• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan dari Aktor-aktor yang Terlibat .1 Toke

Dalam dokumen PENJUALAN PAKAIAN BEKAS (Halaman 85-95)

3) Kontribusi yang Diberikan oleh Penjaga Gudang, Petugas Keamanan dan kebersihan kepada Toke dan Penjual-Penjual

3.11 Peranan dari Aktor-aktor yang Terlibat .1 Toke

Toke merupakan orang yang memiliki modal untuk membeli bal ataupun gombal (karung terpal plastik berbentuk persegi panjang yang berisikan pakaian bekas dengan berat 100kg yang diikat dengan logam kawat). Dikarenakan toke memiliki modal untuk membeli bal ataupun gombal, maka tokeh berhak menetapkan ataupun membuat aturan-aturan dan nilai-nilai dalam menentukan harga berdasarkan kualitas pakaian bekas. Toke memiliki hak untuk menetapkan tipe-tipe pakaian bekas berdasarkan kualitas diantaranya:

a) Pakaian Bekas Dengan Tipe Kepala

Dikatakan kepala karena pakaian bekas tersebut memiliki kualitas yang bagus misalnya bermerk Versace dan Hannes. Selain itu memiliki warna yang cerah tanpa noda, tanpa cacat, atau luntur bahkan tidak robek sedikitpun. Umumnya penentuan pakaian dengan tipe kepala ini merupakan kesepakatan dan aturan khusus antara si toke dengan penjual yang ingin mendapatkan pakaian bekas tanpa harus membeli bal. Kesepakatan dan aturan dalam pembelian pakaian bekas berdasarkan tipe kepala ini hanya dipahami

dan disepakati oleh tokeh. Toke adalah aktor yang berhak untuk menentukan harga tiap potong pakaian bekas, sedangkan penjual ataupun pengecer merupakan aktor yang harus mengikuti aturan toke apabila ingin membeli pakaian bekas dengan tipe kepala.

Penjualan pakaian bekas dengan tipe kepala yang dilakukan toke dimaksudkan untuk mengembalikan modal awal pembelian bal toke.

Penjualan pakaian bekas berdasarkan tipe kepala ini merupakan nilai-nilai ataupun aturan-aturan tersendiri yang muni dibuat/ditetapkan oleh toke (selaku pemilik modal yang mampu membeli bal pakaian bekas). Tanpa campur tangan dari siapapun.

Biasanya harga perpotong pakaian bekas yang ditetapkan oleh toke ini berdasarkan harga satu bal pakaian bekas. Jikalau harga satu bal pakaian bekas tinggi maka akan tinggi pula harga perpotong pakaian bekas tersebut.

Misalnya jika harga satu bal kemeja wanita Rp 4.000.000, maka toke menetapkan harga perpotong pakaian bekas Rp 35.000 dan si penjual yang ingin memilikinya harus membeli pakaian bekas tersebut sebanyak 100 potong. Berarti si toke disini sudah mengembalikan modal awalnya sebesar Rp.3500.000 dan sisanya bisa dijual secara pilihan dan restand. Dalam hal ini si toke hanya membeli bal pakaian bekas saja, sedangkan si penjual bebas memilih pakaian bekas dengan tipe kepala yang berjumlah 100 potong. Kesepakatan/ aturan ini disebut dengan membeli secara menarget oleh si toke. Keistimewaan yang diberikan toke kepada penjual yang membeli pakaian bekas secara menarget adalah penjual berhak untuk memilih secara langsung isi bal pakaian bekas tanpa diganggu oleh siapapun sebanyak 100 potong. Artinya bal dibuka secara bersama antara toke dan penjual, dan hanya si penjual saja yang berhak terlebih dahulu memilih beraneka ragam pakaian bekas yang terbungkus dengan karung terpal plastik ini

tanpa campur tangan dari pihak siapapun. Dan setelah dipilih 100 potong pakaian bekas kemudian ditetapkanlah harga tersebut berdasarkan harga perbal oleh toke, dan si penjual harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh toke dalam hal membeli pakaian bekas dengan menarget.

Penjualan pakaian bekas secara menarget dapat kita lihat pada foto dibawah ini. Dimana penjualan pakaian bekas dengan tipe kepala umumnya diletakkan di patung, hal ini dikarenakan untuk menarik mperhatian pembeli melaui separuh bentukan tubuh wanita semisalnya melalui benda seperti patung di bawah ini:

Berdasarkan foto diatas terlihat bahwa ada pakaian bekas yang diletakkan di patung terlihat seperti baru karena diletakkan dipatung, walaupun nyatanya pakaian ini adalah pakaian bekas.

b) Pakaian Bekas Dengan Tipe Nomor 2

Dikatakan dengan tipe pakaian bekas tipe nomor 2 ini adalah sisa pembelian pakaian bekas yang dibeli secara menarget. Para penjual dan tokeh sering menyebutnya sebagai sisa pilihan. Apabila penjual ingin membeli pakaian bekas dengan tipe ini, maka haruslah terlebih dahulu menunggu selesainya penjual lain yang membeli secara menarget kepada tokeh. Sisa dari targetan inilah disebut istilahnya dengan sisa pilihan, dan harganya juga ditentukan secara mutlak oleh toke. Dikarenakan toke merupakan

pemilik modal dan pemilik bal. Sehingga si penjual harus mematuhi kesepakatan tersebut kalau memang benar-benar menginginkan membeli barang/pakaian bekas dari toke.

Umumnya kalau membeli pakaian bekas secara menarget, maka diharuskan membeli pakaian bekas 100 potong. Berbeda halnya dengan tipe sisa pilihan (nomor 2), umumnya membeli dengan tipe ini diwajibkan oleh tokeh untuk membeli pakaian bekas sebanyak 50 potong dengan harga Rp 25000 tiap potongnya. Harga ini merupakan harga mutlak tanpa dipengaruhi oleh siapapun yang ditetapkan oleh tokeh, kecuali harga bal semakin meningkat akibat adanya pungutan liar dari aparat kemanan maka harganya dapat berubah-ubah sewaktu-waktu.

Kekurangan dari tipe sisa pilihan (nomor 2) adalah tidak semua pakaian bekas yang kita pilih bagus dan menarik kualitasnya. Dikarenakan kepalanya (tipe pakaian bekas yang bagus kualitasnya) sudah terlebih dahulu dipilih dan dibeli oleh penjual yang membeli secara menarget. Pakaian bekas dengan tipe pilihan atau nomor 2 dapat juga dikatakan dengan tipe pakaian bekas sisa dari kepala yang tidak laku terjual.

Hal ini dapat terlihat apabila selama 4 minggu pakaian bekas dengan tipe kepala ini yang dipajang dipatung dan dihanger tidak dibeli oleh pembeli, maka tipe pakaian bekas yang kedua ini dinilai oleh penjual sebagai tipe pakaian bekas pilihan atau kepala 2. Biasanya harga pakaian bekas dengan tipe ini disesuaikan toke berdasarkan kualitas dan sesuatu yang unik dari pakaian bekas tersebut sehingga pembeli dapat tertarik untuk membeli pakaian bekas dengan tipe ini.

Pakaian bekas dengan tipe pilihan ini ada yang diletakkan body bahkan terkadang ada juga yang diletakkan di hanger. Hanger merupakan pilihan yang merupakan tempat dilekatnya pakaian bekas. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian pembeli untuk

melihat-lihat pakaian bekas yang sesuai dengan seleranya dan sesuai dikenakan dibadannya. Penjualan pakaian bekas dengan tipe pilihan atau nomor 2 ini dapat kita lihat pada foto dibawah ini:

Berdasarkan foto diatas terlihat bahwa hanger merupakan salah satu alat untuk menunjukkan bagaimana bentukan-bentukan kemeja dan kaos berkerah laki-laki, sehingga pembeli dapat melihat pakaian bekas tersebut sesuai dengan seleranya dan nyamannya pakaian tersebut dikenakan dibadan.

c) Pakaian Bekas Dengan Tipe Restand

Tipe pakaian bekas yang ketiga ini, dapat dinyatakan bahwa kondisi atau keadaan pakaian bekas sudah tidak bagus untuk dijual kepada pembeli. Biasanya kondisinya ada yang robek, bernoda bahkan merupakan pakaian bekas sisa dari nomor 2 yang sudah sebulan lebih tidak laku kemudian diturunkan dan dijual secara obralan oleh penjual ataupun pengecer kepada pembeli. Pakaian Bekas Dengan Tipe Restand merupakan sisa-sisa dari pakaian bekas tipe nomor 2, dan biasanya tipe pakaian bekas yang terakhir ini dijual secara obralan kepada pembeli misalnya pakaian bekas tersebut dijual secara bertumpuk-tumpuk dengan harga satu potong Rp.5000.

Namun ada juga tumpukan-tumpukan pakaian bekas yang diobral dengan harga Rp10.000/ tiap tiga potong pakaian bekas. Dalam hal ini si pembeli bebas memilih pakaian bekas dengan tipe restand ini berdasarkan pengawasan dari toke. Kebijaksanaan yang dibuat toke dengan menjual pakaian bekas secara bertumpuk-tumpuk ini dimaksudkan agar semua pakaian bekas laku terjual kepada pembeli, dikarenakan harganya murah walaupun kualitas dan modelnya tidak begitu bagus namun yang penting disini adalah pembeli sendiri yang langsung memilih pakaian bekas yang dijual secara bertumpuk-tumpuk.

Berdasarkan foto diatas terlihat bahwa penjualan pakaian bekas secara bertumpuk ini menarik perhatian pembeli untuk membelinya dikarenakan harganya cukup terjangkau dan rasa penasaran untuk mencari pakaian bekas sesuai dengan kenyamanannya untuk dikenakan sehari-hari.

Biasanya dalam tumpukan-tumpukan pakaian bekas tersebut ada juga ditemui tipe pakaian bekas dengan tipe kepala dan sisa pilihan yang dicampur-aduk oleh toke untuk menarik minat pembeli. Tipe pakaian bekas yang ketiga ini biasanya dijual oleh pengecer dengan harga yang ditetapkan bersama ataupun berdasarkan kesepakatan besama antara tokeh dengan si pengecer. Biasanya harga pakaian bekas yang dijual

secara eceran dijual toke kepada pengecer Rp.5000/ tiap potong, selanjutnya terserah pengecer mau menjualnya kemana saja ataupun kepada siapa saja. Biasanya ada sebagian pengecer yang menjualkan pakaian bekasnya di pasar simpang melati, namun ada juga yang membawanya dan menjualnya secara eceran ke pangkalan susu, Brandan dan Binjai dengan mengendarai sepeda dayung.

Toke selaku pemilik modal berhak menetapkan aturan-aturan dan nilai-nilai kepada semua penjual-penjual yang ingin membeli pakaian bekas kepadanya. Aturan-aturan dan nilai-nilai yang ditetapkan tokeh berupa harga-harga, dan cara membeli pakaian bekas serta tipe-tipe pakaian bekas yang memudahkan penjual-penjual untuk mendapatkan pakaian bekas sesuai dengan kemmpuan penjual. Hal ini merupakan salah satu peranan penting tokeh yang berupa self-regulation (pengaturan sendiri) yang sangat berpengaruh bagi aktor-aktor terlibat lainnya. Dikatakatan dengan self-regulation adalah aturan-aturan dan nilai-nilai yang ditetapkan tokeh tadi dapat disepakati dan dipahami oleh aktor-aktor yang terlibat seperti penjual-penjual pakaian bekas, sehingga dapat melahirkan aturan sendiri yang dapat mereka pahami bersama.

3.11.2 Penjual-Penjual

Penjual-penjual merupakan orang yang tidak memiliki modal cukup untuk membeli bal ataupun sebutan lainnya gombal pakaian bekas, namun ia merupakan orang yang berjualan pakaian bekas. Penjual-penjual memiliki beberapa kewajiban-kewajiban agar dapat berjualan pakaian bekas di pasar simpang melati diantaranya: keawajiban untuk membayar uang muka guna mendapatkan hak pakai kios dan selanjutnya juga harus membayar kutipan sekali pekan yang dingut pemilik kios setiap pekan (pekan dilaksanakan tiga kali dalam seminggu yakni hari selasa, jumat dan minggu). Selain itu

penjual-penjual juga berkewajiban untuk membayar pungutan-pungutan lain guna menjaga keharmonisan ataupun kemanan penjualan pakaian bekas. Adapun pungutan-pungutan yang lain yang harus dibayarkan penjual-penjual adalah pungutan-pungutan biaya untuk penjaga gudang sebesar Rp 6000 dan pungutan untuk penjaga keamanan Rp 2000 dan kebersihan sebesar Rp1000. Pungutan ini harus dibayarkan setiap kali pekan, demi menjaga kemanan kebersihan kios yang merupakan tempat berjualannya penjual-penjual pakaian bekas.

Dari hal diatas kita dapat mengetahui penjual-penjual merupakan salah satu dari aktor-aktor yang terlibat yang harus mematuhi dan memahami serta menyepakati aturan-aturan dan nilai-nilai yang ditetapkan oleh toke dan pemilik kios/lapak dan aktor-aktor lainnya agar dapat berjualan pakaian bekas di Pasar Simpang Melati.

3.11.3 Pemilik Kios/Lapak

Pemilik kios/lapak merupakan pemilik lapak/tanah tempat penjualan pakaian bekas di pasar simpang melati.ataupun sering disebut sebagai sebagai TuanTakur.

Tempat berjualan pakaian bekas atau sering disebut sebagai kios merupakan bangunan sederhana yang berdindingkan kayu beratapkan seng (masih ada juga diantaranya yang beratapkan tenda plastik terpal) dan beralaskan semen (masih ada juga yang beralaskan tanah).

Harga untuk setiap kios disesuaikan oleh pemilik lapak/tanah atau sering disebut sebagai Tuan Takur, artinya pemilik lapak/tanah berhak menentukan/menetapkan harga tinggi untuk hak pakai pada kios yang merupakan tempat berjualan pakaian bekas.

Hal yang memberatkan adalah uang muka untuk hak pakai harus dibayar lunas kepada pemilik kios/lapak dan diperhitungkan sebagai uang hangus untuk menyewa kios. Selain

itu Tuan Takur juga berhak untuk menetapkan harga kutipan sewa kios sekali pekan.

Kedua harga untuk menyewa kios tersebut harus dilaksanakan dan wajib dibayar oleh orang yang menempati kios kepada pemilik lapak/tanah ataupun Tuan Takur. Ditambah lagi dengan satu ketentuan yang merupakan persyaratan yang wajib dipatuhi oleh orang yang ingin menyewa kios yang dibuat oleh pemilik lapak/kios adalah apabila si penyewa tidak berjualan selama tiga kali tanpa memberi keterangan keterangan kepada pemilik kios/lapak maka si penyewa bersedia kiosnya yang ditempati oleh orang lain dan uang hak pakai dan kutipan sekali pekan yang telah dibayarnya hangus. Semua aturan dan persyaratan yang ditetapkan oleh pemilik kios/lapak bagi aktor-aktor yang terlibat diatas terlalu menguntungkan pihak pemilik kios/lapak dan merugikan aktor-aktor yang terlibat yakni orang yang menyewa kios. Hal inilah yang sangat memberatkan bagi penjual ataupun pengecer yang merupakan aktor-aktor yang terlibat yang menyewa kios di pasar simpang melati, dimana kedua kewajiban dan satu persyaratan yang ditetapkan oleh pemilik kios/lapak sangat merugikan bagi aktor-aktor yang terlibat. Sehingga aktor-aktor yang terlibat menganggap pemilik kios/lapak sebagai orang yang kejam dan congok (rakus akan uang) tanpa mau memperhitungkan bagaimana kesulitan orang mencari uang dan berlaku sepihak dalam menetapkan harga yang dianggap sangat memberatkan bagi aktor-aktor yang menyewa kios, maka lahirlah sebutan Tuan Takur kepada pemilik kios/lapak.

Penetapan harga untuk setiap kios tempat penjualan pakaian bekas kadang bisa berubah apabila si penyewa ini memiliki ikatan emosional dengan pemilik lapak/tanah ataupun Tuan Takur. Misalnya ada hubungan pertalian darah (kerabat) seperti halnya apabila si pemilik lapak/tanah memiliki anak yang pengangguran maka anaknya tersebut

dapat berjualan pakaian bekas di kios tersebut tanpa membayar, ataupun juga cucunya yang masih belum dapat menemukan pekerjaan yang cocok juga dapat berjualan pakaian bekas di kios tersebut tanpa membayar uang muka sebagai hak pakai dan kutipan sekali pekan.

3.11.4 Penjaga Gudang

Penjaga Gudang merupakan tempat penitipan bal-bal ataupun gombal pakaian bekas yang berada di salah satu sudut dalam pasar Simpang Melati. Biasanya penjaga gudang ini memiliki seorang knek ataupun seorang pegawai yang bekerja kepada untuk mengambil bal-ataupun gombal pakaian bekas milik penjual-penjual ketika selesai berjualan dan membawanya untuk diletakkan di gudang penyimpanan, begitu juga keesokan harinya ketika pekan tiba (pekan dilaksanakan seminggu tiga kali yakni hari selasa, jumat dan minggu) si knek tadi juga harus mengantarkan kembali bal ataupun gomabal pakaian bekas milik penjual-penjual ke tempat kiosnya masing-masing.

Biasanya si knek ataupun pegawai yang selalu mengangkat bal ataupun gombal semacam besi sorong untuk menumpukkan sekaligus menganggkat dan mengantar bal pakaian bekas ke kios ataupun ke gudang. Biaya untuk penyimpanan dan penggangkutan setiap kali pekan adalah sebesar Rp.6000.

Ini adalah foto abang kenek yang tersenyum manis saat di foto.

Foto sesosok laki-laki diatas sering dipanggil ane, dia adalah seorang kenek yang mengangkat dan mengantarkan kembali karung plastik yang berisi pakaian bekas ke kios-kios penjual dan toke yang berjualan pakaian bekas. Tak ada rasa lelah terpancar dari wajahnya ketika melihat kamera.

3.11.5 Penjaga keamanan dan Penjaga Kebersihan

Penjaga keamanan dan Penjaga Kebersihan merupakan orang yang menjaga keamanan dan kebersihan kios setiap pekan. Penjaga keamanan adalah sekelompok pemudan dan orang tua yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga kios-kios dari sesuatu yang tidak diinginkan, misalnya kebakaran ataupun dari ancaman pihak kemanan.

Pihak kebersihan juga berperan untuk menjaga kebersihan selama pekan dimulai dan setelah selesai pekan, jadi yang bertanggung jawab menjaga kebersihan adalah pihak kebersihan. Biasanya pungutan yang diberikan penjaga kemanan adalah sebesar Rp 2000/pekan, sedangkan pungutan untuk penjaga kebersihan adalah sebesar Rp1000.

Pungutan tersebut harus dibayarkan pada setiap kali pekan (pekan di Pasar Simpang Melati dilaksanakan tiga kali dalam seminggu yakni hari selasa, jumat dan minggu) oleh tokeh dan penjual-penjual selaku penyewa kios-kios ataupun kapling-kapling kepada penjaga kemanan dan petugas kebersihan.

Dalam dokumen PENJUALAN PAKAIAN BEKAS (Halaman 85-95)