• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2. Jenis dan Sumber Data

4.4.2. Uji Hipotesis

Sebagai jawaban awal dari analisis di atas dilakukan uji hipotesis berikut : Hipotesis:

43 H1 : > 0

Hipotesis nol menyatakan bahwa efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model fungsi produksi. Jika hipotesis ini diterima, maka model fungsi produksi rata – rata sudah cukup mewakili data empiris. Uji statistik yang digunakan adalah uji

Chi Square.

LR = -2{ln[L(H0)/L(H1)]} = -2{ln[L(H0)]-ln[L(H1)]}

dimana L(H0) dan L(H1) adalah nilai dari fungsi likelihood dibawah hipotesis H0

dan H1.

Kriteria Uji :

LR galat satu sisi > 2 restriksi (tabel Kodde dan Palm) tolak H0

LR galat satu sisi < 2 restriksi (tabel Kodde dan Palm) terima H0

Tabel Chi Square Kodde dan Palm adalah tabel upper and lower bound dari nilai kritis untuk uji persamaan dan tidak persamaan restriksi.

Hipotesis kedua : H0 : δ1 = 0

H1 : δ1 0

Hipotesis nol artinya koefisien dari masing – masing variabel di dalam model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis ini diterima maka masing–masing variabel penjelas di dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh sama sekali terhadap tingkat inefisiensi di dalam proses produksi.

Uji statistik yang digunakan adalah : t-hitung = δi– 0

S (δi)

t-tabel = t(/2, n-k)

Kriteria uji:

t-hitung > t-tabel (/2, n-k) : tolak Ho t-hitung < t-tabel (/2, n-k) : terima Ho dimana:

k = jumlah variabel bebas

n = jumlah pengamatan/responden

44 4.4.3. Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan suatu usahatani dipengaruhi oleh sejauh mana efisiensi yang telah dilakukan oleh seorang petani. Efisiensi sendiri erat kaitannya dengan input produksi yang digunakan. Salah satu input produksi yang digunakan adalah lahan. Efisiensi dipengaruhi oleh skala usaha (lahan), dimana semakin luas skala usaha diduga akan lebih efisien dan dapat meningkatkan pendapatan petani. Dinas Pertanian mengelompokan luas lahan menjadi tiga bagian yaitu < 0,5 Ha (petani gurem), 0,5-1 Ha, dan > 1 Ha. Dikarenakan di daerah penelitian tidak terdapat responden dengan luas lahan usahatani ubi jalar > 1 Ha sehingga pengelompokan 0,5-1 Ha disingkat menjadi > 0,5 Ha. Oleh karena itu, analisis pendapatan usahatani yang dilakukan dalam penelitian membandingkan petani responden berdasarkan luas lahan garapan petani yakni luas lahan kurang dari 0,5 Ha (petani gurem) dan lebih dari 0,5 Ha.

Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengukur keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani. Hal tersebut dilakukan dengan mencatat seluruh penerimaan total dan pengeluaran/biaya total selama satu musim tanam. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan biaya total. Secara sistematis rumus penerimaan dituliskan sebagai berikut:

TR tunai = Py x Ytunai

TR diperhitungkan = Py x Y diperhitungkan

TR total = TR tunai + TR diperhitungkan

dimana:

Py = harga output (Rp/kg)

Ytunai = jumlah output yang dijual oleh petani (kg)

Y diperhitungkan = jumlah output yang dikonsumsi oleh petani baik untuk

dimakan maupun digunakan sebagai bibit (kg) TR tunai = total penerimaan tunai usahatani (Rp)

TR diperhitungkan = total penerimaan diperhitungkan usahatani (Rp)

TRtotal = total penerimaan tunai usahatani (Rp)

sedangkan rumus biaya total dituliskan sebagai berikut: TC = Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan

45 dimana:

Biaya Tunai = pengeluaran berupa uang tunai yang dikeluarkan secara langsung oleh petani (Rp)

Biaya Diperhitungkan = pengeluaran petani berupa faktor produksi tanpa mengeluarkan uang tunai (Rp)

TC = total biaya usahatani (Rp)

Dalam penelitian ini, komponen penyusutan dihitung dengan metode garis lurus dengan rumus sebagai berikut:

Penyusutan/tahun = Biaya – Nilai sisa Umur Ekonomis

Sementara pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam persamaan matematika sebagai berikut:

tunai = TR tunai – Biaya Tunai

total = TRtotal– TC

dimana:

 = pendapatan (Rp)

Selain itu, analisis pendapatan usahatani dapat dilakukan dengan analisis R/C rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Suatu usahatani dikatakan menguntungkan apabila R/C rasio lebih besar dari satu. Sebaliknya, apabila R/C rasio lebih kecil dari satu maka usahatani tersebut tidak menguntungkan. Semakin besar nilai R/C rasio maka usahatani tersebut semakin menguntungkan. Perhitungan R/C dirumuskan sebagai berikut:

Rasio R/C atas biaya tunai = Total penerimaan (Rp) = Py x Y Total biaya tunai (Rp) biaya tunai Rasio R/C atas biaya total = Total penerimaan(Rp) = Py x Y

Total biaya (Rp) TC 4.4.4. Definisi Operasional

Variabel yang diamati dalam penelitian ini merupakan dta dan informasi usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang. Variabel-variabel tersebut terlebih dahulu

46 didefinisikan untuk mempermudah pengumpulan data yang mengacu pada konsep di bawah ini:

1. Produksi ubi jalar (Y) adalah ubi jalar yang dihasilkan pada akhir musim tanam tahun 2011. Satuan pengukuran yang digunakan adalah ton.

2. Luas lahan (X1) adalah luas lahan yang digunakan dalam usahatani ubi jalar.

Satuan pengukuran yang digunakan adalah hektar (Ha).

3. Jarak tanam (X2) adalah jarak tanam dalam baris guludan yang digunakan

petani untuk menanam stek ubi jalar selama satu kali musim tanam. Satuan pengukuran yang digunakan adalah centimeter (cm).

4. Tenaga kerja (X3) adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani

ubi jalar baik tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga. Kegiatan usahatani yang dimaksud adalah dalam proses produksi mulai dari persiapan lahan sampai pasca panen selama satu musim tanam ubi jalar. Satuan pengukuran yang digunakan adalah hari orang kerja (HOK).

5. Pupuk kandang (X4) adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan petani

untuk menanam ubi jalar selama satu kali musim tanam. Satuan pengukuran yang digunakan adalah kilogram (kg).

6. Pupuk N (X5) adalah jumlah pupuk urea yang digunakan petani untuk

menanam ubi jalar selama satu kali musim tanam. Satuan pengukuran yang digunakan adalah kilogram (kg). Kandungan N pada pupuk urea mencapai 46 % (Suratiyah 2009). Untuk itu, jumlah pupuk N dalam penelitian ini diperoleh dari hasil konversi pupuk urea yang digunakan petani yaitu 46 % dari jumlah pupuk urea.

7. Pupuk P (X6) adalah jumlah pupuk phonska yang digunakan petani untuk

menanam ubi jalar selama satu kali musim tanam. Satuan pengukuran yang digunakan adalah kilogram (kg). Pupuk P diperoleh dari hasil konversi pupuk phonska yang digunakan petani yaitu 18 % dari jumlah pupuk urea. Hal ini didasarkan bahwa SP-18 yang digunakan oleh petani.

8. Pestisida (X7) adalah jumlah pestisida yang digunakan petani untuk menanam

ubi jalar selama satu kali musim tanam. Satuan pengukuran yang digunakan ml.

47 9. Usia petani (Z1) adalah usia petani yang mengusahakan usahatani ubi jalar.

Satuan pengukuran yang digunakan adalah tahun. Semakin tua usia petani diduga akan menurunkan tingkat inefisiensi karena semakin tua petani menunjukkan semakin tinggi pengalamannya.

10.Tingkat pendidikan petani (Z2) adalah lamanya pendidikan formal yang pernah

diperoleh petani. Satuan pengukuran yang digunakan adalah tahun. Semakin lama tingkat pendidikan formal petani, diduga berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis.

11.Pengalaman petani (Z3) adalah lamanya petani dalam mengusahakan usahatani

ubi jalar. Satuan pengukuran yang digunakan adalah tahun. Semakin lama pengalaman petani dalam berusahatani maka akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis.

12.Keikutsertaan dalam kelompok tani (Z4) diukur dalam bentuk dummy.

Keikutsertaan dalam kelompok tani diduga akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis karena dengan ikut dalam kegiatan kelompok tani maka pengetahuan petani akan bertambah. Nilai 1 untuk kondisi bergabung dengan poktan dan nilai 0 untuk kondisi tidak bergabung dengan poktan.

13.Varietas yang ditanam (Z5) diukur dalam bentuk dummy.Dummy varietas yang

ditanam diduga akan berpegaruh negatif terhadap inefisiensi teknis jika varietas yang digunakan memang varietas yang unggul. Nilai 1 untuk varietas AC dan nilai 0 untuk varietas lainnya.

14.Status dalam rumah tangga (Z6) diukur dalam bentuk dummy. Dummy status

dalam rumah tangga diduga mempengaruhi petani dalam mengolah lahan. Nilai 1 untuk kepala keluarga dan nilai 0 untuk ibu rumah tangga.

15.Status usahatani (Z7) diukur dalam bentuk dummy. Dummy status usahatani

diduga berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis usahatani karena tingkat keseriusan petani dalam menggarap usahataninya. Nilai 1 untuk usahatani sebagai pekerjaan utama dan nilai 0 untuk usahatani sebagai sampingan.

16.Status kepemilikan lahan (Z8) diukur dalam bentuk dummy. Dummy status

kepemilikan lahan diduga berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis. Nilai 1 untuk petani pemilik dan nilai 0 untuk petani penggarap.

48 17.Pola tanam (Z9) diukur dalam bentuk dummy. Dummy pola tanam diduga

berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis. Nilai 1 untuk pola tanam tumpang sari dan nilai 0 untuk pola tanam monokultur.

49

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN