• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya (Suharsimi,2009:55). Berdasarkan teori-teori dan penelitian terdahulu yang dijelaskan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh dukungan organisasi terhadap kinerja Satpol PP dalam menertiban papan reklame di kota Medan.

Ha : Terdapat pengaruh dukungan organisasi terhadap kinerja Satpol PP dalam menertiban papan reklame di kota Medan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Menurut Sugiyono (2013:13) metode penelitian kuantitatif adalah :

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan objek penelitian ataupun hasil penelitian. Adapun pengertian deskriptif menurut Sugiyono (2012:29) adalah metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.

Penggunaan metode deskriptif kuantitatif ini diselaraskan dengan variabel penelitian yang memusatkan pada masalah-masalah faktual dan fenomena yang sedang terjadi pada saat sekarang dengan bentuk hasil penelitian berupa angka-angka yang memiliki makna, hal tersebut sejalan dengan yang di kemukakan oleh Sudjana (1997:53) “Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan secara kuantitatif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau

suatu kejadian yang terjadi pada saat sekarang dalam bentuk angka-angka yang bermakna.

adapun tujuan dari penelitian dengan metode ini adalah untuk menjelaskan suatu situasi yang hendak diteliti dengan studi kepustakaan sehingga lebih memperkuat analisa peneliti dalam membuat suatu kesimpulan. Dimana hasil penelitian diperoleh dari hasi perhitungan indikator – indikator variabel penelitian kemudian di paparkan secara tertulis.

3.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan , Jl. Arif Lubis No.2 Medan Kecamatan Medan Timur. Peneliti memilih lokasi tersebut karena penulis melihat pelanggaran ketertiban umum di Kota Medan khususnya masalah reklame semakin meningkat tiap tahunnya, permasalahan reklame ini sangat beragam, dimulai dari masalah perizinan sampai dengan masalah penempatannya. Namun yang menjadi puncak permasalahan ini adalah bagaimana upaya penyelesian ataupun solusi yang diambil oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan sebagai aparat yang bertugas dan berfungsi sebagai pelaksana kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan pelaksana kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat di Kota Medan untuk menyelesaikan permasalahan ini sehingga semakin meningkatkan ketertiban umum di Kota Medan.

Maka dari itu kinerja Satpol PP menjadi tolak ukur dalam menentukan keberhasilan dan keberlangsungan dari penertiban reklame yang di selenggarakan di kota Medan, peneliti juga mengambil sudut pandang dukungan organisasi yang

menjadi faktor yang mempengaruhi kinerja Satpol PP dalam menertibkan Reklame di kota Medan

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan ukuran lain yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian. Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian (Suhardi,2006:23). Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel ini adalah Stratified sampling, Prasetyo (2005:130) menyatakan bahwa Stratified sampling adalah cara penarikan sampel untuk populasi yang memiliki karakteristik heterogen atau karakteristik yang dimiliki populasi bervariasi, Sugiyono (2009:120) juga menyebutkan bahwa Stratified sampling Selain digunakan untuk populasi yang tidak homogen, teknik ini juga digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang berstrata. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai satpol PP Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 : Populasi Sampel Satpol PP kota Medan Status Kepegawaian Jumlah

ASN 86 orang

PHL 635 orang

Jumlah total 721 orang

Berdasarkan tabel di atas total jumlah populasi adalah 721 orang, untuk menghitung penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan, maka digunakan rumus Gay dalam Mahmud (2011:159) minimal 10 % dari jumlah populasi 721 maka sampel dalam penelitiannya adalah 72 orang. Selanjutnya penentuan masing-masing kelompok menggunakan rumus proportional, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2 : Penentuan jumlah sampel Status

Kepegawaian

Jumlah populasi

Jumlah sampel

ASN 86 orang 86/721 x 72 = 9 orang PHL 635 orang 635/721 x 72 = 63 orang Jumlah total 721 orang 72 orang

Selanjutnya pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling.

Teknik ini disebut juga serampangan, tidak pandang bulu atau tidak pilih kasih, obyektif, sehingga seluruh elemen populasi mempuyai kesempatan untuk menjadi sampel penelitian (Tukiran, 2012:35). Cara menentukan jumlah sampel menggunakan undian yang dibagikan secara acak kepada seluruh pegawai di kantor Satuan Polisi Pamong Praja kota Medan, dengan cara memberikan 86 kertas dengan acak kepada 86 orang ASN yang masing masing dalam kertas tersebut memiliki angka 1 sampai dengan 86, maka bagi pegawai yang mendapatkan nomor 1 sampai dengan 9 akan menjadi sampel dari penelitian, sebaliknya juga dengan PHL pembagian 635 kertas dengan acak kepada 635 orang PHL yang masing masing dalam kertas tersebut

memiliki angka 1 sampai dengan 63, maka bagi pegawai yang mendapatkan nomor 1 sampai dengan 63 akan menjadi sampel dari penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2009:62) teknik pengumpulan data adalah :

karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data maka teknik pengumpulan data merupakan langkah yang cukup strategis untuk dilakukan selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian tentunya data tidak bisa hanya dari satu informan melainkan dari banyak informan yang sesuai dengan tujuan penelitian tersebut. Oleh karena itu data-data yang telah didapat dikumpulkan hingga waktunya tiba untuk diolah.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan kuesioner. Lebih lanjut dikatakan oleh Sugiyono (2009:199) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner yang digunakan oleh peneliti sebagai instrumen penelitian adalah dengan menggunakan kuesioner tertutup. Dalam skala likert variabel akan dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut akan digunakan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan :

1. Untuk jawaban SS (sangat setuju) diberi skor : 5 2. Untuk jawaban S (setuju) diberi skor : 4 3. Untuk jawaban N (netral) diberi skor : 3 4. Untuk jawaban TS (tidak setuju) diberi skor : 2 5. Untuk jawaban STS (sangat tidak setuju) diberi skor : 1

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Analisis kuantitatif dimaksudkan untuk memperkirakan besarnya pengaruh secara kuantatif dari satu perubahan atau beberapa kejadian lainnya dengan menggunakan statistik. Teknik analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh dukungan organisasi (X) terhadap kinerja satpol PP kota Medan (Y) adalah teknik analisis regresi linier sederhana. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana karena penelitian ini hanya menganalisis dua variabel yaitu dukungan organisasi dan kinerja pegawai. Analisis ini digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh variabel X yaitu dukungan organisasi terhadap variabel Y kinerja satpol PP kota Medan secara langsung dengan menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana. Model Persamaan Regresi Linear Sederhana adalah seperti berikut ini :

Y = a + bX Dimana:

Y= Variabel response atau vaiabel akibat (Dependet)

X = Variabel Predictor atau Variabel Faktor Penyebab (Independent) a=konstanta

b = koefisien regresi (kemiringan); besaran Respon

Nilai-nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan Rumus dibawah ini : a = (Σy) (Σx²) – (Σx) (Σxy)

n(Σx²) – (Σx)²

b = n(Σxy) – (Σx) (Σy) n(Σx²) – (Σx)²

3.5.1. Uji normalitas data

Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Teknik yang digunakan yaitu uji kolmogorov-smirnov dengan program SPSS.

3.5.2. Uji homogenitas data

Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Pada analisis regresi, persyaratan analisis yang dibutuhkan adalah bahwa galat regresi untuk setiap pengelompokan berdasarkan variabel terikatnya memiliki variansi yang sama.

Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : σ1 = σ2 = σ3 = … = σn atau variansi pada tiap kelompok sama (homogen) H1 : bukan H0 atau variansi pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen)

3.6 Pengujian Instrumen

Sebelum pelaksanaan penelitian (tahap pengumpulan data) terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan untuk mengadakan uji kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability) alat ukur yang disusn dalam peneliitian ini. Uji coba instrumen bertujuan untuk mengukur validitas dan realibilitas

alat ukur yang disusun oleh peneliti, guna memenuhi persyaratan suatu proses penelitian.

Pengujian instrumen dilakukan di Satpol PP Kota Tanjung Balai karena memiliki karakteristik yang sama bagi sampel penelitian yang akan diteliti. Dengan Sampel uji coba sebanyak 30 orang pegawai satpol PP yang bertugas melaksanakan penertiban papan reklame di Kota Tanjung Balai dengan pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak sederhana dengan memberikan nomor undian.

3.6.1. Uji Validitas

Arikunto (2009:168) mengatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Seba;iknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki valaiditas yang rendah.

Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kevaliditan dari suatu instrumen, artinya bahwa instrumen yang benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Formula yang digunakan untuk mengukur uji validitas ini menggunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson ( Sugiyono, 2005:182) yaitu:

Keterangan:

rXY = Korelasi antara Variabel X dan Y

X = Jumlah skor tiap item dari seluruh responden uji coba

Y = Jumlah skortotal seluruh item dari keaseluruhan responden uji coba ΣX = Jumlah skor tiap butir angket dari tiap responden

ΣY = Jumlah skor total butir angket dari tiap responden N = Banyaknya data

Langkah - langkah yang dilakukan dalam uji validitas instrument angket tersebut sebagai berikut :

a. Menyebarkan instrumen yang akan diuji validitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya.

b. Mengumpulkan data hasil uji coba instrument

c. Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap dengan menggunakan program SPSS.

3.6.2. Uji realibilitas

Uji ini dilakukan dengan cara membandingkan angka Cronbach alpha minimal 0,6, artinya jika nila Cronbach alpha yang didapat dari hasil perhitungan SPSS lebih besar dai 0,6 maka disimpulkan kuisioner tersebut reliabel, sebaiknya jika lebih kecil dari 0,6 maka disimpulkan tidak reliabel.

3.7 Operasionalisasi Konsep

Operasional konsep adalah penentuan konstrak dari variabel yang akan dipelajari dan sifatnya dapat diukur. Definisi ini menjelaskan tentang cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengembangkan cara pengukuran dari variabel yang dipilih.

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang ada atau terjadi mendahului variabel terikatnya. Keberadaan variabel bebas menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan organisasi yang diterapkan pada pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan.

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian. Variabel terikat dalam penelitan ini adalah kinerja pegawai pada Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dioperasionalisasikan ke dalam indikator dan sub indikator seperti di bawah ini:

Tabel 3.3 : Operasionalisasi Konsep

Variabel Indikator Sub Indikator Skala

Dukungan Organisasi (Payaman J Simanjuntak,

2005:16)

Pengorganisasian a. Kejelasan uraian tugas

b. Prosedur kerja

Skala Likert SS sampai STS (5 sampai 1) Peralatan Kerja a. Penyediaan sarana

dan peralatan kerja yang lengkap

Kondisi Kerja a. Ketersediaan alat alat Pelindung b. Pemahaman

menggunakan alat pelindung

Tabel operasionilasi konsep tersebut kemudian akan dikaji kembali untuk menegaskan definisi yang terkandung di dalamnya. Apabila definisi sudah jelas, maka akan diperoleh indikator dari variabel-variabel yang ada untuk selanjutnya digunakan untuk memperoleh sub-indikator untuk digunakan dalam pembuatan kuesioner.

Adapun variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

a. Dukungan Organisasi

1 Indikator pengorganisasian dapat diukur dengan melihat kejelasan uraian tugas dan prosedur kerja. Sub-indikator dari pengorganisasian dapat memengaruhi kinerja yang dihasilkan pegawai di dalam organisasi.

Syarat-Syarat Kerjasama a. Jalinan kerjasama

b. kekompakan Tanggung jawab a. Hasil kerja

b. Mengambil keputusan Inisiatif c. Kemandirian

2 Indikator peralatan kerja dapat dilihat dengan melihat tersedianya sarana dan prasarana kerja. Ketika tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memumpuni, maka kinerja yang dihasilkan pegawai juga dapat meningkat.

3 Indikator kondisi kerja dapat diukur dengan ketersediaan alat pelindung dan pemahaman menggunakan alat pelindung. Ketika tersedianya alat pelindung dan pegawai telah paham dalam menggunakan alat tersebut, maka akan menciptakan kenyamanan lingkungan kerja dalam aspek keamanan yang dimana hal tersebut akan menunjang kinerja pegawai.

4 Indikator syarat-syarat kerja dapat diukur dengan adanya sistem penggajian, jaminan sosial tenaga kerja, perlindungan hak-hak pekerja, hubungan industrial, hal tersebut mempengaruhi kenyamanan untuk melakukan tugas dan juga mempengaruhi kinerja pegawai.

b. Kinerja Pegawai

1 Indikator kualitas dapat diukur dengan kemampuan, keterampilan dan tingkat kesesuaian hasil kerja

2 Indikator kuantitas dapat diukur dengan tingkat waktu dalam bekerja dan tingkat pencapaian target

3 Indikator kerjasama dapat diukur dengan tingkat jalinan kerjasama antar pegawai dan tingkat kekompakan antar pegawai

4 Indikator tanggung jawab dapat diukur dengan tingkat rasa tanggung jawab pada hasil kerja dan tingkat tanggung jawab saat mengambil keputusan

5 Indikator inisiatif dapat diukur dengan tingkat kemandirian untuk menyelesaikan pekerjaan.

37 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan

Dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan di daerah secara berkesinambungan, ketentraman dan ketertiban umum merupakan kebutuhan dasar dalam pelaksanaan pembangunan di daerah, ketentraman dan ketertiban umum adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan Pemerintah, Pemerintah daerah dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tentram, tertib dan teratur.

Salah satu perangkat pemerintahan daerah yang bertujuan untuk membantu kepala daerah dalam rangka menegakkan peraturan daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat adalah Satuan Polisi Pamong Praja atau yang biasanya disebut dengan Satpol PP. Satpol PP adalah perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja SATPOL PP ditetapkan dengan Peraturan Daerah, Satpol PP dapat berkedudukan di Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Di Daerah Provinsi Satpol PP dipimpin oleh Kepala yang bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah, sedangkan di Daerah Kabupaten/Kota dipimpin oleh kepala yang bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah.

38

Polisi Pamong Praja sendiri didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 1950 dengan motto Praja Wibawa, untuk mewadahi sebagian ketugasan pemerintah daerah. Sebenarnya ketugasan ini telah dilaksanakan pemerintah sejak zaman kolonial. Sebelum menjadi Satuan Polisi Pamong Praja setelah proklamasi kemerdekaan dimana diawali dengan kondisi yang tidak stabil dan mengancam NKRI, dibentuklah Detasemen Polisi sebagai Penjaga Keamanan Kapanewon di Yogyakarta sesuai dengan Surat Perintah Jawatan Praja di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat. Pada tanggal 10 November 1948, lembaga ini berubah menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja. Di Jawa dan Madura, Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk tanggal 3 Maret 1950, inilah awal mula terbentuknya Satpol PP. dan oleh sebab itu, setiap tanggal 3 Maret ditetapkan sebagai Hari Jadi Satuan Polisi Pamong Praja ( Satpol PP ) dan diperingati setiap tahun, Polisi Pamong Praja mengalami beberapa kali pergantian nama namun tugas dan fungsinya sama, yaitu :

1 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1948 pada tanggal 30 Oktober 1948 didirikanlah Detasemen Polisi Pamong Praja Keamanan Kapanewon yang pada tanggal 10 Nopember 1948 diubah namanya menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja.

2 Tanggal 3 Maret 1950 berdasarkan Keputusan Mendagri No.UP.32/2/21 disebut dengan nama Kesatuan Polisi Pamong Praja.

3 Pada Tahun 1962 sesuai dengan Peraturan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah No. 10 Tahun 1962 nama Kesatuan Polisi Pamong Praja diubah menjadi Pagar Baya.

39

4 Berdasarkan Surat Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah No.1 Tahun 1963 Pagar Baya dubah menjadi Pagar Praja.

5 Setelah diterbitkannnya UU No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, maka Kesatuan Pagar Praja diubah menjadi Polisi Pamong Praja, sebagai Perangkat Daerah.

6 Dengan diterbitkannya UU No.22 Tahun 1999 nama Polisi Pamong Praja diubah kembali dengan nama Satuan Polisi Pamong Praja, sebagai Perangkat Daerah.

7 Terakhir dengan diterbitkannya UU no.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, lebih memperkuat Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja sebagi pembantu Kepala Daerah dalam menegakkan Peraturan Daerah dan Penyelenggaraan Ketertiban umum dan ketenteraman Masyarakat dibentuk SATUAN POLISI PAMONG.

40 4.1.2 Lambang Satuan Polisi Pamong Praja

Adapun arti atau makna dari lambang Satuan Polisi Pamong Praja dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 4.1 Lambang dan Makna Satpol PP

Sumber : Peraturan Mentri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019

41

4.1.3 Visi dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan A. Visi

Visi satuan Polisi Pamong Praja merupakan skenario masa depan dan perwujudan pandangan apa yang harus dicapai oleh Satuan Polisi Pamong Praja kurun Waktu 2016 – 2021. Rumusan visi ini berguna untuk memberikan aturan dan pegangan dalam merumuskan perencanaan strategis yang meliputi atau yang dipengaruhi oleh kondisi sejarah masa lalu, kondisi internal dan eksternal serta isu isu lokal, nasional dan global yang telah dan sedang berkembang.

Berdasarkan kekuatan, peluang, kelemahan dan tantangan yang dimiliki, dalam merumuskan skenario ke depan satuan polisi Pamong Praja kota Medan harus dilandasi dengan prinsip keunggulan kompetitif dan kemapanan manajemen satuan polisi Pamong Praja kota Medan dengan harapan bahwa satuan polisi Pamong Praja kota Medan menjadi SKPD Terdepan dalam memberikan pelayanan ketentraman dan ketertiban, penyelenggaraan perlindungan masyarakat serta penegakan peraturan perundang Undangan daerah kota Medan.

Berdasarkan itu, visi satuan polisi Pamong Praja kota Medan kurun waktu 2016 sampai 2021 adalah “ Medan kota masa depan yang tentram, tertib dan Taat aturan” Visi tersebut mengandung beberapa makna sebagai berikut :

1 Kota masa depan yang dimaksudkan adalah gambaran masyarakat kota tentang kota Medan, baik secara fisik tata ruang, ekonomi maupun sosial budaya, yang diharapkan dapat diwujudkan untuk lima tahun ke depan melalui penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan kota secara bersama sama oleh seluruh Pemangku kepentingan kota secara

42

berkesinambungan termasuk melalui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Satpol PP kota Medan

2 Tentram, tertib dan peraturan yang dimaksud adalah kondisi di mana masyarakat hidup dengan rasa aman, nyaman damai, tenang, rapi dan teratur dan menjunjung tinggi tegaknya peraturan perundang undangan daerah

B. Misi

Visi dapat diartikan sebagai alasan keberadaan satuan polisi Pamong Praja kota Medan yang diwujudkan dalam bentuk maksud dan tujuan umum serta peran yang di yang di emban sebagai salah satu SKPD kota Medan. Adapun misi satuan polisi Pamong Praja kota Medan adalah sebagai berikut :

1 Meningkatkan upaya penegakan peraturan perundang undangan daerah.

2 Meningkatkan upaya penyelenggaraan keterangan umum dan ketertiban masyarakat.

3 Memperkuat peran serta masyarakat dalam perlindungan masyarakat.

4 Meningkatkan pendapatan asli daerah kota Medan.

4.1.4 Struktur Organisasi

Menurut peraturan Wali Kota Medan No 49 Tahun 2018 tentang rincian tugas dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan, Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan, terdiri atas :

a. Kepala Satuan

b. Sekretaris, membawahkan :

43 1. Kepala sub bagian program 2. Kepala sub b agian keuangan

3. Kepala sub bagian umum dan perlengkapan

c. Kepala bidang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, membawahkan :

1. Kepala seksi operasi dan pengendalian 2. Kepala seksi komunikasi dan kerja sama 3. Kepala seksi pengamanan dan pengawalan

d. Kepala bidang perlindungan masyarakat, membawahkan : 1. Kepala seksi satuan perlindungan masyarakat

2. Kepala seksi bina potensi masyarakat

e. Kepala bidang penegak peraturan perundang-undangan daerah, membawahkan :

1. Kepala seksi pembinaan dan penyuluhan 2. Kepala seksi pengawasan dan penyelidikan

3. Kepala seksi penyidikan, penuntutan dan barang bukti f. Kepala bidang sumber daya manusia, membawahkan :

1. Kepala seksi pelatihan dasar 2. Kepala seksi teknis fungsional 3. Kepala seksi data dan pengembangan g. Kelompok jabatan fungsional dan pelaksana.

44 4.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen 4.2.1 Hasil uji Validitas Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuisioner. Instrumen yang akan diuji validitas dan reliabilitasnya adalah angket dukungan organisasi dan kinerja pegawai dalam menertiban papan reklame.

Validitas kuisioner dapat diketahui dengan menghitung skor jawaban masing masing pegawai Satpol PP Kota Tanjung Balai. Rumus yang digunakan untuk menentukan validitas kuisioner adalah rumus kolerasi product moment yang dikelola dengan menggunakan program SPSS versi 21. Kaidah hasil keputusan hasil analisis kuisioner adalah dengan membandingkan r hitung dengan r tabel.

Jika r hitung ≥ r tabel untuk taraf kesalahan α = 0,05, maka instrumen tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya jika r hitung < r tabel maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid, dan nilai r tabel yang digunakan adalah 0,148. Angket yang digunakan, skor angket dan perhitungan validitas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5, sedangkan kaidah hasil analisis variabel dukungan organisasi, dan kinerja pegawai dapat dilihat pada tabel berikut :

Jika r hitung ≥ r tabel untuk taraf kesalahan α = 0,05, maka instrumen tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya jika r hitung < r tabel maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid, dan nilai r tabel yang digunakan adalah 0,148. Angket yang digunakan, skor angket dan perhitungan validitas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5, sedangkan kaidah hasil analisis variabel dukungan organisasi, dan kinerja pegawai dapat dilihat pada tabel berikut :

Dokumen terkait