PENJUALAN PAKAIAN BEKAS SEBAGAI BIDANG SOSIAL SEMI- SEMI-OTONOM DI PASAR SIMPANG MELATI
C. Pakaian Bekas Dengan Tipe Restand
4.8 Hubungan Antara Aktor-Aktor yang Terlibat
Hubungan antara aktor-aktor yang terlibat dalam penjualan pakaian bekas ini terlihat dari hubungan dalam hal menetapkan dan mematuhi aturan-aturan yang ditetapkan oleh aktor-aktor yang terlibat di Pasar Simpang Melati Kecamatan Medan Tuntungan Kelurahan Tanjung Selamat. Hubungan antara aktor-aktor yang terlibat diatas terlihat dari :
4.8.1 Hubungan Antara Toke dengan Penjual-Penjual
Hubungan antara tokeh dengan penjual-penjual terlihat dalam hal membeli bal pakaian bekas. Dimana penjual harus mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan oleh tokeh dalam hal pembelian pakaian bekas. Atutan–aturan dan nilai-nilai yang dibuat dan dihasilkan oleh tokeh dalam menetapkan harga perpotong pakaian yang terdapat pada bal pakaian bekas ini didasarkan pada harga satu bal pakaian bekas itu sendiri. Dikarenakan tidak semua pakaian bekas yang berada di dalam bal (karung terpal plstik yang berisi pakaian bekas) isinya bagus. Jadi untuk mengembalikan modal awal pembelian pakaian bekas maka tokeh biasanya menyesuaikan harga perpotong pakaian bekas dengan harga satu bal pakaian bekas. Misalnya harga satu bal pakaian bekas Rp 4.000.000, maka tokeh menetapkan harus membeli pakaian bekas berjumlah 100 potong dengan harga Rp.35000 tiap potongnya, guna mengembalikan modal awal pembelian pakaian bekas dan biaya angkutannya. Penjual harus mengikuti aturan main yang ditetapkan oleh tokeh apabila ingin membeli pakaian bekas, karena penjual umumnya adalah orang yang tidak memiliki modal untuk membeli bal pakaian bekas. Tokeh merupakan orang yang
memiliki modal untuk membeli bal (karung terpal plastik yang beratnya 100 kg pakaian bekas) pakaian bekas. Tokeh biasanya mengambil bal-bal pakaian bekas di Simalingkar, Namun untuk menghindari maraknya penangkapan yang dilakukan pihak aparat kepolisian mengenai larangan impor pakaian bekas maka biasanya tokeh menggunakan via telepon dengan tokeh-tokeh simalingkar untuk membeli bal-bal pakaian bekas.
4.8.2 Hubungan Antara Tokeh dan Penjual-Penjual Kepada Pemilik Lapak/Kios Hubungan antara Tokeh, penjual dan pemilik kios/lapak berupa hubungan antara orang yang menyewakan kios dengan penyewa kios. Dalam hal ini tokeh dan penjual harus mengkuti dan mematuhi aturan yang dibuat oleh pemilik kios/lapak.
Pemilik kios/lapak adalah orang yang memiliki tanah di pasar simpang melati, Tanah tersebut kemudian dibangun kios-kios yang beralaskan semen (namun masih ada juga yang beralaskan tanah) dan beratapkan seng (namun masih ada juga yang beratapkan tenda plastik), dan berdindingkan batu (namun masih ada juga yang berdindingkan kayu-kayu). Kios tersebut disewakan oleh pemilik kios/lapak kepada tokeh ataupun penjual-penjual yang ingin berjualan pakaian bekas di pasar simpang melati.
Pemilik kios/lapak, tokeh dan penjual-penjual adalah aktor-aktor yang terlibat dalam penjualan pakaian bekas. Pemilik kios/lapak menghasilkan dan membuat aturan-aturan dan nilai-nilai yang disebut sebagai bidang sosial semi otonom yang selanjutnya melahirkan self regulation (pengaturan sendiri). Dimana aturan-aturan dan nilai-nilai dalam hal sewa-menyewa kios hanya disepakati dan dipahami oleh aktor-aktor yang terlibat seperti tokeh dan penjual-penjual yang selanjutnya melahirkan self-regulation (pengaturan sendiri) yang dijadikan sebagai hukum bersama untuk menjaga ketertiban dalam hal sewa-menyewa kios di Pasar Simpang Melati. Apabila si toke dan
penjual-penjual ingin menempati kios tersebut, maka mereka harus mematuhi aturan-aturan yang ditetapkan oleh si pemilik kios/lapak. Aturang-aturan tersebut diantaranya adalah adanya sistem uang hangus12 dan kutipan sekali pekan13
12 Sistem uang hangus merupakan uang muka yang harus dibayarkan oleh tokeh ataupun penjual-penjual kepada pemilik kios/lapak dengan harga yang ditentukan oleh pemilik kios/lapak dan diperhitungkan sebagai uang hangus untuk mendapatkan hak pakai kios oleh pemilik kios/lapak, berdasarkan hasil wawancara dengan Bang Rudi (seorang informan penjual pakaian bekas di Pasar Simpang Melati Kecamatan Medan Tuntungan Kelurahan Tanjung Selamat tanggal 1 agustus 2008).
13 Kutipan sekali pekan merupakan kutipan yang dilaksanakan setiap kali pekan dipasar simpang melati.
Umumnya pekas dilaksanakan 3 kali dalam seminggu yakni hari selasa, jumat dan minggu, dan untuk kutipan sekali pekan in ditentukan dari letak kios apabila kios berada dipinggir pasar maka harganya akan semakin mahal dan apabila kios ini terletak disudut dalam apsar maka harga akansemakin murah. Namun pada umumnya penetapan harga kutipa sekali pekan merupakan kebijaksanaan tersendiri si pemilik kios/lapak tanpa campur tangan dari pihak amanpun. berdasarkan hasil wawancara dengan Bang Rudi (seorang informan penjual pakaian bekas di Pasar Simpang Melati Kecamatan Medan Tuntungan Kelurahan Tanjung Selamat tanggal 1 agustus 2008).
serta dengan satu persyaratan yang wajib dipatuhi oleh orang yang ingin menyewa kios yang dibuat oleh pemilik lapak/kios adalah apabila si penyewa tidak berjualan selama tiga kali tanpa memberi keterangan keterangan kepada pemilik kios/lapak maka si penyewa bersedia kiosnya yang ditempati oleh orang lain dan uang hak pakai dan kutipan sekali pekan yang telah dibayarnya hangus.
4.8.3 Hubungan Antara Toke dan Penjual-Penjual Selaku Penyewa Kios dengan Penjaga Gudang, Petugas Keamanan dan Kebersihan
Hubungan antara Tokeh dan penjual selaku penyewa kios dengan penjaga gudang, petugas kebersihan dan penjaga keamanan adalah saling membutuhkan dan saling menjaga. Dikatakan dengan saling membutuhkan dan menjaga adalah dikarenakan adanya sebuah keawajiban yang merupakan kebutuhan yang menghasilkan keuntungan bagi toke dan penjual-penjual selaku penyewa kios dengan penjaga gudang dilanjutkan dengan petugas kebersihan serta pemuda setempat.
Hubungan tersebut dapat kita lihat melalui:
1) Hubungan antara toke dan penjual-penjual selaku penyewa kios kepada penjaga gudang hubungan ini meliputi hubungan dalam pengangkutan bal pakaian bekas seperti: kebutuhan seorang tokeh dan penjual-penjual selaku penyewa kios akan penjaga gudang untuk menjaga dan mengangkut bal pakaian bekas miliknya dimulai dari menyimpan barang bekasnya setelah pekan selesai, mengantarkannya kembali ke kios-kios penjualan ketika pekan dimulai hingga mengangkut kembali barang bekas tersebut ke gudang penyimpanan bal pakaian bekas ketika pekan berakhir.
2) Hubungan antara tokeh dan penjual-penjual selaku penyewa kios kepada penjaga kemanan dan petugas kebersihan adalah hubungan saling menjaga. Dikatakan saling menjaga ini ditandai dengan adanya kewajiban yang harus dipatuhi oleh tokeh dan penjual-penjual selaku penyewa kios kepada penjaga keamanan dan petugas kebersihan agar terbina sebuah hubungan saling menjaga. Hubungan saling menjaga diantara aktor-aktor yang terlibat ini diantaranya merupakan sebuah kebutuhan yang dibina melalui sebuah kewajiban seperti menjaga keamanan kios-kios ataupun kapling-kapling penjualan pakaian bekas yang diserahkan sepenuhnya kepada pemuda setempat yakni bapak sembiring dan pemuda setempat lainnya untuk melindungi tempat tersebut dari kebakaran, pihak kepolisian dan dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab seperti dari orang yang ingin mencuri ataupun merusak kios ataupu kapling, dan hal ini wajib dikenakan biaya sebesar Rp 2000/pekan. Hubungan berikutnya adalah hubungan antara tokeh dan penjual-penjual dengan petugas kebersihan,
terlihat dari kebersihan daripada kios-kios ataupun kapling penjualan pakaian bekas. Adapun tugas dari petugas kebersihan adalah untuk menjaga kebersihan kios-kios dari sampah-sampah selama berjualan pakaian bekas setiap kali pekan di Pasar Simpang Melati, biaya untuk menjaga kebersihan kios-kios ataupun kapling-kapling tempat berjualan pakaian bekas ditetapkan sebesar Rp 1000/pekan.
Berdasarkan hal diatas ada semacam aturan-aturan ataupun kesepakatan-kesepakatan yang dibuat dan dipahami secara bersama-sama oleh aktor-aktor yang terlibat yang melahirkan sebuah aturan yang hasus dipatuhi selain daripada hukum pemerintah. Aturan- aturan tersebut yang menjadikan aktor-aktor yang terlibat dalam penjualan pakaian bekas dapat harmonis dan tetap bertahan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi mereka yakni berjualan pakaian bekas.