• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : METODE PENELITIAN

3.7 Operasionalisasi Konsep

Operasional konsep adalah penentuan konstrak dari variabel yang akan dipelajari dan sifatnya dapat diukur. Definisi ini menjelaskan tentang cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengembangkan cara pengukuran dari variabel yang dipilih.

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang ada atau terjadi mendahului variabel terikatnya. Keberadaan variabel bebas menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan organisasi yang diterapkan pada pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan.

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian. Variabel terikat dalam penelitan ini adalah kinerja pegawai pada Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dioperasionalisasikan ke dalam indikator dan sub indikator seperti di bawah ini:

Tabel 3.3 : Operasionalisasi Konsep

Variabel Indikator Sub Indikator Skala

Dukungan Organisasi (Payaman J Simanjuntak,

2005:16)

Pengorganisasian a. Kejelasan uraian tugas

b. Prosedur kerja

Skala Likert SS sampai STS (5 sampai 1) Peralatan Kerja a. Penyediaan sarana

dan peralatan kerja yang lengkap

Kondisi Kerja a. Ketersediaan alat alat Pelindung b. Pemahaman

menggunakan alat pelindung

Tabel operasionilasi konsep tersebut kemudian akan dikaji kembali untuk menegaskan definisi yang terkandung di dalamnya. Apabila definisi sudah jelas, maka akan diperoleh indikator dari variabel-variabel yang ada untuk selanjutnya digunakan untuk memperoleh sub-indikator untuk digunakan dalam pembuatan kuesioner.

Adapun variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

a. Dukungan Organisasi

1 Indikator pengorganisasian dapat diukur dengan melihat kejelasan uraian tugas dan prosedur kerja. Sub-indikator dari pengorganisasian dapat memengaruhi kinerja yang dihasilkan pegawai di dalam organisasi.

Syarat-Syarat Kerjasama a. Jalinan kerjasama

b. kekompakan Tanggung jawab a. Hasil kerja

b. Mengambil keputusan Inisiatif c. Kemandirian

2 Indikator peralatan kerja dapat dilihat dengan melihat tersedianya sarana dan prasarana kerja. Ketika tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memumpuni, maka kinerja yang dihasilkan pegawai juga dapat meningkat.

3 Indikator kondisi kerja dapat diukur dengan ketersediaan alat pelindung dan pemahaman menggunakan alat pelindung. Ketika tersedianya alat pelindung dan pegawai telah paham dalam menggunakan alat tersebut, maka akan menciptakan kenyamanan lingkungan kerja dalam aspek keamanan yang dimana hal tersebut akan menunjang kinerja pegawai.

4 Indikator syarat-syarat kerja dapat diukur dengan adanya sistem penggajian, jaminan sosial tenaga kerja, perlindungan hak-hak pekerja, hubungan industrial, hal tersebut mempengaruhi kenyamanan untuk melakukan tugas dan juga mempengaruhi kinerja pegawai.

b. Kinerja Pegawai

1 Indikator kualitas dapat diukur dengan kemampuan, keterampilan dan tingkat kesesuaian hasil kerja

2 Indikator kuantitas dapat diukur dengan tingkat waktu dalam bekerja dan tingkat pencapaian target

3 Indikator kerjasama dapat diukur dengan tingkat jalinan kerjasama antar pegawai dan tingkat kekompakan antar pegawai

4 Indikator tanggung jawab dapat diukur dengan tingkat rasa tanggung jawab pada hasil kerja dan tingkat tanggung jawab saat mengambil keputusan

5 Indikator inisiatif dapat diukur dengan tingkat kemandirian untuk menyelesaikan pekerjaan.

37 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan

Dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan di daerah secara berkesinambungan, ketentraman dan ketertiban umum merupakan kebutuhan dasar dalam pelaksanaan pembangunan di daerah, ketentraman dan ketertiban umum adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan Pemerintah, Pemerintah daerah dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tentram, tertib dan teratur.

Salah satu perangkat pemerintahan daerah yang bertujuan untuk membantu kepala daerah dalam rangka menegakkan peraturan daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat adalah Satuan Polisi Pamong Praja atau yang biasanya disebut dengan Satpol PP. Satpol PP adalah perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja SATPOL PP ditetapkan dengan Peraturan Daerah, Satpol PP dapat berkedudukan di Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Di Daerah Provinsi Satpol PP dipimpin oleh Kepala yang bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah, sedangkan di Daerah Kabupaten/Kota dipimpin oleh kepala yang bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah.

38

Polisi Pamong Praja sendiri didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 1950 dengan motto Praja Wibawa, untuk mewadahi sebagian ketugasan pemerintah daerah. Sebenarnya ketugasan ini telah dilaksanakan pemerintah sejak zaman kolonial. Sebelum menjadi Satuan Polisi Pamong Praja setelah proklamasi kemerdekaan dimana diawali dengan kondisi yang tidak stabil dan mengancam NKRI, dibentuklah Detasemen Polisi sebagai Penjaga Keamanan Kapanewon di Yogyakarta sesuai dengan Surat Perintah Jawatan Praja di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat. Pada tanggal 10 November 1948, lembaga ini berubah menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja. Di Jawa dan Madura, Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk tanggal 3 Maret 1950, inilah awal mula terbentuknya Satpol PP. dan oleh sebab itu, setiap tanggal 3 Maret ditetapkan sebagai Hari Jadi Satuan Polisi Pamong Praja ( Satpol PP ) dan diperingati setiap tahun, Polisi Pamong Praja mengalami beberapa kali pergantian nama namun tugas dan fungsinya sama, yaitu :

1 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1948 pada tanggal 30 Oktober 1948 didirikanlah Detasemen Polisi Pamong Praja Keamanan Kapanewon yang pada tanggal 10 Nopember 1948 diubah namanya menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja.

2 Tanggal 3 Maret 1950 berdasarkan Keputusan Mendagri No.UP.32/2/21 disebut dengan nama Kesatuan Polisi Pamong Praja.

3 Pada Tahun 1962 sesuai dengan Peraturan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah No. 10 Tahun 1962 nama Kesatuan Polisi Pamong Praja diubah menjadi Pagar Baya.

39

4 Berdasarkan Surat Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah No.1 Tahun 1963 Pagar Baya dubah menjadi Pagar Praja.

5 Setelah diterbitkannnya UU No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, maka Kesatuan Pagar Praja diubah menjadi Polisi Pamong Praja, sebagai Perangkat Daerah.

6 Dengan diterbitkannya UU No.22 Tahun 1999 nama Polisi Pamong Praja diubah kembali dengan nama Satuan Polisi Pamong Praja, sebagai Perangkat Daerah.

7 Terakhir dengan diterbitkannya UU no.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, lebih memperkuat Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja sebagi pembantu Kepala Daerah dalam menegakkan Peraturan Daerah dan Penyelenggaraan Ketertiban umum dan ketenteraman Masyarakat dibentuk SATUAN POLISI PAMONG.

40 4.1.2 Lambang Satuan Polisi Pamong Praja

Adapun arti atau makna dari lambang Satuan Polisi Pamong Praja dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 4.1 Lambang dan Makna Satpol PP

Sumber : Peraturan Mentri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019

41

4.1.3 Visi dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan A. Visi

Visi satuan Polisi Pamong Praja merupakan skenario masa depan dan perwujudan pandangan apa yang harus dicapai oleh Satuan Polisi Pamong Praja kurun Waktu 2016 – 2021. Rumusan visi ini berguna untuk memberikan aturan dan pegangan dalam merumuskan perencanaan strategis yang meliputi atau yang dipengaruhi oleh kondisi sejarah masa lalu, kondisi internal dan eksternal serta isu isu lokal, nasional dan global yang telah dan sedang berkembang.

Berdasarkan kekuatan, peluang, kelemahan dan tantangan yang dimiliki, dalam merumuskan skenario ke depan satuan polisi Pamong Praja kota Medan harus dilandasi dengan prinsip keunggulan kompetitif dan kemapanan manajemen satuan polisi Pamong Praja kota Medan dengan harapan bahwa satuan polisi Pamong Praja kota Medan menjadi SKPD Terdepan dalam memberikan pelayanan ketentraman dan ketertiban, penyelenggaraan perlindungan masyarakat serta penegakan peraturan perundang Undangan daerah kota Medan.

Berdasarkan itu, visi satuan polisi Pamong Praja kota Medan kurun waktu 2016 sampai 2021 adalah “ Medan kota masa depan yang tentram, tertib dan Taat aturan” Visi tersebut mengandung beberapa makna sebagai berikut :

1 Kota masa depan yang dimaksudkan adalah gambaran masyarakat kota tentang kota Medan, baik secara fisik tata ruang, ekonomi maupun sosial budaya, yang diharapkan dapat diwujudkan untuk lima tahun ke depan melalui penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan kota secara bersama sama oleh seluruh Pemangku kepentingan kota secara

42

berkesinambungan termasuk melalui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Satpol PP kota Medan

2 Tentram, tertib dan peraturan yang dimaksud adalah kondisi di mana masyarakat hidup dengan rasa aman, nyaman damai, tenang, rapi dan teratur dan menjunjung tinggi tegaknya peraturan perundang undangan daerah

B. Misi

Visi dapat diartikan sebagai alasan keberadaan satuan polisi Pamong Praja kota Medan yang diwujudkan dalam bentuk maksud dan tujuan umum serta peran yang di yang di emban sebagai salah satu SKPD kota Medan. Adapun misi satuan polisi Pamong Praja kota Medan adalah sebagai berikut :

1 Meningkatkan upaya penegakan peraturan perundang undangan daerah.

2 Meningkatkan upaya penyelenggaraan keterangan umum dan ketertiban masyarakat.

3 Memperkuat peran serta masyarakat dalam perlindungan masyarakat.

4 Meningkatkan pendapatan asli daerah kota Medan.

4.1.4 Struktur Organisasi

Menurut peraturan Wali Kota Medan No 49 Tahun 2018 tentang rincian tugas dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan, Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan, terdiri atas :

a. Kepala Satuan

b. Sekretaris, membawahkan :

43 1. Kepala sub bagian program 2. Kepala sub b agian keuangan

3. Kepala sub bagian umum dan perlengkapan

c. Kepala bidang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, membawahkan :

1. Kepala seksi operasi dan pengendalian 2. Kepala seksi komunikasi dan kerja sama 3. Kepala seksi pengamanan dan pengawalan

d. Kepala bidang perlindungan masyarakat, membawahkan : 1. Kepala seksi satuan perlindungan masyarakat

2. Kepala seksi bina potensi masyarakat

e. Kepala bidang penegak peraturan perundang-undangan daerah, membawahkan :

1. Kepala seksi pembinaan dan penyuluhan 2. Kepala seksi pengawasan dan penyelidikan

3. Kepala seksi penyidikan, penuntutan dan barang bukti f. Kepala bidang sumber daya manusia, membawahkan :

1. Kepala seksi pelatihan dasar 2. Kepala seksi teknis fungsional 3. Kepala seksi data dan pengembangan g. Kelompok jabatan fungsional dan pelaksana.

44 4.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen 4.2.1 Hasil uji Validitas Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuisioner. Instrumen yang akan diuji validitas dan reliabilitasnya adalah angket dukungan organisasi dan kinerja pegawai dalam menertiban papan reklame.

Validitas kuisioner dapat diketahui dengan menghitung skor jawaban masing masing pegawai Satpol PP Kota Tanjung Balai. Rumus yang digunakan untuk menentukan validitas kuisioner adalah rumus kolerasi product moment yang dikelola dengan menggunakan program SPSS versi 21. Kaidah hasil keputusan hasil analisis kuisioner adalah dengan membandingkan r hitung dengan r tabel.

Jika r hitung ≥ r tabel untuk taraf kesalahan α = 0,05, maka instrumen tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya jika r hitung < r tabel maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid, dan nilai r tabel yang digunakan adalah 0,148. Angket yang digunakan, skor angket dan perhitungan validitas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5, sedangkan kaidah hasil analisis variabel dukungan organisasi, dan kinerja pegawai dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 : Uji validitas Dukungan Organisasi

Konsep Dukungan Organisasi Indikator Angket Jumlah

+ -

Kinerja setiap orang juga tergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, kenyamanan lingkungan kerja serta kondisi dan syarat kerja (Payaman J Simanjuntak, 2005 : 15)

45

Tabel 4.2 : Uji Validitas Kinerja pegawai

Konsep kinerja pegawai Indikator Angket Jumlah

+ -

Kinerja adalah hasil secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Anwar Prabu Mangkunegara, 2011 : 75)

Berdasarkan tabel di atas instrumen dukungan organisasi memiliki 35 butir soal angket yang valid sedangkan instrumen kinerja memiliki 37 butir soal angket yang valid.

46 4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila digunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau peneliti lain tetap memberikan hasil yang sama.

Oleh karena itu, pengujian reliabilitas hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data yang tidak bersifat tendensius. Instrumen dapat dikatakan andal (reliable) bila memiliki koefisien keandalan reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih. Atas dasar kriteria tersebut dengan alat uji reliabilitas yang digunakan adalah teknik Cronbach Alpha, hasil pengujian reliabilitas terhadap semua variabel ditunjukkan tabel berikut ini :

Tabel 4.3 : Interpretasi Reliabilitas Instrumen Dukungan Organisasi

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items

N of Items

.937 .947 60

Pada tabel Reliability Statistics, pada nilai Cronbach’s Alpha Based on Standardized Items, pada nilai tersebut menunjukan 0,937 > 0,6. Oleh karena itu instrumen dukungan organisasi secara keseluruhan reliabel. Dapat diambil kesimpulan bahwa instrumen ini diketagorikan tinggi.

47

Tabel 4.4 : Interpretasi Reliabilitas Instrumen Kinerja Pegawai

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items

N of Items

.940 .949 60

Pada tabel Reliability Statistics, lihat nilai Cronbach’s Alpha Based on Standardized Items, pada nilai tersebut menunjukan 0,949 > R tabel 0,361, maka instrumen kinerja pegawai secara keseluruhan reliabel. Dapat diambil kesimpulan bahwa instrumen ini diketagorikan tinggi.

Tabel 4.5 : Uji Reliabilitas Instrumen

No Variabel Alpha Keterangan

1 Dukungan Organisasi 0,937 Reliabel

2 Kinerja pegawai 0,940 Reliabel

Rekapitulasi hasil pengukuran reliabilitas pada tabel yang telah di paparkan di atas, menunjukkan bahwa ke lima variabel memiliki nilai alpha > 0,6 maka instumen penelitian dukungan organisasi dan kinerja pegawai layak untuk digunakan dalam pengumpulan data penelitian.

48 4.3 Deskripsi Data penelitian

4.3.1 Deskripsi Data Dukungan Organisasi (X)

Deskripsi data dukungan organisasi pada penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan data penelitian dari variabel tersebut dengan lebih rinci melalui tabel dan grafik sehingga lebih mudah untuk memahami penyebaran dari data yang diperoleh melalui instrumen angket yang dianalisis dengan SPSS versi 21.

Selanjutnya deskripsi data dukungan organisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6 : Deskripsi Data Dukungan Organisasi

Statistics

Dukungan_Organisasi

N Valid 72

Missing 0

Mean 139.75

Median 140.00

Mode 140

Std. Deviation 7.269

Variance 52.838

Range 36

Minimum 121

Maximum 157

Sum 10062

Berdasarkan tabel diatas data variabel dukungan organisasi dengan nilai minimum 121, nilai maksimum 157. Dengan nilai rata-rata (_

𝑋) 139,75 , nilai

49

median (me) 140, simpangan baku (s) sebesar 7,269 dan total nilai 10062. Adapun penyebaran distribusi frekuensi didalam dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Data Dukungan Organisasi (X)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 121-128 4 5.6 5.6 5.6

129-136 17 23.6 23.6 29.2

137-144 32 44.4 44.4 73.6

145-152 16 22.2 22.2 95.8

153-160 3 4.2 4.2 100.0

Total 72 100.0 100.0

Pada tabel distribusi frekuensi, distribusi frekuensi (X1) di atas dapat dilihat bahwa pada kelas interval 121 - 128 yaitu sebanyak 4 data atau sebesar 4

%. Pada kelas interval 129 – 136 sebanyak 17 data atau sebesar 23,6%. Pada kelas interval 137 – 144 sebanyak 32 data atau sebesar 44.4%. Pada kelas interval 145 – 152 sebanyak 16 data atau sebesar 22,2%. Pada kelas interval 153 – 160 sebanyak 3 data atau sebesar 4.2%. Selanjutnya data dukungan organisasi dapat dilihat pada gambar berikut ini :

50

Gambar 4.2 Histogram Dukungan Organisasi (X)

4.3.2 Deskripsi Data Kinerja Pegawai (Y )

Deskripsi data kinerja pegawai pada penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan data penelitian dari variabel tersebut dengan lebih rinci melalui tabel dan grafik sehingga lebih mudah untuk memahami penyebaran dari data yang diperoleh melalui instrumen angket yang dianalisis dengan program SPSS versi 21. Selanjutnya deskripsi data kinerja organisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.8 : Deskripsi Data Kinerja Pegawai

Statistics

Kinerja_pegawai

N Valid 72

Missing 0

Mean 149.33

51

Berdasarkan tabel di atas data variabel kinerja pegawai dengan nilai minimum 130, nilai maksimum 168. Dengan nilai rata-rata (_

𝑋) 149,33 nilai median (me) 149, simpangan baku (s) 8,776 dan total nilai 10752. Adapun penyebaran distribusi frekuensi didalam dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Kinerja pegawai (Y)

Kelas Interval KP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Pada tabel distribusi frekuensi distribusi frekuensi (Y) di atas dapat dilihat bahwa pada kelas interval 130 - 137 yaitu sebanyak 8 data atau sebesar 11,1 %.

Pada kelas interval 138 – 145 sebanyak 16 data atau sebesar 22,2%. Pada kelas interval 146 – 153 sebanyak 25 data atau sebesar 34,75%. Pada kelas interval 154

Median 149.00

52

– 161 sebanyak 15 data atau sebesar 20,8 %. Pada kelas interval 162 – 169 sebanyak 8 data atau sebesar 11.1%. Selanjutnya data dukungan organisasi dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 4.3 : Histogram Kinerja Pegawai (Y)

4.4 Pengujian Persyaratan Analisis

Dalam menggunakan uji parametrik dalam perhitungan statistik dengan menggunakan uji regresi perlu dipenuhi asumsi bahwa data berdistribusi normal dan juga mempunyai hubungan yang linier. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Supardi (2013:129) yang mengatakan bahwa pengujian dengan statistik inferensial parametrik mensyaratkan beberapa hal seperti uji normalitas dan uji linieritas. Dalam penelitian ini menggunakan uji regresi dengan terlebih dahulu menguji asumsi bahwa data berdistribusi normal dan mempunyai hubungan yang

53

linier. Dalam penelitian ini pengujian persyaratan analisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions).

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, sehingga tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sebaran data tersebut berdistribusi normal atau tidak.

Tabel 4.10 : Uji Normalitas Data

Hasil uji normalitas pada data variabel dukungan organisasi menujukkan nilai Sig. 0,506. Nilai tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan nilai alpha (0,506>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada variabel dukungan organisasi berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas pada data variabel kinerja pegawai menujukkan nilai Sig. 0,681. Nilai tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan nilai alpha (0,681>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada variabel kinerja pegawai berdistribusi normal.

54 4.5 Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi- variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel X dan Y bersifat homogen atau tidak.

Tabel 4.11 : Uji Homogenitas Data

Signifikansi homogenitas variabel dukungan organisasi 0.553 >0.05 menunjukkan variabel dukungan organisasi adalah homogen. Signifikansi homogenitas variabel kinerja pegawai 0.605 >0.05 menunjukkan variabel kinerja pegawai adalah homogen.

4.6 Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pada penelitian ini maka pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Adapun hasil pengujian linieritas dengan SPSS pada data penelitian di bawah ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.12 : Uji Linearitas

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2663.105 1 2663.105 171.277 .000a

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Dukungan Organisasi .356 1 70 .553

Kinerja_pegawai .271 1 70 .605

55

Residual 1088.395 70 15.549

Total 3751.500 71

a. Predictors: (Constant), Kinerja_pegawai b. Dependent Variable: Dukungan_Organisasi

Dari tabel hasil pengujian linieritas antara dukungan organisasi dengan kemampuan kinerja pegawai Satpol PP dengan SPSS dilihat dari pengujian Sig Pada data X terhadap Y, dimana sebesar 0,000 karena Sig. > α (0,000 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut mempunyai hubungan yang linier.

Sedangkan pengujian dengan menggunakan nilai F diperoleh Fhitung = 171.277 sedangkan Ftabel = 19,30 (Fhitung < F5,2) maka dapat disimpulkan bahwa hubungan kedua variabel adalah tidak linier.

4.7 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis terhadap data dukungan organisasi (X), terhadap kinerja pegawai Satpol Kota Medan (Y) menggunakan analisis statistik parametrik yaitu uji regresi yang mana uji asumsi persyaratan yang telah dilakukan sebelumnya telah memenuhi untuk menggunakan pengujian dengan uji parametrik yang mana data berdistribusi normal dan mempunyai hubungan yang linier.

Adapun hipotesis penelitian yang diuji dalam penelitian ini yaitu : (1) Terdapat kontribusi yang signifikan dukungan organisasi terhadap kinerja pegawai Satpol PP (Y) . Hasil pengujian dengan uji regresi terhadap variabel dukungan organisasi (X) terhadap kinerja pegawai Satpol PP (Y) Tahun 2019 adalah :

56

Dukungan_Organisasi 1.017 .078 .843 13.087 .000

a. Dependent Variable: Kinerja_pegawai

Perhitungan kontribusi dari antara variabel dukungan organisasi (X) terhadap kemampuan kinerja pegawai satpol PP (Y) terlebih dahulu mencari persamaan regresi. Persamaan regresi tersebut di analisis dari hasil output SPSS pada tabel coeficient yang ditunjukkan pada kolom B baris constant yaitu sebesar 7,181 sedangkan pada baris dukungan organisasi adalah 1.017. Dari hasil tersebut ditulis persamaan regresinya sebagai berikut Y = 7,181 + 1.017 X1. Angka ini mengandung arti setiap penambahan 1% tingkat dukungan organisasi (X), maka kinerja pegawai (Y) akan meningkat sebesar 1,017.

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya hubungan atau korelasi antara dukungan organisasi (X) terhadap kinerja pegawai satpol PP (Y) menggunakan tabel model summary dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.14 : Hubungan korelasi dukungan organisasi dan kinerja pegawai

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .843a .710 .706 4.761

a. Predictors: (Constant), Dukungan_Organisasi

57

Berdasarkan tabel di atas yang mana besarnya nilai korelasi hubungan (R) yaitu sebesar 0,843 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara dukungan organisasi dengan kinerja pegawai adalah tinggi. Untuk melihat besaran hubungan tersebut dari nilai R2 yaitu sebesar 0,710 sehingga besarnya determinasi variabel dukungan organisasi terhadap kinerja pegawai Satpol PP Kota Medan adalah 0,710 x 100 % = 71 % sedangkan 29 % dipengaruhi oleh variabel yang lain.

Untuk mengetahui besaran korelasi atau hubungan tersebut signifikan atau tidak maka dilakukan uji keberartian dengan uji t menggunakan tabel coefisient.

Dari tabel tersebut diketahui bahwa t hitung = 13,087 . Untuk mengetahui besaran t

tabel dengan taraf α = 0,05 dan dk = 72 - 1 = 71, melalui daftar distribusi t dengan menggunakan peluang 1 - α = 0,95 sehingga diperoleh harga ttabel (71,0,95) =1,67 . Dalam kriteria pengujian hipotesis satu arah dinyatakan bahwa tHitung< tTabel

dimana (13,087 > 1,67). Maka disimpulkan bahwa korelasi atau hubungan sebesar 0,843 dari dukungan organisasi terhadap kinerja pegawai Satpol PP Kota Medan signifikan.

Setelah mendapatkan persamaan Y = 7,181 + 1.017 X1 maka dilanjutkan dengan menguji persamaan tersebut apakah berarti atau tidak. Uji hipotesis untuk mengetahui apakah kooefisien regresi signifikan atau tidak. Uji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

Ho : Tidak terdapat pengaruh dukungan organisasi terhadap kinerja Satpol PP dalam menertiban papan reklame di kota Medan.

58

Ha : Terdapat pengaruh dukungan organisasi terhadap kinerja Satpol PP dalam menertiban papan reklame di kota Medan.

Untuk mematikan apakah kooefisien regresi signifikan atau tidak dilakukan uji hipotesis dengan cara membandingkan nilai signifikansi (Sig) dengan probabilitas

Untuk mematikan apakah kooefisien regresi signifikan atau tidak dilakukan uji hipotesis dengan cara membandingkan nilai signifikansi (Sig) dengan probabilitas

Dokumen terkait