• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

G. Hipotesis Penelitian

Sejalan dengan pertanyan penelitian yang telah diajukan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Pembelajaran IPS Terpadu berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siswa.

2. Pembelajaran IPS Terpadu berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan belajarr bermakna pada siswa.

3. Pembelajaran IPS Terpadu berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan belajar bermakna pada siswa.

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 4 Cianjur yang beralamat di Jl. Adi Sucipta No. 2 Cianjur Kabupaten Cianjur – Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 4 Cianjur semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 835 orang. Terdiri dari kelas VII yang berjumlah 316 orang (delapan kelas), kelas VIII berjumlah 276 orang (enam kelas) , dan kelas IX berjumlah 243 orang (enam kelas).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling, sebanyak 2 kelas dari 20 kelas yang ada di SMP

Negeri 4 Cianjur. Sugiyono (2009:124) menyatakan bahwa, “Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII D dan VII G. Kelas VII D sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII G sebagai kelompok kontrol.. Pemilihan dua kelas tersebut didasarkan pada kriteria kelas unggulan yang ditetapkan oleh sekolah.

Tabel 3.1. Perhitungan Pengambilan Sampel

Kelas Jumlah Sampel

VII D 40

VII G 39

Jumlah 79

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design. Desain ini merupakan desain yang paling lazim digunakan dalam

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian pendidikan karena peneliti menggunakan kelompok yang sudah ditentukan. Dalam penelitian ini diambil dua kelompok siswa, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan pembelajaran yang berbeda. Kelompok yang satu merupakan kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran IPS dengan pendekatan terpadu. Sedangkan kelompok lain adalah kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan seperti kelompok eksperimen, tetapi menggunakan pembelajaran IPS yang masih terpisah antara kajian geografi, sosiologi, sejarah, dan ekonomi. Kedua kelompok diberikan pretest dan posttest, dengan menggunakan instrumen tes yang sama. Pada tahap selanjutnya adalah membandingkan perbedaan skor rerata antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Desain penelitian tersebut berbentuk:

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Pretes Perlakuan Posttest

Eksperimen O X O

Kontrol O - O

Sumber: diadaptasi dari Sugiyono(2009:116) Keterangan:

O : Tes awal (sebelum perlakuan)/tes akhir (setelah perlakuan) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

X : Perlakuan dengan melaksanakan pembelajaran IPS Terpadu di kelas eksperimen.

Desain proses pembelajaran IPS pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara lebih jelas digambarkan pada tabel 3.3 sebagai berikut:

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Desain Proses Pembelajaran

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol - Pretest

- Kegiatan Pembelajaran dengan Perlakuan:

1. Pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan terpadu

2. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan

menyajikan satu tema 3. Siswa belajar IPS Terpadu

dengan melakukan diskusi kelompok

4. Latihan soal dan evaluasi sesuai tema

5. Guru menutup pembelajaran - Posttest

- Pretest

- Kegiatan Pembelajaran: 1. Pembelajaran IPS dengan

kajian materi IPS secara terpisah-pisah

2. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan

menyajikan satu Kompetensi Dasar

3. Siswa belajar IPS secara terpisah dengan melakukan diskusi kelompok

4. Latihan soal dan evaluasi melalui LKS

5. Guru menutup pembelajaran -Posttest

- Kuesioner C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi, karena mengujicobakan perlakuan pembelajaran IPS Terpadu di dalam kelas. Dalam penelitian ini, unsur manipulasi perlakuan yaitu pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu yang dilakukakn peneliti untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pembelajaran IPS Terpadu dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pembelajaran bermakna pada siswa.

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini menggunakan eksperimen kuasi karena penelitian yang dilakukan tidak memungkinkan untuk meneliti semua variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat karena keterbatasan waktu maupun biaya. D. Definisi Operasional

Sesuai dengan judulnya, maka variabel yang akan diteliti adalah

pendekatan terpadu dalam pembelajaran IPS, berpikir kritis dan pembelajaran bermakna. Berikut akan diuraikan definisi operasional yang terkait dengan variabel-variabel penelitian yang akan diteliti.

1. Pembelajaran IPS Terpadu

Pembelajaran IPS Terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik (Kemdikbud, 2013:126).

Pada pembelajaran IPS Terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Kompetensi Dasar IPS di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian: sosiologi, sejarah, geografi, dan ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

2. Berpikir Kritis

Menurut Ennis (1992), berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir yang terjadi pada seseorang serta bertujuan untuk membuat keputusan- keputusan yang rasional mengenai sesuatu yang dapat ia yakini kebenarannya. Keterampilan-keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan-kemampuan pemecahan masalah yang menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya.

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Ennis. Dari duabelas indikator dipilih sebanyak tujuh indikator, yaitu (1) memfokuskan pertanyaan; (2) bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan menantang; (3) mendefinisikan istilah; (4) membuat induksi dan mempertimbangkan hasil deduksi; (5) membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan; (6) mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi; dan (7) menentukan suatu tindakan

3. Pembelajaran Bermakna

Titik tolak pembelajaran bermakna adalah pandangan Ausubel dan Robinson (Dahar, 2011: 95), yang menyatakan bahwa proses pertama dalam belajar bermakna adalah pemilahan (subsumption), di mana materi baru berhubungan dengan gagasan yang relevan dan telah dimiliki seseorang dalam struktur kognitifnya. Ahmad Yani (2011), menyatakan bahwa dalam proses subsumption, makna diperoleh melalui pengorganisasian pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya untuk kemudian dihubungkan dengan pengetahuan baru. Dengan demikian, suatu pembelajaran dikatakan bermakna jika siswa dapat menerima kebermaknaan secara logis dari apa yang dipelajarinya dengan gagasan yang ada dalam struktur kognitifnya.

Indikator belajar bermakna yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator belajar bermakna yang dikembangkan Yani (2011) dengan merujuk pada Ausubel, yaitu: (1) menyebutkan sejumlah konsep dari tema tertentu yang dipelajari; (2) menghubungkan antara dua konsep atau lebih dari tema tertentu yang dipelajari; dan (3) menarik kesimpulan makna tentang sesuatu hal yang dipelajari.

E. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Untuk memperoleh data yang refresentatif digunakan dua jenis instrumen, yaitu jenis tes dan non tes. Instrumen jenis tes adalah soal-soal

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan berpikir kritis dan pembelajaran bermakna, dan IPS Terpadu, sedangkan instrumen non tes yaitu lembar observasi selama proses pembelajaran untuk mengetahui aktivitas guru dan peserta didik, angket, untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap proses pembelajaran IPS Terpadu.

1. Tes

Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu: tahap pembuatan instrumen dan tahap uji coba instrumen(untuk tes kemampuan berpikir kritisdan pembelajaran bermakna yang disusun secara terpadu).

a. Tahap Pembuatan Instrumen

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang berbentuk soal uraian. Tes tertulis ini disusun berdasarkan indikator kompetensi dasar pada materi pelajaran IPS Kelas VII semester ganjil yang dibuat juga berdasarkan indikator berpikir kritis dan pembelajaran bermakna yang akan dicapai siswa. Kompetensi dasar tersebut diambil dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 karena kurikulum tersebut masih digunakan di SMP Negeri 4 Cianjur.

Langkah-langkah dalam membuat tes adalah: 1) Menentukan tujuan tes

2) Menentukan acuan yang akan dipakai dalam tes (acuan kriteria atau acuan norma)

3) Membuat kisi-kisi

4) Membuat soal sesuai kisi-kisi b. Tahap Uji Coba Instrumen

Instrumen yang telah dibuat, diujicobakan terlebih dahulu agar dapat diketahui validitas dan reliabilitasnya. Uji coba dilaksanakan pada siswa kelas VIII F SMP Negeri 4 Cianjur dengan pertimbangan bahwa kelas VIII telah

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendapatkan materi tersebut pada waktu kelas VII. Analisis hasil uji coba instrumen meliputi uji validitas, uji reliabilitas, analisis tingkat kesukaran, dan analisis daya pembeda. Analisis hasil uji coba instrumen ini dilakukan dengan menggunakan Anates ver 4.0.

1) Validitas

Item butir soal yang sudah diujicobakan, dihitung validitasnya dengan cara menghitung korelasi antara skor tiap butir soal (x) dengan skor total (y). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009:173). Hasil uji validitas kemudian diinterpretasikan seperti berikut ini:

Tabel 3.4

Interpretasi Validitas Item Soal No Tingkat Hubungan Interval

1 Sangat Kuat 0.80-1,00

2 Kuat 0,60-0,79

3 Sedang 0,40-0,59

4 Rendah 0,20-0,39

5 Sangat Rendah 0,00-0,19 Diadaptasi dari Sugiyono (2009:257)

2) Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama . Hasil uji reliabilitas kemudian diinterpretasikan seperti berikut ini:

Tabel 3.5

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Batasan Kategori

0,80<ri≤1,00 Tinggi

0,60<ri≤0,80 Cukup

0,40<ri≤0,60 Agak Rendah

0,20<ri≤0,40 Rendah

<ri≤0,20 Sangat Rendah 3) Daya Pembeda

Daya Pembeda sebuah soal merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang belajar dengan siswa yang tidak belajar. Soal yang memiiki daya pembeda baik bila siswa yang belajar dapat menyelesaikan soal dengan baik, dan siswa yang tidak belajar tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik. Klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah:

Tabel 3.6

Klasifikasi Daya Pembeda

Rentang Kategori

0,70<DP≤1,00 Sangat Baik

0,40<DP≤0,70 Baik

0,20<DP≤0,40 Cukup 0,00<DP≤0,20 Jelek Diadaptasi dari Suherman (Ariani, 2013:54) 4) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran suatu soal menunjukkan bahwa soal tersebut

termasuk kategori sukar, sedang atau mudah, dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 3.7

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Rentang Kategori

0,70≤TK≤1,00 Mudah

0,31≤TK≤0,70 Sedang

0,00≤TK≤0,30 Sukar 2. Format Observasi

Observasi dilakukan tiap pertemuan dalam pembelajaran terhadap aktivitas guru dan siswa. Data observasi dicatat dalam lembar observasi. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa yang menjadi subjek penelitian selama pembelajaran IPS Terpadu. Data yang diperoleh dari observasi dijadikan sumber kesimpulan penelitian.

Observasi dilaksanakan untuk melihat apakah pembelajaran IPS Terpadu ini efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan bermakna. Format observasi yang dibuat disesuaikan dengan indikator yang akan diukur melalui rentangan antara nilai 1 sampai 4. Skor dihitung dengan rumus:

(Jumlah Skor yang diperoleh : Skor ideal) x 100%

Skala yang digunakan adalah skala Likert, dengan kriteria interpretasi skor sebagai berikut:

Tabel 3.8

Kriteria Interpretasi Skor Persentase Kategori

0% - 20% Sangat Lemah

21% - 40% Lemah

41% - 60% Cukup

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

81% - 100% Sangat Kuat Diadaptasi dari Riduan (2010:88)

3. Angket/Kuesioner

Penelitian ini juga menggunakan angket sebagai alat pengumpul datanya, maka yang menjadi sumber data adalah responden. Responden penelitian ini adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 4 Cianjur sebagai sumber data primer dan guru sebagai sumber data sekunder.

Menurut Sugiyono (2009:199), angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pertanyaan terbuka (untuk guru) dan pertanyaan tertutup (untuk siswa). Pertanyaan-pertanyaan tersebut terutama berkaitan dalam hal tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran IPS terpadu kaitannya dengan upaya peningkatan berpikir kritis dan belajar bermakna pada siswa. Skor yang diperoleh dari angket siswa dihitung dengan rumus:

(Jumlah Skor yang diperoleh : Skor ideal) x 100%

Skala yang digunakan adalah skala Guttman, karena pertanyaan yang diajukan menghendaki jawaban tegas yaitu setuju atau tidak setuju. Tafsiran persentasinya (Warsito, 1992:10-11) adalah sebagai berikut:

0% = tidak satupun 1% - 25 % = sebagian kecil 26% - 49% = hampir setengahnya 50% = setengahnya 51% - 75% = sebagian besar 76% - 99% = hampir seluruhnya 100% = seluruhnya

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini data diperoleh dari hasil pretest dan pottest, observasi, dan wawancara mengenai proses pembelajaran IPS Terpadu.

Untuk memperoleh data tersebut, penulis melakukan serangkaian langkah, yaitu melakukan pretes, posttes, wawancara dan observasi terhadap sampel yang sudah ditentukan, baik sampel yang mendapat perlakuan pembelajaran IPS Terpadu (kelompok eksperimen), maupun terhadap sampel yang tidak mendapat perlakuan (kelompok kontrol). Secara keseluruhan, teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 3.9.

Tabel 3.9

Teknik Pengumpulan Data No Sumber

Data Jenis Data

Teknik Pengumpulan

Data

Keterangan 1. Siswa Pembelajaran IPS

Terpadu, Keterampilan Berpikir Kritis, dan Belajar Bermakna

Tes Tertulis

Dilakukan pada awal dan akhir pembelajaran Aktifitas siswa selama

proses pembelajaran berlangsung Observasi Dilakukan saat proses pembelajaran Tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPS Terpadu Kuesioner siswa Dilakukan setelah proses pembelajaran 2. Guru Aktifitas guru selama

proses pembelajaran berlangsung Observasi Dilakukan saat proses pembelajaran Tanggapan guru terhadap pembelajaran IPS Terpadu Wawancara Dilakukan setelah proses pembelajaran

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penghitungan dan analisis data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Menyeleksi data hasil tes, baik pretes maupun posttes, hasil observasi dan hasil wawancara yang terkumpul. Proses ini dilakukan karena mungkin saja terdapat perbedaan antara jumlah peserta tes dengan jumlah yang terkumpul, atau terdapat jawaban yang tidak diisi oleh siswa.

2. Memberikan skor pada tiap-tiap butir soal dalam data hasil tes sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan.

3. Memasukkan atau melakukan input data dari skor tersebut pada program komputer Microsoft Excel 2007.

4. Selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis dengan statistik dengan tujuan dapat memperoleh kesimpulan penelitian.

Analisis data dilaksanakan dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) ver 16 dengan tahapan sebagai berikut: 1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan Korelasi Product Moment. Kondisi normalitas menjadi syarat pengujian hipotesis dengan ststistik parametrik. Selain itu, uji normalitas data juga akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis statistik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau non-parametrik. Jika hasil uji tidak normal dan tidak homogen, dilakukan uji non parametrik. Langkah yang dilakukan adalah dengan menginput dan menganalisa menggunakan SPSS ver 16.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data dilaksanakan setelah uji normalitas data. Tujuan uji homogenitas data adalah untuk mengetahui apakah data tersebut berasal

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Selain itu juga untuk menentukan jenis analisis statistik apa yang selanjutnya digunakan dalam uji hipotesis data. Karena syarat dari uji statistik parametrik, data penelitian harus berdistribusi normal dan homogen.

Melakukan Uji Homogenitas untuk menguji kesamaan (homogen) beberapa bagian sampel. Dalam peneilitian ini perhitungan homogenitas menggunakan teknik Uji statistic Lavene dibantu dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) ver 16 yang membandingkan nilai hasil pretest dan postest dengan ketentuan jika hitung lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka nilai tes tersebut tidak memiliki perbedaan varian/ homogen.

3. Uji Hipotesis penelitian

Uji Hipotesis dalam penelitian ini dihitung dengan uji –t untuk mengetahui nilai rata-rata dari kedua kelompok tersebut memiliki perbedaan yang signifikan atau tidak. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan homogenitas data. Dalam uji hipotesis ini penulis membandingkan hasil pretes dan posttes kelompok eksperimen (Pembelajaran IPS Terpadu) dengan kelompok kontrol (Pembelajaran IPS secara terpisah). Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan penggunaan IPS Terpadu terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan bermakna pada siswa.

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran IPS Terpadu terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran IPS Terpadu juga secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan pembelajaran bermakna. Dan secara bersamaan, pembelajaran IPS Terpadu berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan bermakna pada siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan bermakna pada siswa, terjadi pula di kelas kontrol (pembelajaran non IPS Terpadu), tetapi secara rata-rata nilai posttest kelas eksperimen (pembelajaran IPS Terpadu) jauh lebih tinggi dibandingan kelas kontrol

Secara khusus, kesimpulan yang berhubungan dengan rumusan masalah dan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran IPS Terpadu berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen sebelum dan setelah diterapkannya pembelajaran IPS Terpadu. Peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siswa, terjadi pula di kelas kontrol (pembelajaran IPS terpisah), tetapi secara rata-rata nilai posttest kelas eksperimen (pembelajaran IPS Terpadu) jauh lebih tinggi dibandingan kelas kontrol. Dengan demikian pembelajaran IPS Terpadu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran IPS yang dilaksanakan secara terpisah.

2. Pembelajaran IPS Terpadu berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan belajar bermakna pada siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan belajar bermakna siswa pada kelas eksperimen sebelum dan

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

setelah diterapkannya pembelajaran IPS Terpadu. Peningkatan pembelajaran bermakna , terjadi pula di kelas kontrol (pembelajaran IPS terpisah), tetapi secara rata-rata nilai posttest kelas eksperimen (pembelajaran IPS Terpadu) jauh lebih tinggi dibandingan kelas kontrol. Dengan demikian pembelajaran IPS Terpadu dapat meningkatkan pembelajaran bermakna lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran IPS yang dilaksanakan secara terpisah. 3. Pembelajaran IPS Terpadu berpengaruh secara signifikan terhadap

peningkatan kemampuan berpikir kritis dan belajar bermakna pada siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan kemampuan berpikir kritis dan belajar bermakna pada siswa pada kelas eksperimen sebelum dan setelah diterapkannya pembelajaran IPS Terpadu. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan bermakna pada siswa, terjadi pula di kelas kontrol (pembelajaran IPS terpisah), tetapi secara rata-rata nilai post test kelas eksperimen (pembelajaran IPS Terpadu) jauh lebih tinggi dibandingan kelas kontrol. Dengan demikian pembelajaran IPS Terpadu secara bersamaan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritisdan bermakna pada siswa lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran IPS yang dilaksanakan secara terpisah.

B. Saran

Bertolak dari hasil penelitian ini, penulis memberikan beberapa saran dan masukan sebagai berikut:

1. Pembelajaran IPS Terpadu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan bermakna pada siswa. Oleh karena itu, IPS Terpadu ini dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Agar mencapai hasil yang optimal, maka guru perlu mempelajarinya terlebih dahulu sehingga diperoleh pemahaman, baik secara konseptual maupun praktikal.

2. Bagi guru IPS diharapkan dapat terus meningkatkan kompetensinya dalam melaksanakan pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan IPS Terpadu dengan menggali berbagai pengetahuan terkait dengan

Yuyun Kurniasari, 2014

Pengaruh Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Bermakna Pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran, dalam upaya mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan bermakna pada siswa. Dalam hal ini, guru IPS diharapkan dapat saling