi nama Religius Liberty Partnership. Tujuannya adalah mengoordinasi upaya-upaya untuk meningkatkan kepedulian terhadap kebutuhan gereja-gereja teraniaya dan pelayanan organisasi, serta berdoa bersama. Anggotanya meliputi Open Doors, Voice of the Martyrs, Christian Solidarity International, Christian Solidarity Worldwide, World Evangelical Alliance, dan sekitar sepuluh lembaga serupa lainnya. "Ini merupakan peristiwa bersejarah, karena untuk pertama kalinya, kesepuluh organisasi ini berkumpul bersama dan bergandengan tangan," kata Johan dari World Evangelical Alliance. "Pemenang yang sesungguhnya adalah saudara-saudara kita yang menderita. Perkembangan ini juga memberikan sinyal positif kepada gereja dunia mengenai semangat persatuan yang ada dalam pertemuan di Amsterdam itu," tambahnya. Sumber: Assist News Service, Maret 2007

186

Mari mendukung pengoordinasian semua lembaga Kristen yang terbeban untuk melayani gereja-gereja teraniaya dalam doa. Berdoalah agar pertemuan di Amsterdam tersebut mengefektifkan pelayanan mereka.

Doakan juga agar gereja-gereja sedunia memiliki semangat yang sama untuk menolong gereja-gereja teraniaya. Biarlah semangat ini juga bisa ditularkan kepada seluruh jemaat, sehingga jemaat pun bisa berbagian di dalamnya.

Etiopia

International Christian Concern (ICC), sebuah lembaga hak asasi manusia yang berpusat di Wahington DC, baru saja mendapat kabar bahwa seorang penginjil berkebangsaan Etiopia, bernama Tedase, dipukuli sampai mati oleh kaum ekstremis pada hari Senin, 26 Maret, saat Tedase dan dua wanita muda menjalankan tugas penginjilan ke jalan-jalan di Jimma, Etiopia. Ini merupakan kejadian kedua dalam enam bulan, dimana orang-orang Kristen yang tinggal di Etiopia bagian Tenggara diserang dan dibunuh oleh golongan ekstremis.

Senin siang lalu, Tedase dan dua rekan wanitanya sedang menjalankan penginjilan di Jalan Merkato yang terletak di Jimma, Etiopia bagian Selatan, di mana tempat ibadah Wahabbi berada. Ketika mereka melewati tempat ibadah tersebut, segerombolan ektremis keluar dari tempat ibadah dan mulai mengejar untuk menghadang mereka. Kedua rekan wanita Tedase berhasil melarikan diri dari kepungan tersebut, namun Tedase tetap dikejar. Kaum ektremis itu berhasil menyusul Tedase, menariknya masuk ke dalam sebuah rumah ibadah, dan memukulinya dengan beringas sampai ia mati. Sumber-sumber dari Jimma melaporkan bahwa Tedase dipukuli dengan kekuatan yang sudah diperhitungkan untuk membunuhnya. Ini bukanlah kecelakaan atau kasus

keberingasan massa yang lepas kendali. Mayatnya kemudian dibawa ke rumah sakit untuk diotopsi dan ia dikuburkan pada hari Selasa, 27 Maret.

Sebuah sumber juga mengungkapkan bahwa orang-orang Kristen di Jimma

mengadakan sebuah kampanye penginjilan, dan berita penjangkauan itu menyebar di antara penduduk Jimma, tak terkecuali golongan ekstremis yang tinggal di daerah tersebut. Orang-orang yang tergabung dalam sekte Wahabbi sengaja memukuli Tedase sampai mati, dengan maksud sebagai pesan untuk orang-orang Kristen bahwa mereka siap memberantas penginjilan.

Para pemimpin gereja injili takut jika polisi tidak mengindahkan kematian Tedase ini, peristiwa ini akan menjadi lampu hijau bagi golongan-golongan ekstremis di daerah tersebut untuk menyerang orang-orang Kristen di lingkungan mereka tanpa mau mempertanggungjawabkannya. Sumber: International Christian Concern, Maret 2007

Pokok Doa

Doakan kaum ektremis agama lain yang tidak menghendaki adanya penginjilan di kota Jimma. Biarlah Tuhan melembutkan hati mereka, sehingga mereka bertobat dari tindakan yang dilakukan di luar iman itu.

187

Bagi orang-orang Kristen Jimma yang saat ini sering dilanda ketakutan, kiranya Tuhan memberikan kekuatan, sehingga mereka tidak undur dari iman mereka. Berdoa supaya kasih Tuhan terus nyata di tengah-tengah keadaan yang sulit ini.

Sumber Misi

Dalam dokumen publikasi e-jemmi (Halaman 182-187)