• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Katekese Model Sotarae

2. Model Katekese: Sotarae

Untuk memahami pengertian model dalam konteks katekese, perlulah terlebih dahulu memahami istilah pendekatan, strategi, metode, teknik dan model.

Pendekatan diartikan sebagai titik tolak terhadap proses pembelajaran. Strategi dalam konteks dunia pendidikan dikenal sebagai strategi pembelajaran. Dalam melaksanakan strategi digunakan metode sebagai cara untuk melaksanakan strategi. Oleh karena itu, strategi dapat digunakan lebih dari satu metode sehingga dalam menjalankan metode dapat menentukan teknik yang sesuai dengan metode.

Model adalah suatu konstruksi teoritis, skematis, dan abstrak yang menawarkan pokok-pokok pemikiran yang menghubungkan secara sistematis unsur-unsur pembentuk realitas dan hubungan-hubungannya (Sumarno, 2011: 43)

Model adalah pola pembelajaran dan dapat disebut dengan strategi (Dapiyanta, 2012: 2). Sedangkan menurut Trianto (2009 :21) model diartikan sebagai sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Model merupakan seperangkat untuk mewujudkan proses, pemilihan media dan evaluasi. Banyaknya model dapat dipilih yang sesuai, efektif digunakan dan mempertimbangkan aspek-aspeknya sehingga tujuan yang direncanakan dapat tercapai dengan melihat kekurangan dan kelebihan.

Dari beberapa pengertian model di atas dapat disimpulkan bahwa model dalam konteks katekese adalah suatu rencana atau pola yang disusun meliputi materi, media, metode dan langkah-langkah dalam proses katekese untuk mencapai suatu tujuan.

b. Aspek– Aspek Model

Menurut Trianto (2009: 24-25), suatu model memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

1) Sintaks (Pola urutan)

Sintaks adalah urutan dari langkah-langkah dari serangkaian kegiatan. Urutan dalam model terdapat unsur yang sama. Sintaks dalam konteks pembelajaran menunjuk pada kegiatan apa yang dilakukan guru dan siswa secara jelas (Trianto, 2009: 24).

2) Prinsip reaksi

Prinsip reaksi merupakan hubungan timbal balik antara pendamping dengan peserta. Prinsip reaksi adanya partisipasi aktif. Dalam hal ini berkaitan bagaimana pendamping memandu peserta, menanggapi pertanyaan peserta, merespon jawaban peserta bila diterapkan dalam konteks katekese.

3) Sistem sosial

Sistem sosial merupakan komponen-komponen dalam model yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. Dalam proses pembelajaran komponen tersebut seperti adanya guru, siswa, kepala sekolah, karyawan dan kurikulum. Sedangkan dalam berkatekese adanya pendamping dan peserta.

4) Sistem pendukung

Sistem pendukung adalah semua hal yang dapat mendukung dalam model seperti adanya sarana, media, materi atau bahan yang diperlukan, alat dan bahan. 5) Dampak Instruksional dan Dampak pengiring

Dampak Instruksional adalah hasil yang dicapai sesuai tujuan secara langsung. Sedangkan dampak pengiring lebih pada hasil belajar lain yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran.

c. Latar Belakang Sotarae

Pada tahun 1830, media komunikasi sosial mengalami perkembangan yang sangat besar sehingga dibagi menjadi empat golongan yaitu media raksasa, media ukuran besar atau umum, ukuran sedang dan ukuran kecil. Adanya media komunikasi sosial dan kelompok muncul suatu diskusi kelompok di dalam pertemuan kelompok yang disebut “group media”. Bahwa yang mendasari pertemuan adalah metode lama: melihat, menilai-bertindak (Olivera, 1989: 13).

Tujuan dari pertemuan membuat hidup lebih manusiawi dan bermartabat. Pertemuan ini mempunyai maksud untuk bantuan berpikir, memberikan pendapat, memperkaya pengetahuan dan membandingkan pandangan pribadi dengan pandangan oranglain. Cara yang dipakai untuk menganalisa dokumen dalam group media menggunakan langkah-langkah sotarae. Sotarae adalah petunjuk untuk mempermudah pengkajian suatu dokumen (Olivera, 1989: 32). Dokumen tersebut seperti foto, majalah, film, surat kabar, kaset sebagai media untuk di dalami sehingga dapat menemukan pesan yang dapat berguna bagi kehidupan peserta kemudian diwujudkan dalam tindakan konkret. Sotarae merupakan singkatan dari Situasi, Objektif, Tema, Analisis, Rangkuman, Aksi, Evaluasi.

d. Langkah-langkah Sotarae

Menurut Olivera (1989: 30-32), langkah-langkah sotarae dapat diuraikan sebagai berikut:

1) S : Situasi

Langkah pertama menjajagi kesan dari peserta dari dokumen yang telah ditampikan di dalam pertemuan. Dokumen meliputi film, surat kabar, potongan

majalah, poster, kaset, permainan, bahasa foto, cerita bergambar, peristiwa. Pada langkah ini pendamping memberikan suatu pertanyaan kepada peserta misalnya tentang perasaan yang muncul ketika melihat dokumen atau hal apa saja yang diungkapkan dalam dokumen yang telah ditampilkan.

2) O : Objektif

Langkah kedua peserta diajak untuk melihat, menemukan fakta objektif yang ada didalam dokumen dan bagaimana fakta tersebut mempengaruhi kehidupan. Pada langkah ini menulusuri dengan detail seperti tokoh, alur dan isi. Tujuan yang ingin dicapai dalam langkah kedua yaitu mengembangkan kemampuan mengobservasi, mengungkapkan apa yang telah dilihat dan didengar serta menyediakan waktu yang cukup untuk mengendapkan buah-buah pikiran, sehingga penilaian yang tergesa-gesa dihindari. Dalam langkah ini menelusuri isi dari suatu dokumen meliputi tokoh, jalan cerita dan isi cerita.

3) T : Tema

Pada langkah ketiga setelah melihat dan menemukan fakta objektif atau pokok-pokok pesan kemudian merumuskan tema. Tema pokok dibuat sesuai prioritas untuk dibahas.

4) A : Analisis

Langkah keempat membuka pembicaraan dengan membahas tema yang telah dipilih kemudian dianalisis. Unsur-unsur yang diikutsertakan dalam menganalisis seperti apa yang menonjol jelas, hal implisit dan jelas meskipun tidak terlihat, sebab-akibat, latar belakang, fakta, orang, tokoh yang diuntungan

maupun yang dirugikan dan situasi. Dalam langkah analisis memberikan suatu gambaran mengenai tema yang dianalisis.

5) R : Rangkuman

Langkah kelima pendamping merangkum sambil menunjukkan persoalan-persoalan yang telah menjadi jelas maupun yang masih harus dipikirkan lebih lanjut. Dalam langkah ini ditarik kesimpulan yang menjadi inti dari hasil diskusi pertemuan bersama.

6) A : Aksi

Langkah keenam merencanakan suatu aksi atau tindakan nyata bersama-sama maupun pribadi. Dalam langkah aksi ini berupa usulan konkret dan dilakukan.

7) E : Evaluasi

Langkah yang terakhir mengevaluasi dari proses yang telah dilaksanakan. Hal ini perlu untuk memperbaiki pertemuan selanjutnya dan bisa digunakan untuk mengevaluasi aksi yang telah dilaksanakan.

e. Unsur – Unsur Pokok Sotarae

Menurut Olivera (1989: 19-20), unsur-unsur pokok sotarae sebagai berikut: 1) Kelompok Orang

Kelompok orang yang dimaksud seperti kaum muda, guru, murid, pasangan suami istri, serikat buruh, dan lain-lain atau orang yang berminat untuk memperluas pengetahuan mengenai suatu persoalan. Hal yang ditekankan adalah keterlibatan peserta untuk mengungkapkan pendapat pribadi dan keberanian untuk

mengungkapkan kepada yang lain sehingga semua peserta merasa senang serta siap menyumbangkan sesuatu demi tujuan kelompok.

2) Tempat yang Cocok

Tempat yang digunakan untuk pertemuan disesuaikan dengan jumlah peserta yang mengikuti dan diatur sebaik mungkin agar dalam pertemuan merasa nyaman serta semua peserta dapat mendengarkan pendapat satu sama lain.

3) Dokumen yang menarik

Dokumen meliputi film, surat kabar, potongan majalah, bahasa foto, poster, kaset atau permainan. Dokumen tersebut sebagai media yang digunakan dalam pertemuan dan dipilih sesuai dengan keefektifitasannya waktu, menyesuaikan situasi serta kondisi kelompok.

4) Perlengkapan yang tepat

Di dalam pertemuan menggunakan perlengkapan yang dibutuhkan dan sesuai pada tempatnya. Sebelum memulai pertemuan perlu diteliti kembali perlengkapan yang menyangkut hal-hal teknis agar pertemuan nantinya dapat berjalan dan terlaksana dengan baik serta lancar.

5) Seorang pengarah (moderator)

Seorang pengarah mempunyai tugas untuk mempermudah dialog antar peserta, memberi kesempatan kepada peserta untuk berbicara dan membantu peserta untuk mengungkapkan pendapatnya dan merangkum dari keseluruhan pembicaraan. Seorang pengarah perlu menguasai isi dan bisa mengarahkan pertemuan.

f. Sistem Sosial Sotarae

Dalam melaksanakan katekese sotarae terdapat komponen-komponen yang mendukung yaitu adanya peserta dan pendamping. Pendamping berperan sebagai fasilator untuk mengarahkan jalannya pertemuan, menciptakan suasana keakraban sedangkan peserta turut berpartisipasi untuk mengungkapkan pendapat. Kedua komponen tersebut harus ada karena tanpa peserta dan pendamping pertemuan tidak bisa terlaksana dan tujuan tidak akan tercapai.

g. Sistem Pendukung Sotarae

Sistem pendukung berkaitan dengan hal-hal yang mendukung dalam katekese seperti film, cuplikan video, peristiwa, cergam, fotocopy artikel, gambar dari internet, koran, dan lain-lain. Selain materi atau bahan yang dipergunakan, sarana dan prasarana yaitu pengeras suara atau speaker, LCD dan tempat juga perlu diperhatikan serta dipersiapkan sebaik mungkin agar dalam pertemuan lancar.

h. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring Sotarae

Dampak disebut pula dengan tujuan yang dihasilkan. Dampak Instruksional dari katekese dengan model sotarae untuk mengembangkan kemampuan, menghargai orang lain dan menanamkan pemikiran ke dalam praktek nyata. Sedangkan dampak pengiring dari katekese model sotarae membuat pertemuan lebih menarik.

B. Keterlibatan Hidup Menggereja

Dokumen terkait