BAB III METODE PENELITIAN
3.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2008:64).
Sedangkan menurut Suharsimi (2006:71) hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian dan belum ada jawaban empiris.
Penolakan dan penerimaan hipotesis tergantung pada hasil penyelidikan terhadap fakta-fakta. Dengan demikian, hipotesis adalah suatu teori sementara yang kebenarannya masih perlu diuji.
Berdasarkan landasan teori di atas, dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. π»π»ππ : Ada pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Barus.
π»π»ππ : Tidak Ada pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Barus.
2. π»π»ππ : Ada pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Barus.
π»π»ππ : Tidak Ada pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Barus
3. π»π»ππ : Ada pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Barus.
π»π»ππ : Tidak Ada pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Barus.
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel diukur untuk mengetahui baik buruknya pengukuran dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi definisi operasional adalah:
1. Kepemimpinan (πΏπΏππ)
Dalam penelitian ini yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam mempengaruhi tingkah laku orang lain atau kelompok agar bekerja sama di dalam situasi tertentu dalam pencapaian tujuan. Adapun Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel kepemimpinan yaitu: bersifat adil, memberikan sugesti, mendukung tercapainya tujuan, sebagai katalisator, menciptakan rasa aman, sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi dan bersikap menghargai, Wahjosumidjo (1991:154)
2. Motivasi (πΏπΏππ)
Dalam penelitian ini yang dimaksud motivasi adalah suatu perbuatan usaha untuk menggerakkan dan mendorong orang lain agar mereka mau bekerja sama dalam melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi tujuannya, sampai kebutuhan itu terpuaskan kemudian digantikan dengan tujuan-tujuan yang lainnya. Indikator dari motivasi ialah: hubungan dengan rekan kerja dan atasan, lingkungan kerja, kesempatan menigkatkan pengetahuan/keterampilan dan pemberian tunjangan.
3. Kinerja (Y)
Kinerja merupakan aspek-aspek yang menjadi ukuran dalam menilai kinerja Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kinerja karyawan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Barus yaitu bagaimana hasil dari kerja karyawan tersebut. Indikator dari kinerja adalah kuantitas, kualitas, ketepatan waktu, kehadiran, kemampuan bekerjasama, Robert L. Mathis-John H.Jackson (2006:378)
Tabel 3.1 Defenisi Oprasional
No Variabel Indikator Sub Indikator Skala
Pengukur laku orang lain atau kelompok agar bekerja sama di dalam situasi tertentu dalam
c. Mendukung
tercapainya tujuan.
1. Insisiatif yang tinggi untuk
d. Sebagai katalisator
1. selalu
g. Sumber Inspirasi 1. Selalu agar mereka mau bekerja sama dalam melakukan
b. Lingkungan Kerja 1. Tersedianya fasilitas-fasilitas kantor yang memadai.
2. Lingkungan yang bersih dan
c. Pemberian
c. Ketetapan waktu 1. Kedisiplinan pekerjaan dengan tepatnya waktu 2. Pentingnya waktu
dalam suatu pekerjaan.
d. Kehadiran 1. Selalu ontime dalam pada jam kantor
e. Kemampuan Bekerja sama
1. Mampu bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan.
2. Saling komunikasi dalam melkukan pekerjaan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden terpilih dari lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden yang terpilih, yang berisikan pernyataan mengenai variabel penelitian.
Dalam hal ini peneliti memperolehnya dengan menggunakan kuesioner dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara langsung kepada 30 karyawan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Barus.
3.5.2 Data Skunder
Pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan melalui kegiatan data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder untuk mendukung data primer. Untuk pengumpulan data sekunder ini menggunakan cara sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi masalah yang ada.
2. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang didapat di lokasi penelitib yang relevan dengan masalah yang diteliti.
3.6 Metode Angket (Kuesioner)
Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang mereka ketahui (Suharsimi, 2006:151).
Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu responden memberikan jawaban yang telah disediakan. Dengan memberikan daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden secara langsung di lokasi penelitian.
Daftar pertanyaan tersebut berkaitan dengan variabel kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan. Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan, maka perlu diubah ke dalam bentuk skor, yaitu dengan memberikan skor sebagai berikut:
a. Jawaban A diberi skor 5 dengan kategori sangat setuju.
b. Jawaban B diberi skor 4 dengan kategori setuju.
c. Jawaban C diberi skor 3 dengan kategori ragu-ragu.
d. Jawaban D diberi skor 2 dengan kategori tidak setuju.
e. Jawaban E diberi skor 1 dengan kategori sangat tidak setuju.
3.7 Metode Dokumentasi
Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan menggunakan metode dokumentasi. Dalam metode dokumentasi ini, peneliti mencari data mengenai jumlah karyawan, data absensi karyawan tahun 2018, fasilitas, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan informasi atau data dengan mempelajari dokumen-dokumen Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Barus yang meliputi nama dan jumlah karyawan, uraian tugas dan wewenang, dan sebagainya yang dibutuhkan yang berada di lingkungan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Barus.
3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Uji Hipotesis
3.8.1.1 Uji Signifikasi Parsial (Uji-t)
Uji partial (uji-t) digunakan untuk menguji apakah setiap variabel independent yaitu kepemimpinan (X1) dan motivasi (X2) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel dependent yaitu kinerja (Y) secara parsial.
Kaidah pengambilan keputusan dalam uji t dengan menggunakan SPSS dengan tingkat signifikasi yang ditetapkan adalah 5%. Penerimaan atau penolakan hipetesis dengan kriteria:
1. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak atau variabel bebas tidak dapat menjelaskan variabel terikat atau tidak ada pengaruh antara variabel yang diuji.
2. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima atau variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat atau ada pengaruh antara variabel yang diuji.
3.8.1.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-f)
Uji simultan (uji-f) ini digunakan untuk melihat apakah variabel independent yaitu kepemimpinan (X1) dan motivasi (X2) secara bersama-sama mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependent yaitu kinerja (Y).
Kriteria pengambilan keputusan dalam uji F dengan menggunakan SPSS adalah:
1. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak atau variabel bebas dari model regresi linier tidak mampu menjelaskan variabel terikat.
2. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima atau variabel bebas dari model regresi linier mampu menjelaskan variabel terikat.
3.8.2 Uji Isntrumen
Untuk memastikan apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan alat ukur yang akurat dan dapat dipercaya, maka digunakan dua macam pengujian yaitu uji validitas dan uji reliabilitas.
3.8.2.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi, 2006: 168)
Dalam menguji tingkat validitas suatu instrumen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: analisis faktor dan analisis butir. Dalam penelitian ini menggunakan analisis butir yaitu skor-skor total butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y (Suharsimi, 2006: 176). Pengujian validitas menggunakan bantuan program SPSS.
Hasil perhitungan r hitung kemudian dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikan 0,05. Apabila r hitung > r tabel maka butir instrumen dapat dikatakan valid, akan tetapi jika r hitung < r tabel maka dikatakan bahwa instrumen tersebut tidak valid.
Uji validitas digunakan dengan cara menguji korelasi antara skor item dengan skor total masing-masing variabel. Secara statistik angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dalam angka tebel r person correlation. Apabila nilai r hitung > r tabel, maka instrumen tersebut dikatakan valid. R tabel ditentukan dengan cara mencari besarnya df dan besarnya df dapat dihitung dengan rumus N-2.
N=jumlah sample : 30-2=28 dan alpha 0.01. Didapat r tabel 0,361 (lihat r tabel pada df=88). Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa semua item pertanyaan pada variabel kepemimpinan, kompensasi, motivasi dan variabel prestasi kerja memenuhi persyaratan dikarenakan nilai korelasi mempunyai nilai diatas 0,361.
3.8.2.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instumen tersebut cukup baik (Suharsimi, 2006:178). Instrumen dikatakan reliabel adalah jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu dan suatu variabel dikatakan reliabel jika memberi nilai cronbachβs Alpha >
0,60 (Ghozali, 2006:45).
3.8.3 Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini akan diuji menggunakan metode regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel yang terkait dalam penelitian. Model regresi berganda harus memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh dapat menghasilkan estimator linier yang baik. Apabila dalam suatu model telah memenuhi asumsi klasik, maka dapat dikatakan model tersebut sebagai model ideal atau menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik atau Best Linier Unbias Estimator (BLUE). Model regresi perlu diuji dengan asumsi klasik karena kriteria BLUE diatas, yang dilakukan dengan uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.
3.8.3.1 Uji Normalitas
Pengujian distribusi data bertujuan untuk pengujian suatu data penelitian apakah dalam model statistik, variabel terikat dan variabel bebas berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Distribusi data normal menggunakan statistik parametrik sebagai alat pengujian. Sedangkan distribusi tidak normal digunakan untuk analisis pengujian statistik non parametrik. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji normalitas data dari masing-masing variabel dengan menggunakan one-sample kolmogorov-smirnov.
Untuk menguji normalitas data suatu penelitian, salah satu alat yang digunakan adalah menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Menurut Imam Ghozali (2005), bahwa distribusi data dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan Z tabel dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) < Z tabel (1,96), atau angka signifikansi >
taraf signifikansi (ο‘) 0,05; maka distribusi data dikatakan normal.
2. Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) > Z tabel (1,96), atau angka signifikansi <
taraf signifikansi (ο‘) 0,05 distribusi data dikatakan tidak normal.
3.8.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol.
Multikoloneritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Regresi bebas dari multikoloneritas apabila nilai toleransinya di atas 0,0001 dan VIF kurang dari 5 (Santoso, 2000: 281) Imam Ghozali (2002:64) mengatakan bahwa nilai VIF multikoloneritas adalah kurang dari 10 dan tolerance mendekati 1.
3.8.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y-prediksi β Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Melihat grafik terlihat tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.8.4 Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat yaitu antara variabel kepemimpinan (X1) dan motivasi kerja (X2) terhadap variabel kinerja (Y). Dengan menggunakan rumus sebagai berikut
ππ =β +ππππ ππππ+ ππππππππ
Keterangan:
Y = Kinerja Ξ± = Konstanta X1 = Kepemimpinan X2 = Motivasi
b1 = Koefisien Regresi kepemimpinan b2 = Koefisien Regresi motivasi kerja
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Umum Perusahaan
Sebagai Pelabuhan umum yang tidak diusahakan kapal-kapal yang menyinggahi Pelabuhan Kelas III Barus, pada umumnya adalah kapal-kapal dengan konstruksi tersebut dari kayu serta kegiatan bongkar muatnya secara umum masih dikerjakan langsung oleh tenaga manusia / ABK-nya sendiri.
Dalam rangka pelayanan terhadap kapal-kapal yang melakukan kegiatan atau menyinggahi pelabuhan Kelas III Barus pada akhir-akhir inidihapkan pula pada permasalahan yaitu terjadinya tumpang tindih kewenangan terhadap pelayanan bagi kapal-kapal pelayanan bagi kapal-kapal Nelayan khususnya yang berukuran kurang dari 7 GT isi kotornya.
Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 31 tahun 2004, tanggal 06 oktober 2004 tentang Perikanan dan Kelautan yang akan melahirkan peraturan daerqh yang sepertinya member ke3an mengabaikan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayanan.
Dari permasalahan tersebut memberikan dampak yang sangat besar terhadap kegiatan yang selama ini terjadi Tugas pokok dan Fungsi Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Barus khususnya pada tugas sektor Lalu lintas, Angkutan Laut dan Pelayanan Jasa.
Selain sebagi Pelabuhan Umum, Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kels III Barus juga merupakan salah satu tujuan kunjungan Wisata yang berada di Daerah Kabupaten Tapanuli-tengah Provinsi Sumatera Utara yang banyak dikunjungi oleh Wisatawan baik domestic maupun Manca Negara.
Hal ini juga disebabkan oleh Kantor Unit Penyelenggara Kelas III Barus merupakan salah satu Pelabuhan Umum yang pantainya landai, Pasirnya Putih, pemandangannya indah kelaut lepas serta berjarak hanya 350 Km dari ibu kota Provinsi Sumatera Utara (Medan) hal ini juga sejak dahulu sudah dikenal oleh banyak pihak dan masyarakat umum.
Pada saat ini kondisi Pelabuhan Kelas III Barus sedang dikunjungi sebagai pelabuhan Wisata Bahri yang kegiatan perusahaan nya di Kelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli-tengah.
Berdasarkan Keputusan Kementrian Perhubungan Nomor KM.62 Tahun 2010 tanggal 08 November tentang Organisasi dan Tata kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Barus yang membawahi dua (2) wilayah kerja masing-masing.
1. Wilayah Kerja Muara Tapus 2. Wilayah Kerja Sorkam
Keadaan Iklim Pelabuhan Kelas III Barus dipengaruhi musim Timur dan musim Barat dengan suhu udara rata-rata berkisar 30ΒΊ dengan suhu tertinggi antara 32ΒΊ dan 33ΒΊ sedangkan suhu yang terendah antara 24ΒΊ dan 22ΒΊ sedangkan angin timur dengan kecepatan sekitar 10-17 Km/Jam bertiup antara bulan Maret sampai dengan bulan Agustus, sedangkan angin barat dengan kecepatan sekitar 15-25 Km/jam antara bulan September dengan bulan Febuari.
Adapun gambaran Geografis dan Iklim pada wilayah tersebut adalah:
1. Pelabuhan Kelas III Barus, berada di Kecamatan Barus yang terletak di Kelurahan Pasar Batu Gerigis Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara pada koordinat:
91ΒΊ 98ΒΊ 53ΒΊ BT 10ΒΊ 26ΒΊ 11ΒΊ LU
2. Wilayah Kerja Muara Tapus berada di Kecamatan Sirandorung terletak di Desa Muara Tapus Kabupaten Tapanuli-Tengah Provinsi Sumatera Utara Pada koordinat:
89ΒΊ 98ΒΊ 53ΒΊ BT 10ΒΊ 26ΒΊ 11ΒΊ LU
3. Wilayah Kerja Sorkam berada di Kecamatan Sorkam yang terletak di Desa Pasar Sorkam Kabupaten Tapanuli-Tengah Provinsi Sumatera Utara pada koordinat:
91ΒΊ 98ΒΊ 53ΒΊ BT 10ΒΊ 26ΒΊ 11ΒΊ LU
Gambar 4.1 Gedung Pelabuhan Kelas III Barus Tahun 2018
Sumber: Kantor Pelabuhan Kelas III Barus.
Pelabuhan kecil barus mulai dikenal pada tahun 627 Sebelum Masehi, yang terletak di pantai barat laut Provinsi Sumatera Utara menghadap ke Samudra Hindia yang luas, peernah menjadi eksportir utama Kamper (kapur barus) dan kamper kayu dunia.
Begitu banyak sehingga bahkan sampai hari ini kaata kamper dalam bahasa Indonesia kapur barus yang berarti kapur dari barus. Saat ini, meskipun barus merupakan pelabuhan antar pulau yang sepi dan hanya melayani perahu tradisional yang membawa barang dan barang dagangan ke Nias di Samudera Hindia, Aceh Utara, Sumatera Barat dan Minangkabau ke selatan. Masa kemasan yang sudah lewat ketika kapal dari India, Arab, Persia dan China yang digunakan untuk berlayar berbondong bonding untuk berlabuh disini untuk mencari kamper berkualitas dan berharga tinggi serta rempah-rempah lainnya yang sangat dicari di seluruh India dan Timur Tengah.
Sejak abad awal Masehi, Barus adalah terkenal dengan kamper dan kamper kayu yang sayangnya saat ini dimiliki semuanya menghilang kecuali namanya. Namanya banyak disebut-sebut dari bahasa Yunani, America, Arab, India, Tamil, Cina dan Melayu jawa. Setelah orang-orang Arab, disusun Srilanka dan kemudian orang-orang Spanyol, Inggris dan Belanda. Hal ini tidak mengherankan bahwa anda akan menemukan Pelabuhan barus yang kosmopolitan, dimana penduduk asli batak hidup harmoni dengan pendatang dari Jawa, Minangkabau, Cina, India dan Arab.
4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan A. Visi
Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan perhubungan yang handal, mapu berdaya saing dan memberikan nilai tambah
B. Misi
Adpun Misi Pelabuhan Kelas III Barus adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan tingkat jasa pelayanan, sarana dan prasarana perhubungan.
2. Melaksanakan konsolidasi melalui restruktirisasi dan reformasi dibidang sarana dan prasaran perhubungan.
3. Meningkatkan aksebelitas masyarakat terhadap pelayanan jasa perhubungan.
4. Meningkatkat kualitas pelayanan jasa perhubungan yang handal dan memberikan nilai tambah.
C. Tujuan
Tujuan Pelabuhan Kelas III Barus adalah menjadi Pelabuhan yang terbaik dan menghasilkan keuntungan yang ditargetkan.
4.1.3 Makna Logo Perusahaan
Gambar 4.2 Logo Pelabuhan Kelas III Barus Sumber : Pelabuhan Kelas III Barus.
Lambang terdiri dari bentuk lingkaran dan pita bertuliskan Kementrian Perhubungan Republik Indonesia yang menggambarkan satu kesatuan, kekompakan dan keterpaduan dalam melaksanakan tugas yang diembanKementrian Perhubungan untuk mencapai cita-cita Bangsa dan Negara.
Adpun Unsur-unsur lambang tersebut terdiri dari : 1. Sayap tujuh helai sebelah kiri dan kanan.
2. Jangkar yang menyatu sayap dan ekor.
3. Bola dunia warna biru dengan garis-garis warna emas yang menyatu dengan roda gigi sebanyak 12 buah warnah emas dan 12 buah warnah biru
4. Ekor warnah emas lima helai
5. Padi 45 butir dan kapas 17 buah seluruhnya berwana emas yang tangkainya di ikat dengan pita warnah emas bebrbentuk angka delapan.
6. Seloka βWahana MAnghayu Warga pertiwiβ diletakkan didalam jangkar warnah biru.
7. Pita warnah emas dan biru diletakkan dibawah lingkaran warnah emas dengan tulisan Kementrian Perhubungan Republik Indonesia.
Adpun ariti lambang Logo tersebut adalah :
1. Roda bergigi berarti matra Perhubungan darat.
2. Jangkar berarti matra Perhubungan laut.
3. Burung Garuda berarti matra Perhubungan Udara.
4. Bulatan Bumi berarti lingkup pelayanan jasa Perhubungan
5. Warnah logo terdiri dari warna biru langit (Cerulean Blue) berarti kedamain dan kuning berarti keagungan.
4.1.4 Ruang Lingkup Perusahaan
Sasaran penulisan adalah Pelabuhan Kelas III Barus itu sendiri dan daerah hinterlandnya, yaitu Kabupaten tapanuli-tengah, Kotamadya Sibolga, Kabupaten Tapanuli Sewlatan, Kabupaten Nias, dan Kabupaten Tapanuli Utara yang dibatasipada identifikasi terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan pengembangan dan peningkatan fungsi Pelabuhan Kelas III Barus guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan dipantai Barat Sumatera Utara.
4.1.5 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan salah satu unsur terpenting dalam suatu organisasi atau perusahaan. Fungsi struktur organisasi diantaranya adalah untuk pembagian wewenang, menyusun pembagian kerja dan merupakan suatu sistem komunikasi. Dengan demikian kegiatan yang beraneka ragam dalam suatu perusahaan disusun secara teratur sehingga tujuan usaha yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai dengan baik. Dalam penerapannya struktur organisasi dari suatu perusahaan selalu berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk menetapkan suatu struktur organisasi harus dilihat sesuai dengan jenis perusahaan dan lingkup kebutuhan perusahaan yang menggunakannya.
Struktur organisasi yang dipergunakan Pelabuhan Kelas III Barus adalah struktur organisasi garis, yang perlimpahan wewenang berlangsung secara vertikal yaitu dari pimpinan tertinggi kepada para bagian atau departemen yang bersangkutan. Dengan adanya struktur organisasi yang memisahkan fungsi dengan jelas, maka dapat diperoleh keuntungan sebagai berikut:
1. Terciptanya arus komunikasi yang baik dalam perusahaan.
2. Terhindar dari konflik dalam pelaksanaan kegiatan kerja.
3. Mendapatkan ketegasan fungsi dan tanggung jawab dari masing-masing karyawan.
4. Terwujudnya hubungan yang harmonis antar karyawan dalam perusahaan.
Gambar 4.3 Struktur Organisasi Pelabuhan Kelas III Barus Kabupaten Tapanuli-tengah
Sumber : Pelabuhan Kelas III Barus
4.1.6 Deskripsi Tugas Perusahaan
Pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Barus dapat dibentuk Wilayah kerja sesuai dengan kebutuhan berdasarkan analisi organisasi dan beban kerja mempunyai tugas melakukan kegiatan pemberian pelayanan lalu lintas angkutan laut, keamanan,dan keselamatan pelayaran diperaian pelabuhan untuk
Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
Petugas Tata Usaha
Petugas lalu Lintas Angkutan Laut
Petugas Fasilitas Pelabuhan
Petugas Kesyabandaran
Wilker SORKAM Wilker TAPUS
mempelancar angkutan laut yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Barus.
Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian yang ada dalam struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
Wewenang dan tanggung jawab dari Kepala Kantor adalah sebagai berikut:
a. Membuat kebijaksanaan yang diperlukan dalam pelaksanaannya.
b. Mengatur strategi agar pelaksanaan operasi perusahaan dapat berjalan dengan
b. Mengatur strategi agar pelaksanaan operasi perusahaan dapat berjalan dengan