• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas maka peneliti menyarankan:

1. Guru agama Katolik sebaiknya menggunakan katekese model sotarae dalam pendalaman iman sehingga siswa merasa tidak bosan mengikuti pendalaman iman dan keterlibatan hidup menggereja semakin meningkat.

2. Katekese model sotarae merupakan salah satu katekese menyadarkan siswa untuk melaksanakan aksi karena menggunakan metode melihat-menilai-bertindak dan menekankan aksi nyata.

3. Pelaksanaan penelitian hanya dua siklus, peneliti atau guru agama Katolik dapat melanjutkan penelitian agar mendapat temuan yang lebih signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Adisusanto, F.X. (1995). Bunga Rampai Pendidikan Iman. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Amuristian, L, Subaryani T. (2009). Buku Saku Misdinar. Bogor: Grafika Mardi Yuana.

Ardhisubagyo, Y. (1987). Menggereja Di Kota (Seri Pastoral No.136). Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta.

Banawiratma, J.B. (1992). Wujud Baru Hidup Menggereja: Dialogal dan Transformatif. Orientasi Baru. Yogyakarta: Kanisius.

Boli Kontan, Daniel. (2011). Katekese, Pelajaran Agama dan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Formal. Praedicamus, 34, 43-65.

Dua Gete, A. (1975). Keterlibatan Menurut Faham Asli (Seri Puskat No.258). Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta.

Dapiyanta, F.X. (2012). Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Dasar. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Dasar untuk Mahasiswa Semester III, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (manuskrip).

_______________. (2013). Katekese Umat: Antara Harapan dan Kenyataan. Rohani.12

Dewan Karya Pastoral KAS. (2008). Nota Pastoral: Melibatkan Anak dan Remaja Untuk Pengembangan Umat. Semarang.

Agus, Gunadi. (2010). 101 Kisah Inspirasional. Yogyakarta: Kanisius.

Heryatno, F.X. (2010). Pendidikan Agama Katolik I. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Agama Katolik I untuk Mahasiswa Semester I, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. (Manuskrip). _______________. (2008). Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah,

Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. (Manuskrip).

Huber, Th. (1981). Katekese Umat: Hasil Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan Se Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Iswarahadi, Y.I. (2013). Media dan Pewartaan Iman: Usaha Mencari Model Pewartaan Iman pada Zaman Digital.Yogyakarta: Kanisius.

Komisi Kateketik KAS. (2012). Katekese Inisiasi: Gagasan Dasar dan Silabus. Yogyakarta: Kanisius.

Komisi Kepemudaan KWI. (1993). Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda. Jakarta.

Konferensi Waligereja Indonesia . (1995). Pelajaran Agama Katolik. Yogyakarta: Kanisius.

_______________. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius.

Kongregasi Suci untuk Para Klerus. (1991). Direktorium Kateketik Umum. (Thom wignyanto dan Lukas lege, Penerjemah). Ende: Nusa Indah. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1971).

Krispurwana, T. (2013). Iman yang Selaras dengan Akal Budi. Hidup, 67, 12-13. Lembaga Pendidikan Kader. (1995). Pedoman Pembinaan Remaja. Yogyakarta. Lembaga Biblika Indonesia. (1975). Kitab Suci Perjanjian Baru: Pengantar teks

dan catatan. Jakarta: Arnoldus Ende.

_______________. (1981). Tafsir Perjanjian Baru: Surat-surat Paulus 2. Yogyakarta: Kanisius.

_______________. (1981). Tafsir Perjanjian Baru: Kisah Para Rasul. Yogyakarta: Kanisius.

Mardiatmadja, B.S. (1986). Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Mariyanto, E. (1987). Persiapan Krisma Suci: Buku Pembina. Yogyakarta:

Kanisius.

Martasudjita, E. (2010). Kompendium Tentang Prodiakon. Yogyakarta: Kanisius Mulyasa. (2012). Praktik Penelitian Tindakan Kelas: Bandung: Rosda.

Muslich. (2009). Melaksanakan PTK itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Olivera, Manuel. (1989). Group Media. Yogyakarta: Kanisius.

Pedoman Penulisan Skripsi. (2006). Yogyakarta: Progam Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, FKIP USD.

Philip, John. (2013). Orang Muda Menjadi Saksi Kristus.Yogyakarta. Hidup, 67, 14.

Prasetya, L. (2003). Keterlibatan Awam Sebagai Anggota Gereja. Malang: Dioma.

_______________. (2010). Umat Mencintai Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius. Putranto, CB. (2011). Sakramentologi Ringkas. Diktat Mata Kuliah

Sakramentologi Bagi Mahasiswa IPPAK-USD, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. (Manuskrip).

Sarjumunarsa, Th (1989). Menjadi Umat Yang Terlibat Dalam Lingkungan. Rohani, 36, 497-499.

Suharsimi, Arikunto dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Stefan, L. (2007). Tafsir Injil Matius. Yogyakarta: Kanisius.

Surono. (2010). Legio Maria. Malang: Seratus Sinar Bunda Karmel.

Sumarno, Ds. (2011). Pengantar PAK Paroki. Diktat Mata Kuliah Pengantar PAK Paroki Bagi Mahasiswa IPPAK-USD, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. (Manuskrip).

_______________. (2013). PPL PAK Paroki. Diktat Mata Kuliah PPL PAK Paroki Bagi Mahasiswa IPPAK-USD, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. (Manuskrip).

Telaumbanua, M. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode, dan Peserta Gerejawi. Jakarta: Obor.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).Jakarta: Kencana.

Taniredja, Tukiran dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Yohanes Paulus II. (1995). Apostolicam Actuositatem. (R. Hardawirjana, Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI (Dokumen Asli diterbitkan tahun 1979).

________________. (2014). Catechesi Tradendae. (R. Hardawirjana, Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI (Dokumen Asli diterbitkan tahun 1979).

________________. (1990). Evangelii Nuntiandi. (R. Hardawirjana, Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI (Dokumen Asli diterbitkan tahun 1975).

1

(2) Lampiran 2 : Satuan Persiapan I / Siklus I

SATUAN PERSIAPAN I SIKLUS I

A. Identitas

1. Tema : Ayo ikut berpaguyuban!

2. Tujuan : Bersama pendamping, siswa diajak untuk terlibat

dalam berpaguyuban sehingga mampu memiliki semangat persaudaraan dan kesetiakawanan

3. Peserta : Siswa-siswi SMP Pangudi Luhur Cawas

4. Tempat : Ruang kelas

5. Hari/Tanggal : Jumat, 17 Oktober 2014

6. Waktu : 11.00-12.20 7. Metode : a. Menyanyi b. Sotarae c. Sharing d. Tanya Jawab 8. Materi :

a. Teks cerita “organisasi” b. Kis 4:32-37

c. Pengertian koinonia

(persekutuan-persaudaraan) 9. Sarana : a. Papan Tulis b. Spidol c. Kitab Suci 10. Sumber Bahan : a. Ardhisubagyo, Y. (1987). Menggereja Di

Kota. (Seri Pastoral No.136). Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta

b. Agus, Gunadi. (2010). 101 Kisah

(3)

c. Komkat KAS. (2012). Katekese Inisiasi:

Gagasan Dasar dan Silabus. Yogyakarta: Kanisius

d. Lembaga Biblika Indonesia. (1975). Kitab

Suci Perjanjian Baru: Pengantar teks dan catatan. Jakarta: Arnoldus Ende

e. Lembaga Biblika Indonesia. (1981). Tafsir

Perjanjian Baru: Kisah Para Rasul. Yogyakarta: Kanisius

f. Mariyanto. E. (1987). Persiapan Krisma Suci:

Buku Pembina. Yogyakarta: Kanisius.

g. Olivera, Manuel. (1989). Group Media.

(4) B. Pemikiran Dasar

Umat beriman kristiani yang sudah menerima Sakramen Baptis telah dipersatukan oleh Kristus dan dipersatukan dengan jemaat lain disebut dengan gereja serta Kristus sebagai Kepala Gereja. Arti kata Gereja diambil dari bahasa

Yunani “ekklesia”yang artinya mereka yang dipanggil. Pengertian tentang gereja

tergantung konteksnya, gereja juga diartikan sebagai persekutuan umat beriman yang mengimani Kristus. Dalam penerimaan Sakramen Baptis, Roh Kudus yang diterima akan menjadi semakin hidup apabila mengambil bagian kegiatan hidup menjemaat dalam kebersamaan dengan jemaat lain. Persekutuan atau paguyuban (koinonia) merupakan salah satu bagian dari keterlibatan hidup menggereja. Paguyuban muncul karena perjumpaan beberapa orang yang mempunyai tujuan, minat, panggilan dan kepentingan yang sama. Oleh karena itu, remaja, kaum muda, orang dewasa dan lansia dipanggil untuk mengambil bagian dalam kegiatan yang ada di gereja agar Kerajaan Allah terwujud di dunia sehingga tumbuh dan berakar. Sebagai contoh dapat terlibat pada paguyuban misdinar, lektor, legio Maria, remaja, pangruktiloyo dan lain-lain.

Siswa-siswi SMP Pangudi Luhur Cawas sebagai kaum remaja perlu mengambil bagian dalam kegiatan yang ada di Gereja karena nantinya akan menjadi penerus generasi Gereja. Realita yang terjadi keterlibatan untuk mengikuti kegiatan masih rendah. Hal ini dapat dilihat ketika ada pelaksanaan kegiatan yang hadir hanya orang tertentu biasa hadir terlebih untuk mengikuti paguyuban PIR tingkat pasrtisipasinya masih sangat rendah. Bagi yang mengikuti bermacam-macam motivasinya.

Kis 4:32-37, mengajarkan kepada kita bahwa ciri khas dari cara hidup jemaat perdana sebagai paguyuban dengan sehati sejiwa, memiliki rasa percaya, segala sesuatu yang dimiliki merupakan milik bersama, hidup dalam kasih karunia yang melimpah dan tidak ada kekurangan satu apapun. Inti cara hidup jemaat perdana menjadi ciri pokok sebagai umat beriman kristiani dalam berpaguyuban yang mempunyai tujuan dengan memiliki sikap keterbukaan, mencintai dan peka terhadap sesama yang menderita serta dilanda kesusahan serta adanya kesetiakawanan. Oleh karena itu, dengan aktif berpaguyuban agar lebih dapat memiliki semangat persaudaraan dan kesesetiakawanan.

Pertemuan ini mengajak kita untuk semakin terlibat dalam berpaguyuban sehingga mampu memiliki semangat persaudaraan dan kesetiakawanan seperti komunitas jemaat perdana.

C. Langkah -Langkah

a. Pembukaan

1) Pendamping memberikan pengantar mengenai tema, tujuan dan proses

katekese model sotarae kepada siswa.

2) Pendamping mengajak siswa menyanyikan lagu “Hari ini Ku Rasa

(5) Hari ini kurasa bahagia

Berkumpul bersama saudara seiman Tuhan Yesus tlah satukan kita Tanpa memandang diantara kita

Bergandengan tangan dalam kasih dalam satu hati Berjalan dalam terang kasih Tuhan

Kau saudaraku, kau sahabatku Tiada yang dapat memisahkan kita

3) Doa Pembukaan

Allah Bapa Yang Maha Pengasih dan Penyanyang pada siang hari ini kami bersyukur kepadamu karena atas rahmat dan kasihMu kami boleh berkumpul di tempat ini untuk berbagi bersama tentang pengalaman kami dalam berpaguyuban. Kami mohon ya Bapa engkau membuka mata hati dan pikiran kami agar kami menyadari bahwa berpaguyuban akan menumbuhkan semangat persaudaraan. Semoga kami bisa meneladani seperti cara hidup jemaat perdana yang sehati sejiwa. Doa yang jauh sempurna ini, kami haturkan kepada Tuhan kami Yesus Kristus. Amin

b. Inti : Sotarae

1) Pendamping meminta siswa untuk membentuk kelompok sebanyak 4 orang.

2) Pendamping membagikan teks cerita kisah inspirasional yang berjudul

“organisasi” (terlampir).

3) Pendamping memberikan panduan pertanyaan kepada kelompok kecil

sebagai berikut: (dikerjakan dalam kelompok)

a) Bagaimana perasaan dan pendapatmu setelah membaca bacaan tadi?

Dan bagaimanakah situasi progam paguyuban yang ada di parokimu, khususnya paguyuban remaja? (pertemuannya berapa bulan sekali, partisipasi peserta)

b) Seandainya teman-teman berada di posisi anak-anak tadi, apa yang akan

teman-teman lakukan?

c) Bagaimankah pelaksanaan pertemuan paguyuban di parokimu? (dilihat

dari pendamping, proses, kegiatan, kehadiran peserta)

d) Tema apa yang cocok untuk mengangkat sehubungan masalah yang

(6)

4) Pendamping mengajak siswa untuk mensharingkan hasil pembahasannya

dalam kelompok besar.

5) Pendamping mengajak siswa untuk membaca, mendalami dan merenungkan

bacaan Kis 4:32-37.

6) Pendamping memberikan rangkuman dari hasil pembahasan dan

mengkaitkan dengan bacaan kitab suci serta materi.

Dari kisah inspirasi tadi menceritakan tentang kebanggan pastor terhadap perkembangan umat yang terjadi di wilayahnya dimulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Umat begitu kreatif pada waktu misa seperti menggunakan tarian dalam persembahan yang menunjukkan bahwa ada inkulturasi dimana sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh umat. Setelah pastor melihat potensi-potensi yang dimiliki oleh umatnya kemudian dalam pastor berfikir untuk mengorganisasi paduan suara dan bakat-bakat seni. Seluruhnya diorganisasi dengan baik antara lain ditentukan jadwal latihan, kapan boleh ditampilkan dan diatur secara rapi (diorganisasi secara teratur). Akan tetapi, setelah pastor mengorganisasi yang terjadi malah membuat anak-anak itu sulit untuk berpartisipasi dalam koor dan menari pada waktu misa. Dari cerita tadi memberikan memang tindakan pastor itu baik, di salah satu sisi pastor tidak melihat organisasi yang diatur sedemikian rapinya, tertibnya malah mematikan suasana keguyuban umat bersama. Mungkin umat merasa terbatas untuk mengembangkan diri dengan adanya organisasi yang diatur dan merasa suasana persaudaraan hanya dengan satu kelompoknya saja. Dalam situasi seperti sekarang ini sungguh terjadi di suatu paroki ketika suatu paguyuban diatur langsung oleh pastor, banyak umat menjadi tidak minat untuk mengikuti paguyuban karena merasa kaku untuk mengikuti dinamika dalam berpaguyuban,

Dasar dari berpaguyuban dilihat pada Kis 4:32-37, bahwa cara hidup jemaat perdana sehati sejiwa, memiliki rasa percaya, segala sesuatu yang dimiliki merupakan milik bersama, hidup dalam kasih karunia yang melimpah dan tidak ada kekurangan satu apapun. Yang ditekankan ialah kesatuan dari umat Kristen yaitu suatau kesatuan dalam hal-hal baik rohaniah maupun jasmaniah. Cara hidup jemaat perdana mempunyai suatu tujuan yang ingin dicapai dengan memiliki sikap keterbukaan, mencintai dan peka terhadap sesama yang menderita serta dilanda kesusahan. Ini yang harus menjadi pola dalam berpaguyuban sebagai umat katolik. Adanya paguyuban muncul karena perjumpaan beberapa orang yang mempunyai minat, tujuan, panggilan dan kepentingan yang sama. Pengalaman Santo Paulus melihat bahwa jemaat itu bersatu, sehingga mengibaratkan bahwa semua orang yang percaya akan Kristus sebagai Tubuh Kristus sendiri. Kesatuan tubuh sebagai jemaat ini yang harus menjadi tanda umat beriman.

Koinonia (persekutuan-persaudaraan) diartikan sebagai semangat persaudaraan dan kesetiakawanan. Sebagai umat beriman kristiani yang sudah menerima Sakramen Baptis telah dipersatukan oleh Kristus dan dipersatukan dengan jemaat lain disebut dengan gereja. Gereja diartikan

(7)

sebagai suatu paguyuban umat beriman yang mengimani Kristus dan Kristus sebagai Kepala. Roh Kudus yang diterima melalui Sakramen Baptis akan menjadi semakin hidup apabila kita mengambil bagian kegiatan hidup menjemaat dalam kebersamaan dengan jemaat lain. Contoh paguyuban yang ada: PIR, PIA, Legio Maria, Lektor, misdinar dan lain-lain. Sebagai seorang remaja bisa masuk dalam paguyuban PIR, misdinar, lektor.

Dari kisah tadi dan bacaan Kis 4:32-37 bila dihubungkan kita perlu menyadari bahwa sebagai umat dalam ikut organisasi mencontoh ciri khas dari jemaat perdana dimana menunjukkan suatu keguyurukunan yaitu adanya keterbukaan, segala sesuatu milik bersama, adanya kesetiakawanan dan lain-lain sehingga merasa menjadi satu umat beriman untuk mengembangkan gereja agar semakin kokoh, kuat, tangguh dalam menghadirkan Kerajaan Allah di dunia. Oleh karena itu, dengan remaja aktif ikut berpaguyuban lebih menumbuhkan semangat persaudaraan sebagai orang beriman sebagai penerus generasi gereja.

7) Pendamping mengajak siswa untuk menentukan aksi nyata untuk

menyelesaikan masalah yang ada dengan pertanyaan “Niat-niat/tindakan apa yang kita wujudkan agar kita semakin terlibat dalam hidup menggereja dalam berpaguyuban? (dalam kelompok besar)

8) Pendamping mengajak siswa untuk mengevaluasi pertemuan yang

direncanakan dan dilaksanakan apakah tujuan sudah tercapai.

a) Menurutmu bagaimana pelaksanaan pertemuan ini? (proses, materi,

pendamping)?

c. Penutup

1) Doa Penutup

Tuhan Yang Maha Kasih dan Penyanyang, pada siang hari ini kami bersyukur kepadamu karena telah menyadarkan kami untuk mengambil bagian dalam berpaguyuban. Kami percaya apabila paguyuban kuat tentu Gereja akan semakin berkembang dan kokoh, Semoga dengan berpaguyuban kami semakin merasakan sehati sejiwa dengan saudara-saudari kami kaum beriman. Doa yang tiada sempurna ini kami haturkan dengan perantaraan Tuhan Kami Yesus Kristus. Amin

2) Pendamping mengajak peserta untuk menyanyikan lagu “Semua Baik”

Dari semula tlah kau tetapkan Hidupku dalam tanganmu Dalam rencanamu Tuhan Rencana indah tlah kau siapkan

(8) Semua baik, sungguh teramat baik

Apa yang tlah kau perbuat di dalam hidupku

ORGANISASI

Pastor begitu bangga melihat perkembangan sekolah minggu di wilayah-wilayah di parokinya.

“Inilah Gereja. Tanpa dikomando, muncul aktivitas iman di kalangan umat.” Kadang-kadang secara kreatif wilayah tertentu menampilkan paduan suara anak-anak dalam Misa. “Ibadah menjadi semakin semarak.”Yang lain lagi, di

tengah-tengah persembahan menampilkan suatu tarian mengiringi

persembahan.”Begitu hidup dan menyenangkan.”

Melihat potensi sedemikian besar, muncul dalam benak pastor itu untuk mengorganisasi paduan suara anak dan bakat-bakat seni yang lain. Kapan latihan, di mana kreativitas boleh ditampilkan, semua diatur secara rapi.

Dan sejak itu, pastor merasa, betapa sulitnya mengajak anak untuk koor dan menari di dalam ibadah.

Sering tidak disadari, organisasi mematikan organisme yang lebih bernuansa paguyuban. Bukankah Gereja sesungguhnya organisme?

Kis 4:32-37

Cara Hidup Jemaat Perdana

32Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan

tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.

33

Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberikan kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.

34

Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka : karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa

35

Dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagikan-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya

(9) 36

Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus

37

Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul

(10) Lampiran 3 : Satuan Persiapan II / Siklus I

SATUAN PERSIAPAN II SIKLUS I

A. Identitas

1. Tema : Ikut paguyuban PIR yuk…

2. Tujuan : Bersama pendamping, siswa diajak untuk semakin menyadari bahwa remaja merupakan bagian dari anggota gereja sehingga semakin terlibat untuk mengikuti paguyuban PIR 3. Peserta : Siswa-siswi SMP Pangudi Luhur Cawas 4. Tempat : Ruang kelas

5. Hari/Tanggal : Jumat, 7 November 2014 6. Waktu : 11.00-12.20 7. Metode : a. Menyanyi b. Sotarae c. Sharing d. Tanya Jawab 8. Materi : a. I Kor 12:12-22 9. Sarana : a. Papan Tulis b. Spidol c. Kitab Suci d. Kertas Flap 10. Sumber Bahan :

a. Komkat KAS. (2012). Katekese Inisiasi:

Gagasan Dasar dan Silabus. Yogyakarta:

Kanisius

b. Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius

(11)

c. Lembaga Biblika Indonesia. (1975). Kitab Suci Perjanjian Baru: Pengantar teks dan catatan. Jakarta: Arnoldus Ende

d. Lembaga Biblika Indonesia. (1981). Tafsir Perjanjian Baru: Surat-surat Paulus 2. Yogyakarta: Kanisius

e. Mariyanto, E. (1987). Persiapan Penerimaan Krisma Suci: Buku Pembina. Yogyakarta: Kanisius

f. Olivera, Manuel. (1989). Group Media. Yogyakarta: Kanisius

(12) B. Pemikiran Dasar

Kehidupan menggereja tidak hanya sekedar datang, diam dan duduk di Gereja pada hari minggu. Sebagai umat Allah, kehidupan menggereja itu turut serta untuk mengambil bagian dalam kegiatan yang ada di Gereja karena setiap orang telah dikarunia bakat dan kemampuan masing-masing oleh Allah. Begitu pula siswa-siswi SMP Pangudi Luhur Cawas sebagai remaja yang dianugerahi bakat yang unik dari Tuhan perlu mengembangkan diri melalui kehidupan menggereja. Dengan mengambil bagian dalam kegiatan gereja menjadikan iman siswa dewasa bahwa sikap iman ada pengetahuan, perasaan dan tindakan. Oleh karena itu, siswa-siswi pelu dimotivasi agar semakin terlibat dalam hidup menggereja yang nantinya akan menjadi generasi penerus Gereja.

I Kor 12:12-22, menjelaskan pada kita semua bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus dengan Kepalanya adalah Kristus. Sebagai orang beriman kristiani kita termasuk dalam anggota jemaat yang mempunyai fungsi masing-masing. Semakin aktif yang terlibat semakin mantap dan kokoh anggota sertam iman yang dimiliki. Menjadi anggota tubuh kristus tidak hanya sekedar datang pada hari minggu untuk beribadah saja, tetapi memiliki tugas untuk melayani menurut bidangnya.

Pertemuan ini mengajak kita untuk semakin menyadari remaja merupaan bagian dari anggota gereja sehingga semakin terlibat untuk mengikuti paguyuban PIR.

C. Langkah-Langkah a. Pembukaan

1) Pendamping memberikan pengantar mengenai tema, tujuan dan proses katekese model sotarae kepada siswa.

2) Pendamping mengajak siswa menyanyikan lagu “Yesus Pokok”. Yesus Pokok dan Kita Caranya

Tinggallah didalamnya (3x) Pastilah kau akan berbuah

Yesus cintaku, ku cinta kau, kau cintai dia Yesus Pokok dan Kita Caranya Tinggallah didalamnya (3x) Pastilah kau akan berbuah

(13) b. Inti : Sotarae

1) Pendamping meminta siswa untuk membentuk kelompok sebanyak 6 orang. 2) Pendamping memberikan panduan pertanyaan kepada kelompok kecil

sebagai berikut: (dikerjakan dalam kelompok dan ditulis dalam kertas flap) a) Bagaimanakah situasi progam paguyuban PIR di parokimu?

(pertemuannya berapa bulan sekali, partisipasi peserta)

b) Bagaimankah pelaksanaan pertemuannya/kegiatannya? (pendamping, kegiatan rutin atau tidak, kehadiran peserta)

c) Bagaimana kerjasama pendamping PIR dengan remaja dalam hal kegiatan PIR?

d) Tema apa yang cocok untuk mengangkat sehubungan masalah yang ditemukan?

3) Pendamping mengajak siswa untuk mensharingkan hasil pembahasannya dalam kelompok besar.

4) Pendamping mengajak siswa untuk membaca dan mendalami I Kor 12:12-22.

5) Pendamping memberikan rangkuman dari hasil pembahasan dan mengkaitkan dengan bacaan kitab suci serta materi.

Dalam buku Iman Katolik, sebutan untuk Gereja yang lebih khas Kristiani adalah Tubuh Kristus. Tubuh Kristus diungkapkan sebagai kesatuan jemaat, meskipun banyak karunia dan pelayanan (ayat 7). I Kor 12:12-22 memberikan pengertian pada kita bahwa semua orang yang telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu roh yaitu roh kudus. Dalam segi ini semua orang Kristen adalah sama, dan ini adalah karunia yang penting. Begitu pula tubuh manusia, memiliki banyak anggota, berbeda satu dengan yang lain karena dimaksudkan untuk fungsi-fungsi yang berbeda, tetapi semua termasuk tubuh yang sama dan mendapatkan hidup dari tubuh itu. Masing-masing anggota hanya dapat menjalankan fungsinya. Semua adalah perlu, sesuai dengan tujuan yang dimaksudkan oleh Allah. Tanpa banyak anggota, tidak ada tubuh. Maka kedua hal kesatuan dan kebanyakan dilestarikan. Tidak ada anggota dapat bertindak sendiri tanpa yang lain, karena fungsi masing-masing adalah demi kebaikan bersama. Kita disebut anggota tubuh kristus yaitu jemaat yang mempunyai tugas masing-masing dengan kepalanya adalah Kristus sendiri. Sebagai tubuh Kristus kita mempunyai fungsi masing-masing sebagai pelayan Tuhan. Misalnya sebagai kaum remaja, anak-anak, orang muda, dewasa bahkan lansia. Setiap pribadi telah dianugerahi oleh Allah karunia yang unik dan spesifik tinggal kita bagaimana kita menanggapi atas Sabda Allah. Setiap jemaat mengambil peran masing-masing didalam tubuh, Apakah kita cukup sebagai anggota Gereja hanya beribadah saja setiap hari minggu? Yang hanya duduk, diam dan mendengarkan? Kita tentu tidak dipantas

(14)

disebut anggota tubuh karena tidak berfungsi. Gereja adalah paguyuban, semua warga harus sering berkumpul untuk menyatakan bahwa umat dari satu paguyuban yang sama dan melalui perkumpulan yang ada meningkatkan keguyuban. Semakin aktif yang terlibat semakin mantap dan kokoh anggota serta iman yang dimiliki. Oleh karena itu, mari kita terlibat di dalam pelayanan dengan bersungguh-sungguh melalui karunia yang telah terima dari Kristus. Bagi yang remaja kita ikuti kegiatan PIR, pendalaman iman remaja, app remaja, membantu saudara/I yang membutuhkan dan lain-lain. Kita melayani sesama sama dengan melayani Allah. Mari kita sebagai

Dokumen terkait