• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

B. Keterlibatan Hidup Menggereja

2. Hidup Menggereja

Definisi Gereja sangatlah luas tergantung dari konteksnya. Pengertian Gereja terdapat dalam Kitab Suci dan Ajaran Gereja yang tidak mengenal batasan arti. Menurut buku Iman Katolik (1996: 333), di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru tiga nama yang dipakai untuk Gereja: Umat Allah, Tubuh Kristus dan Bait Roh Kudus. Selain itu, Gereja diartikan sebagai paguyuban. Pada hakikatnya Gereja adalah suatu paguyuban, suatu perkumpulan yang terdiri dari orang-orang yang hidup, yang punya macam harapan, gagasan, sifat (Mariyanto, 1987: 79).

Dengan adanya lembaga Gereja, umat Allah mendapat tempat untuk ikut berperanserta dalam karya Allah untuk terlibat dalam dunia ini (Ardhisubagyo, 1987: 22). Gereja berdiri kokoh atas dasar Kristus sebagai Kepala dan Allah yang berkarya memanggil umatnya untuk diberikan tanggung jawab dan kebebasan. Hidup menggereja diartikan sebagai pengabdian secara sukarela untuk mengambil bagian dalam bidang koinonia, kerygma, leitourgiadan diakonia.

Menurut Prasetya (2003: 40), umat beriman yang telah dibaptis dan menerima sakramen krisma umat diharapkan untuk mengambil bagian dalam tugas perutusan Yesus Kristus sebagai imam, nabi dan raja. Dalam perkembangan dalam gereja, kaum awam dapat melibatkan diri secara aktif sebagai misdinar, lektor, menjadi pemazmur, dirigen, anggota paduan suara, organis, petugas doa umat, petugas persembahan, prodiakon, katekis, menjadi pengurus dalam kepemimpinan Gereja. Sedangkan di luar gereja, kaum awam juga dapat mengambil bagian ditengah-tengah masyarakat seperti dalam sosio-edukatif, politik, ekonomi, religius, kesehatan dan lingkungan hidup (Prasetya, 2003: 111-198). Oleh karena itu, sebagai awam melaksanakan tugas Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja. Karena berperan serta dalam tugas Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja, kaum awam berperan aktif dalam kehidupan dan kegiatan Gereja (AA, art. 10).

Ensiklik Lumen Fidei yang ditulis oleh Bapa Paus Benediktus XVI dan Fransiskus pesan dasarnya adalah, bangunlah hidup di atas dasar iman;iman yang selaras dengan akal budi, dan iman yang diwartakan serta diwujudkan dalam tindakan konkret agar semakin beriman (Krispurwana, 2013: 13).

Para teolog dalam Ardisubagyo (1987: 23) tugas-tugas Gereja yang didasari dalam tiga segi pelayan Yesus disebut Harvey Cox yaitu kerygma (pewartaan Kerajaan Allah, diakonia (pelayanan penyembuhan, pengampun dosa), koinonia (persaudaraan sebagai penampakan ciri Kerajaan Allah) kemudian ditambahkan leitourgia(perayaaan iman akan Yesus Kristus).

Menurut Ardhisubagyo (1987:24-33), hidup menggereja terbagi dalam empat peranan dasariah sebagai berikut:

1) Persekutuan – Persaudaraan (Koinonia)

Koinonia diartikan sebagai semangat persaudaraan dan kesetiakawanan. Selain itu, dalam pedoman karya pastoral kaum muda (1993: 39), koinonia diartikan sebagai tanggung jawab dan keterlibatan setiap anggota umat Allah dalam mengembangkan hidup komunitas, untuk menciptakan dan memperkuat persaudaraan, kesatuan, keutuhan, kehangatan sehingga umat merasa memiliki karena ada perasaan sehati sejiwa sebagai umat Allah. Yang menjadi dasar koinonia adalah cara hidup jemaat perdana (Kis 4:32-35). Cara hidup jemaat perdana yaitu sehati dan sejiwa, memiliki rasa percaya, segala sesuatu yang dimiliki merupakan milik bersama, hidup dalam kasih dengan karunia yang melimpah dan tidak ada yang kekurangan adalah dasar dari koinonia. Cara hidup bersama ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai dengan memiliki sikap keterbukaan, mencintai dan peka terhadap sesama yang menderita dan dilanda kesusahan.

(a) Paguyuban PIR

Paguyuban PIR sebagai tempat pertemuan remaja katolik untuk mengembangkan iman. Di dalam paguyuban tersebut remaja dapat belajar dan membangun Gereja bersama dengan teman seusianya. Dengan adanya paguyuban tersebut dapat mengembangkan metode pertemuan yang kreatif, sehingga remaja merasa senang dan tertarik untuk terlibat dalam paguyuban (Nota Pastoral KAS 2008: 46).

(b) Paguyuban Misdinar

Paguyuban Misdinar adalah sekolompok orang yang berusia anak-anak (minimal kelas 4 SD) dan usia remaja yang mempunyai tugas untuk melayani pastor pada waktu perayaan Ekaristi. Misdinar seringkali disebut sebagai putra-putri altar. Di setiap paroki, misdinar membentuk suatu paguyuban di Gereja dan memiliki kepengurusan dibawah Tim Kerja Misdinar. Adapun kepengurusan mempunyai tugas untuk mengkoordinir para anggotanya yang bertugas setiap perayaan Ekaristi pada hari minggu, hari raya, misa harian dan latihan-latihan. Paguyuban misdinar juga memiliki kegiatan seperti pertemuan misdinar se paroki setiap seminggu sekali, pertemuan di kevikepan, mengikuti perlombaan di kevikepan, ziarah rutin, pembekalan dari tim liturgi dan lain-lain.

(c) Paguyuban Orang Muda Katolik

Menurut Pedoman Karya Pastoral Pemuda (1993: 8), kaum muda adalah mereka yang berusia antara 13 s.d 30 tahun dan belum menikah, sambil tetap memperhatikan situasi dan kebiasaan masing-masing tempat. Paguyuban orang

muda merupakan paguyuban yang berpartisipasi dalam bidang communio (persekutuan-persaudaraan) Gereja. Dalam paguyuban tersebut memiliki struktur kepengurusan, pembina dan pendamping. Selain itu, orang muda dibina dalam bidang kemandirian dan kehidupan bersama yang meliputi kehidupan iman dan menggereja. Dengan adanya paguyuban OMK diharapkan iman orang muda semakin berkembang karena kaum muda sebagai harapan Gereja (CFL, art. 46).

(d) Paguyuban Lektor

Lektor sebagai Pewarta Sabda Tuhan membentuk suatu paguyuban tersendiri. Dalam paguyuban tersebut para anggota lektor saling mendukung, menguatkan dan berusaha untuk lebih baik untuk mewartakan Sabda Tuhan. Mewartakan Sabda Tuhan tidak hanya sekedar membaca dari Kitab Suci, tetapi benar-benar mewartakan Sabda Tuhan dengan sepenuh hati. Oleh karena itu, dalam paguyuban lektor, para anggota lektor diberikan pembekalan yang cukup oleh pastor paroki agar dapat menjalankan tugas sebagai pewarta dengan baik. Kegiatan paguyuban lektor seperti pelatihan membaca, pertemuan rutin satu bulan sekali, pembekalan bagi calon lektor baru dan evaluasi tugas.

(e) Paguyuban Legio Maria

Legio Maria adalah suatu perkumpulan umat Katolik yang berdiri atas Gereja dan bimbingan kuat dari Bunda Maria. (Surono, 2010: 1). Tujuannya untuk memuliakan Tuhan dengan doa dan karya dan memperluas Kerajaan Allah di dunia secara nyata. Anggota dari paguyuban ini ialah semua orang Katolik yang terbuka untuk mengikuti Legio Maria. Dalam paguyuban Legio Maria dikenal

dengan acara rapat presidium yang terdiri dari doa pembukaan dan Rosario, pembacaan rohani, pembacaan notulen, penerimaan tamu, instruksi tetap, daftar anggota (presensi), surat menyurat, berita dewan, laporan bendahara, laporan anggota, doa katena, alokusio, derma rahasia diedarkan, laporan dilanjutkan, pembagian tugas, mempelajari buku pegangan, laporan anggota auksilier, soal-soal lain, doa penutup (Surono, 2010: 8-9). Tugas yang dikerjakan oleh anggota Legio Maria meliputi bidang kerygma, leitourgia, communio, diakonia dan martyria. Bentuk dari keterlibatan pelayanan pastoral, kerasulan dan kemasyarakatan seperti mengajar agama, mengunjungi orang sakit, membersihkan Gereja, mendoakan orang sakit dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam paguyuban Legio Maria tidak hanya berdevosi kepada Bunda Maria tetapi ada aksi nyata yang dilakukan berupa tindakan yang nantinya dilaporkan saat sidang.

(f) Paguyuban Ibu-Ibu Paroki

Merupakan sekumpulan umat terdiri dari ibu-ibu yang berkumpul untuk mengadakan pertemuan dengan acara arisan dan pendalaman kitab suci. Paguyuban ibu-ibu paroki berkumpul setiap satu bulan sekali di aula gereja bahkan ada pula bergiliran di rumah umat yang menjadi anggota paguyuban ibu paroki. Di dalam paguyuban tersebut selain mengadakan acara arisan dan pendalaman kitab suci disetiap pertemuan juga mengadakan ziarah, menjenguk orang sakit, kunjungan ke novisiat, menghadiri pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan keuskupan atau kegiatan kunjungan yang telah disepakati oleh ibu-ibu Paroki.

2) Pewartaan Injil (Kerygma)

Penginjilan (evangelisasi) berarti membawa Kabar baik kepada segala tingkat kemanusiaan dan melalui pengaruh Injil merubah umat manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru (EN, art. 18). Isi evangelisasimemberikan kesaksian tentang kasih, mewartakan penebusan Yesus Kristus, mewartakan kasih kepada semua orang, saling mengampuni, membantu sesama, berbuat baik, menghayati sakramen, berdoa, hidup di masyarakat dengan menciptakan perdamaian dan keadilan. Kerygma merupakan keterlibatan aktif dari tiap-tian anggota umat Allah dalam pengajaran dan pewartaan kabar gembira melalui usaha-usaha saling mengajar dan saling meneguhkan, memperkaya iman dan pemahamannya dengan sharing, katekese umat, katekese sekolah, katekese katekumenat dan pendalaman iman (Komisi Kepemudaan, 1993: 39). Mewartakan Kabar Gembira tidak cukup dengan hanya membaca dan mendengarkan Sabda Tuhan tetapi diwujudkan berupa tindakan secara nyata untuk memperluas Kerajaan Allah di dunia. Metode-Metode evangelisasi seperti mencari sarana-sarana yang cocok, kesaksian hidup, Kotbah, liturgi sabda, katekese, menggunakan media massa, sakramen, kesalehan yang merakyat (EN, art. 40-48). Bentuk-bentuk keterlibatan dalam bidang kerygmasebagai berikut:

(a) Katekese

Isi dari katekese adalah Yesus Kristus, pengalaman peserta, Tradisi, Ajaran gereja dan Ajaran moral. Katekese sebagai salah satu tugas pastoral Gereja tidak hanya dilaksanakan pada persiapan penerimaan sakramen tetapi juga berkelanjutan setelah menerima sakramen. Pelajaran agama katolik di sekolah

merupakan bentuk katekese. Ruang lingkup katekese terdiri dari lima bagian yaitu keluarga, paroki, sekolah, masyarakat dan komunitas basis (Sumarno, 2011: 59).

(1) Katekese Persiapan Baptis Dewasa

Sakramen Baptis merupakan pintu gerbang sakramen lainya. Oleh karena itu, orang yang akan masuk katolik harus menerima sakramen baptis. Sebelum menerima sakramen baptis, para katekumen wajib mengikuti pelajaran baptis atau katekese persiapan baptis. Katekese persiapan katekese baptis dewasa intinya mempersiapkan para calon Baptis (katekumen) untuk mengenal Gereja Katolik dengan semua ajarannya, mengakui pokok-pokok iman katolik, dan menghayati dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari katekese yaitu mengembangkan dan membina pengetahuan dan penghayatan iman para katekumen (Komkat KAS, 2012: 17). Oleh karena, katekumen tidak hanya diberikan pengetahuan iman melalui dogma, katekismus, ajaran gereja, menghafalkan doa tetapi diajak untuk menghayati pengalaman imannya secara pribadi. Selama setahun sebelum menerima sakramen baptis, para katekumen menjalani tiga tahap empat masa sehingga benar-benar dipersiapkan agar sungguh-sungguh dapat meyakini, menghayati dan menjalankan iman katolik.

(2) Katekese Persiapan Komuni Pertama

Komuni Pertama diterima oleh anak kurang lebih umur 9-10 tahun. Katekese persiapan komuni pertama diharapkan dapat mengajak calon kepada sikap dan nilai baru yang perlu dikembangkan, bukan sekedar pemahaman, artinya dengan menerima komuni pertama calon diajak dalam persekutuan Gereja,

terlibat dalam hidup menggereja sepenuhnya dan menyadari untuk setia mengenakan Kristus melalui menerima Tubuh dan darah Kristus (Komkat KAS, 2012: 32).

Dalam katekese persiapan komuni pertama materinya tentang pemahaman Tritunggal MahaKudus, Kitab Suci, Gereja, Sakramen, moral kristiani, ajaran Gereja, doa dan hidup kekal. Katekese persiapan komuni pertama sangatlah penting dan wajib diikuti oleh anak yang akan menerima Sakramen Ekaristi karena mereka disiapkan untuk menerima Tubuh dan Kristus.

(3) Katekese Persiapan Sakramen Penguatan

Sakramen Penguatan atau Krisma diterimakan pada usia remaja minimal kelas 2 SMP. Tujuan dari katekese sakramen penguatan diajak untuk memahami bahwa sakramen mengandung suatu panggilan untuk menjadi saksi Krsitus (Komkat KAS, 2012: 45). Dalam sakramen penguatan, umat lebih dikuatkan untuk menjadi saksi Kristus. Berkat anugerah Roh Kudus ini, orang beriman menjadi lebih serupa dengan Kristus dan dikuatkan untuk memberi kesaksian tentang Kristus, demi pembangunan tubuh-Nya dalam iman dan cinta kasih (KWI, 1996: 426-427). Dalam hal ini, orang beriman diutus untuk terlibat dalam hidup menggereja yang terdapat empat bidang yaitu leitourgia, koinonia, diakonia, dan kerygma.

(4) Katekese Lanjut

Masa mistagogi merupakan masa lanjut setelah menerima Sakramen baptis. Dalam tahap mistagogi, penghayatan perlu selalu ditumbuhkan sehingga semakin

mencintai Yesus Kristus dan perlu diberikan contoh-contoh konkret untuk dapat mengaktualkan pengetahuan imannya dalam hidup sehari-hari (Komkat KAS, 2012: 55). Katekese sebagai usaha untuk mendidik iman perlu dilanjutkan agar sampai pada iman yang dewasa meskipun aspek pengetahuan iman dan sikap iman tidak dilupakan. Selain itu, yang membutuhkan katekese lanjut tidak hanya para baptisan baru tetapi semua umat beriman katolik yang masih hidup dan membutuhkan pendampingan iman agar iman semakin berkembang. Dalam usaha menumbuhkan iman maka katekese lanjut perlu ditempatkan sebagai media gerejawi untuk mendidik seorang dalam iman.

(5) Katekese di Sekolah

Dalam dokumen tentang Ajaran dan Pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik menegaskan bahwa pendidikan agama (Katolik) di setiap sekolah adalah tepat, sebab tujuan dari sekolah ialah membentuk manusia dalam segala dimensinya yang pokok dan dimensi keagamaan merupakan bagian dari intergral dari pembentukan itu (Boli Kontan, 2011: 45). Pendidikan menyangkut hubungan dengan Tuhan dan sesama. Oleh karena itu, katekese di Sekolah harus menjadi bagian dari pendidikan iman yang dapat mendidik murid untuk mengolah pengetahuan iman menjadi nyata. PAK di sekolah swasta dan negeri merupakan bentuk katekese. Pendekatan yang dipakai pola interaksi (komunikasi) aktif untuk mengintepretasikan dan mengaplikasi ajaran imannya dalam hidup nyata. Keberhasilan dalam hidup beragama tidak terletak pada apa yang diketahui, tetapi lebih pada kemampuan untuk mengolah pengetahuan iman supaya hidup lebih nyata dan berkembang secara rohani serta jasmani (Boli Kontan, 2011: 56).

Pendidikan Agama Katolik di sekolah bertujuan membantu siswa untuk dapat menghayati dan mewujudkan imannya serta untuk menentukan jati diri. Terwujudnya Kerajaan Allah merupakan visi dasar atau arah utama seluruh kegiatan pendidikan di dalam iman atau PAK (Heryatno, 2008: 26). Dimensi pendidikan agama katolik di sekolah meliputi Pribadi siswa, Yesus Kristus, Gereja dan Kemasyarakatan. Gereja sebagai persekutuan yang melanjutkan karya Yesus. Oleh karena itu, ajaran dan iman Gereja bertumbuh dan berkembang melalui persekutuan sehingga pendidikan agama katolik tidak hanya memberikan pengetahuan iman, tetapi menghayati dan mewujudkan iman dalam keadaaan konkret sebagaimana tiga unsur iman kristiani yaitu meyakini, mempercayai dan menjalankan. Pendidikan Iman dalam di sekolah, sebagai proses pendewasaan iman diharapkan membantu memperkembangkan iman peserta didik secara seimbang dan integratif ketiga aspek iman tersebut (Heryatno, 2008: 31).

(b) Kotbah

Dalam buku Kompendium Prodiakon (2010: 48) Kotbah adalah pewartaan mengenai iman yang berisi Kitab Suci, ajaran Gereja, ajaran moral. Khotbah berbeda dengan homili di lihat dari segi isi. Kotbah bisa menjadi homili apabila disampaikan dalam perayaan liturgi dan bertitik tolak dari bacaaan Kitab Suci. Dari segi tempat penyampaiannya, kotbah dapat disampaikan dimana saja tidak hanya dalam perayaan liturgi seperti dalam rapat pertemuan, jalan raya dan lain-lain.

(c) Homili

Homili berasal dari kata Yunani homilia yang berarti percakapan atau pembicaraan yang enak, akrab, saling memahami dan seterusnya. Homili selalu bertitik tolak dari bacaan Kitab Suci yang sifatnya mengupas dan menjelaskan isi Kitab Suci sesuai dengan konteks hidup jemaat (art 49). Seperti yang telah diungkapkan St. Hieronimus bahwa Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus. Dalam ungkapan tersebut mengajak umat beriman katolik untuk mengenal Yesus melalui bacaan Kitab Suci dengan karya keselamatan Allah. Oleh karena itu, dalam Misa hari Minggu dan hari raya wajib yang dihadiri umat, homili jangan ditiadakan kecuali jika ada alasan yang berat (SC, art. 52).

3) Perayaan Iman (Leitourgia)

Leitourgia adalah keterlibatan dan peran serta secara aktif tiap-tiap anggota umat Allah dalam ibadat dan perayaan bersama untuk menyembah dan bersyukur kepada Allah dalam doa bersama, mendengarkan sabda-Nya dalam Kitab Suci dan terutama dalam perayaan Ekaristi Kudus dan sakramen-sakramen yang lain (Komisi Kepemudaan, 1993: 39). Gereja mengenangkan perayaan syukur karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus yang terungkap dalam perayaan Ekaristi dan Sakramen. Dengan sakramen, orang beriman bersatu dengan Yesus Kristus. Leitourgia menjaga hubungan dengan Yesus Kristus yang mendasari kehidupan jemaat dan pengabdaian agar terpelihara (Ardisubagyo, 1987: 29). Keterlibatan dalam perayaan iman sungguh penting baik sebagai petugas liturgi maupun umat. Sebagai umat hendaknya aktif dalam berliturgi seperti aklamasi

olah umat, jawaban-jawaban, pendarasan mazmur, antifon-antifon, lagu dan sikap-sikap liturgi. Menjadi petugas litugi dapat berperanserta dalam putra-putri altar, lektor, komentator, paduan suara, prodiakon, tata tertib, dirigen, petugas persembahan, dirigen secara bertanggung jawab. Bentuk keterlibatan dalam leitourgiasebagai berikut:

(a) Merayakan Ekaristi dan Merayakan Sakramen

Misa Kudus adalah perayaan kebersamaan dengan seluruh Gereja secara konkret yang diungkapkan dengan kehadiran semua umat yang hadir berkumpul. Perayaan Ekaristi Gereja sebagai Sakramen kesatuan, yakni umat kudus yang berhimpun dan diatur dibawah para uskup (SC, art. 26). Ekaristi adalah puncak sumber dan puncak seluruh kehidupan Kristiani (SC, art. 10). Oleh karena itu, setiap umat beriman katolik setiap hari Minggu mempunyai kewajiban untuk merayakan Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi merupakan perayaan kehadiran yang tidak hanya mempertandakan kehadiran Tuhan di tengah umat tetapi bagaimana umat menghayati dalam imannya dengan kehadiran Tuhan. Gereja tiada putusnya memuji Tuhan dan memohonkan keselamatan seluruh dunia bukan hanya dengan merayakan perayaan Ekaristi, melainkan dengan cara-cara lain juga, terutama dengan mendoakan Ibadat Harian (SC, art. 83). Oleh karena itu, perayaan Ekaristi sebagai perayaan bersama masing-masing umat dapat terlibat sesuai dengan perannya masing-masing baik menjadi petugas maupun sebagai umat.

Dalam Gereja Katolik memiliki tujuh sakramen. Sakramen merupakan tanda dan sarana keselamatan Allah. Ketujuh sakramen merupakan liturgi dalam arti yang paling padat (KWI, 1996: 396). Memaknai sakramen adalah mendalami kekristenan dan mendalami arti menjadi warga Gereja yang berarti pengungkapan iman dan perwujuan iman untuk merumuskan teknis dari cita-cita menggereja konteksual yang artinya melahirkan wujud kekristenan dalam situasi sosial, budaya, politik, keagamaan, ekonomi yang konkret (Putranto, 2011: 1). Menjadi umat beriman katolik dapat mengikuti, menerima dan merayakan perayaan Sakramen Baptis, Sakramen Ekaristi, Sakramen Tobat, Sakramen Perkawinan, Sakramen Imamat, Sakramen Krisma dan Sakramen Pengurapan orang sakit.

(b) Ibadat Harian

Dalam buku Iman Katolik(1996: 396-397) liturgi tidak terbatas pada bidang sakramen, tetapi mencakup Ibadat Harian. Yang wajib merayakan ibadat harian ialah (1). dewan pembantu uskup, para rahib dan rubiah, serta para imam biarawan lainnya, yang terikat pada pada Ibadat Harian bersama menurut hukum atau konstitusi tarekat; (2). Dewan para iman katedral atau penasihat uskup untuk sebagian (SC, art. 95).

(c) Menjadi Lektor

Lektor artinya orang yang bertugas untuk membacakan bacaan pertama dan atau bacaan kedua, sebagai sabda Allah, dalam perayaan Ekaristi (Prasetya, 2010: 40). Tujuannya agar Sabda Tuhan yang disampaikan dapat menyentuh hati umat dan umat dapat menanggapi Sabda dengan baik. Dalam menyampaikan Sabda

Tuhan tidak hanya sekedar membaca, tetapi membutuhkan persiapan dengan baik. Lektor menjadi orang yang terpanggil dan terpilih Allah, maka harus bersedia melaksanakan tugas dan panggilannya tersebut serta tidak alasan untuk menolak. Menjadi lektor sebuah pelayanan, pengabdian demi Gereja dan demi Kristus. Oleh sebab itu menjadi Lektor tidak memandang umur, latar belakang maupun pendidikan.

(d) Menjadi Putra-Putri Altar

Putra-Putri altar atau misdinar adalah perkumpulan yang dibangun Gereja atau Paroki setempat untuk menghimpun anak-anak usia SD–SMP agar dapat melaksanakan tugas yang dipercayakan Gereja kepada mereka. Perkumpulan ini menjadi tempat yang efektif bagi pembinaan iman remaja agar sungguh-sungguh mempunyai iman yang mendalam dan Putra-Putri Altar dengan bebas dan senang hati melibatkan diri dalam pelayanan hidup menggereja serta sebagai ungkapan tanggungjawabnya menjadi anggota Gereja. Selain itu, menjadi Putra-Putri Altar berarti menunjukkan rasa cinta kepada Gereja. Tugas utama misdinar itu membantu imam selebran saat penyelenggaraan Misa (Amuristian Daely dan Subaryani, 2009: 37).

(e) Anggota Paduan Suara

Paduan suara adalah orang-orang yang bertugas menyanyikan lagu, dalam suasana kebersamaan, yang dapat membantu atau mendukung kemeriahan dan keagungan tindak liturgi yang sedang dirayakan (Prasetya, 2003: 53). Menjadi

petugas paduan perlu latihan rutin dan pemilihan lagu diperhatikan agar dalam merayaan liturgi suasananya meriah dan khidmat.

(f) Menjadi Pemazmur

Pemazmur yaitu orang yang bertugas menyanyikan aneka mazmur sebagai tanggapan atas Sabda Allah yang telah didengarnya (Prasetya, 2003: 53). Mazmur merupakan unsur penting dalam Liturgi Sabda. Menjadi pemazmur perlu mempersiapkan diri dengan baik sebelum melaksanakan tugas karena seorang pemazmur adalah mewartakan Sabda Tuhan. Mazmur tanggapan untuk menanggapi atau merenungkan isi dari bacaan pertama sedangkan bait pengantar Injil sebagai persiapan untuk mendengarkan Injil.

(g) Menjadi Petugas Persembahan

Yaitu orang-orang yang bertugas mewakili umat beriman Katolik dalam mempersembahkan bahan-bahan Ekaristi dan sebagian harta kekayaannya kepada Allah melalui Gereja (Prasetya, 2003: 54). Petugas persembahan bisa dilaksanakan oleh semua umat beriman katolik yang bersedia untuk menghantarkan persembahan ke depan altar Gereja Katolik.

(h) Pembaca Pengumuman

Pembaca Pengumuman yaitu orang yang bertugas menyampaikan aneka informasi kepada umat beriman Katolik (Prasetya, 2003: 54). Seorang pembaca pengumuman harus jelas dalam membaca pengumuman karena menyampaikan

informasi tentang kegiatan Gereja. Di suatu paroki, petugas pengumuman dibacakan oleh lektor dan ada pula oleh petugas khusus.

4) Pelayanan (Diakonia)

Pelayanan kasih setiap anggota umat Allah terhadap satu sama lain dalah wujud dan bentuk yang konkret, khususnya di bidang kehidupan sehari-hari: material, sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan sehingga terwujud suatu kehidupan yang layak bagi seluruh umat Allah (Komisi Kepemudaan, 1993: 39). Cox dalam Ardhisubagyo (1987: 30) Pelayanan Gereja didasari oleh Yesus sebagai Kepala Gereja, yang menyembuhkan, memperhatikan orang kecil dan mengampuni dosa. Yesus Kristus datang ke dunia bukan untuk dilayani tetapi melayani umat manusia (Mrk 10:45). Mengembangkan pelayanan perlu dibeda-bedakan beberapa hal; pelayanan rohani (pewartaaan, bimbingan pastoral) dan pelayanan umum (pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi), pelayanan intern atau ke dalam lingkup paroki bagi warga paroki, dan pelayanan ekstern atau ke luar bagi masyarakat (Sumarno, 2011: 58).

Fungsi pelayanan berkaitan dengan ketiga fungsi lain seperti koinonia, leitourgia, kerygma yang bersama-sama harus menjiwai dan mendorong umat

Dokumen terkait