BAB 2 KONSEP DASAR KERJA SAMA HAM
C. Hubungan Kerja Sama Dalam Negeri dan Luar Negeri
Dalam dunia yang semakin maju sebagai akibat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara global, serta meningkatnya interaksi dan interdependensi antarnegara dan antarbangsa, maka makin meningkat pula hubungan internasional yang diwarnai dengan kerja sama dalam berbagai bidang. Kemajuan dalam pembangunan yang dicapai Indonesia di berbagai bidang telah menyebabkan meningkatnya kegiatan Indonesia di dunia internasional, baik pemerintah maupun swasta dan perseorangan. Hal demikian berimplikasi pada perlunya peningkatan perlindungan terhadap kepentingan negara dan warga negara Indonesia.
Kerja sama Indonesia di dalam negeri sesungguhnya mendukung posisi Indonesia di level internasional dalam aspek P-5 HAM. Indonesia yang telah meratifikasi sejumlah instrumen hukum HAM internasional, memiliki peranan penting dalam memformulasikan dan melaksanakan kebijakan HAM internasional di Indonesia. Terpilihnya Indonesia sebagai Anggota Dewan HAM PBB periode 2020-2022 dapat dikatakan sebagai bukti kepercayaan internasional terhadap Indonesia, sebagai dampak atas rekam jejak dan kontribusi yang tinggi dalam pemajuan HAM melalui kerja sama internasional.
Bagi Indonesia, keanggotaan ini juga merupakan bentuk pemenuhan mandat konstitusi dan penegasan komitmen Indonesia dalam penerapan norma HAM global tidak hanya di tingkat global, melainkan juga di tingkat regional dan nasional.
Oleh karena itu, hubungan kerja sama dalam dan luar negeri di bidang HAM merupakan suatu langkah yang strategis bagi Direktorat Kerja Sama HAM yang memiliki tugas dan fungsi untuk memformulasikan kebijakan kerja sama hak asasi manusia di Indonesia. Meningkatnya kerja sama dalam dan luar negeri di bidang HAM dapat pula meningkatkan peran Indonesia dalam memajukan norma dan standar hak asasi manusia nasional dan internasional.
C. Hubungan Kerja Sama Dalam Negeri dan Luar Negeri
Dalam dunia yang semakin maju sebagai akibat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara global, serta meningkatnya interaksi dan interdependensi antarnegara dan antarbangsa, maka makin meningkat pula hubungan internasional yang diwarnai dengan kerja sama dalam berbagai bidang. Kemajuan dalam pembangunan yang dicapai Indonesia di berbagai bidang telah menyebabkan meningkatnya kegiatan Indonesia di dunia internasional, baik pemerintah maupun swasta dan perseorangan. Hal demikian berimplikasi pada perlunya peningkatan perlindungan terhadap kepentingan negara dan warga negara Indonesia.
Kerja sama Indonesia di dalam negeri sesungguhnya mendukung posisi Indonesia di level internasional dalam aspek P-5 HAM. Indonesia yang telah meratifikasi sejumlah instrumen hukum HAM internasional, memiliki peranan penting dalam memformulasikan dan melaksanakan kebijakan HAM internasional di Indonesia. Terpilihnya Indonesia sebagai Anggota Dewan HAM PBB periode 2020-2022 dapat dikatakan sebagai bukti kepercayaan internasional terhadap Indonesia, sebagai dampak atas rekam jejak dan kontribusi yang tinggi dalam pemajuan HAM melalui kerja sama internasional.
Bagi Indonesia, keanggotaan ini juga merupakan bentuk pemenuhan mandat konstitusi dan penegasan komitmen Indonesia dalam penerapan norma HAM global tidak hanya di tingkat global, melainkan juga di tingkat regional dan nasional.
Oleh karena itu, hubungan kerja sama dalam dan luar negeri di bidang HAM merupakan suatu langkah yang strategis bagi Direktorat Kerja Sama HAM yang memiliki tugas dan fungsi untuk memformulasikan kebijakan kerja sama hak asasi manusia di Indonesia. Meningkatnya kerja sama dalam dan luar negeri di bidang HAM dapat pula meningkatkan peran Indonesia dalam memajukan norma dan standar hak asasi manusia nasional dan internasional.
BAB 3
IMPLEMENTASI KERJA SAMA HAM DALAM NEGERI
A. Peran Direktorat Kerja sama dalam Implementasi P-5 HAM
Kementerian Hukum dan HAM sebagai institusi negara, memiliki peran untuk turut serta melaksanakan penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan HAM sebagaimana dalam UUD NKRI Tahun 1945 dan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia. Tiga Kewajiban tersebut berlaku secara internasional.
Kewajiban menghormati (To Respect), merupakan bentuk kewajiban yang menghindari tindakan-tindakan intervensi atau campur tangan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan hak individu untuk melaksanakan atau menikmati haknya. Contoh dari kewajiban ini adalah negara tidak ikut campur untuk mengatur pelaksanaan ibadah menurut agama tertentu, tidak melakukan penangkapan dan penahanan secara semena-mena, dan memberi kebebasan berkumpul dan berserikat (hak untuk berkumpul dan berserikat).
Kewajiban memenuhi (To Fullfil) memiliki maksud agar negara mengambil langkah-langkah legislatif, administratif, peradilan, dan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk merealisasikan secara penuh hak-hak asasi Setelah membaca bab ini, para pembelajar diharapkan dapat menjelaskan substansi kerja sama dalam negeri berdasarkan implementasi Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM), Kriteria Kabupaten/Kota Peduli HAM, dan bentuk kerja sama lain menyangkut P-5 HAM di Indonesia.
manusia semua warganya. Sifat kewajiban ini membutuhkan keaktifan negara beserta aparaturnya, dengan membuat kebijakan yang menjamin setiap orang memperoleh haknya. Peran ini sebagaimana memenuhi sistem perawatan kesehatan dasar, memberikan jaminan pendidikan gratis ke seluruh warga negara, serta memberikan akses informasi ke semua warga.
Kewajiban melindungi (To Protect) ditujukan agar negara mengambil tindakan aktif dalam mencegah pelanggaran HAM bagi semua warganya. Hal ini menuntut negara dan seluruh institusi beserta aparaturnya untuk membuat kebijakan dan melindungi hak-hak individu maupun kelompok dari pelanggaran. Sebagai gambaran, negara menindak suatu kelompok atau sebagian anggota masyarakat yang menyerang kelompok lain atas dasar suku, etnis, agama, dan antar-golongan.
Ada tanggung jawab negara yang tidak tercantum dalam instrumen internasional HAM namun termaktub dalam instrumen nasional yaitu tanggung jawab menegakkan dan tanggung jawab memajukan hak asasi manusia.
- Kewajiban Menegakkan, menuntut negara mengeluarkan kebijakan dan tindakan agar tidak tejadi pelanggaran HAM.
- Kewajiban Memajukan, menuntut negara mengeluarkan kebijakan dan tindakan peningkatan secara terus menerus dalam hal penghormatan, pemenuhan, perlindungan, dan penegakan HAM
Tanggung jawab negara bersifat melekat pada negara. Artinya, suatu negara memiliki kewajiban untuk memberikan ganti rugi jika sebuah negara menimbulkan atau menyebabkan kerugian kepada negara lain atau korban pelanggaran HAM yang harus mendapatkan pemulihan, meskipun pelanggaran tersebut dilakukan oleh pejabat resmi negara.
Tujuan nasional dalam menegakkan HAM tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi, “Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
BAB 3
IMPLEMENTASI KERJA SAMA HAM DALAM NEGERI
A. Peran Direktorat Kerja sama dalam Implementasi P-5 HAM
Kementerian Hukum dan HAM sebagai institusi negara, memiliki peran untuk turut serta melaksanakan penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan HAM sebagaimana dalam UUD NKRI Tahun 1945 dan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia. Tiga Kewajiban tersebut berlaku secara internasional.
Kewajiban menghormati (To Respect), merupakan bentuk kewajiban yang menghindari tindakan-tindakan intervensi atau campur tangan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan hak individu untuk melaksanakan atau menikmati haknya. Contoh dari kewajiban ini adalah negara tidak ikut campur untuk mengatur pelaksanaan ibadah menurut agama tertentu, tidak melakukan penangkapan dan penahanan secara semena-mena, dan memberi kebebasan berkumpul dan berserikat (hak untuk berkumpul dan berserikat).
Kewajiban memenuhi (To Fullfil) memiliki maksud agar negara mengambil langkah-langkah legislatif, administratif, peradilan, dan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk merealisasikan secara penuh hak-hak asasi Setelah membaca bab ini, para pembelajar diharapkan dapat menjelaskan substansi kerja sama dalam negeri berdasarkan implementasi Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM), Kriteria Kabupaten/Kota Peduli HAM, dan bentuk kerja sama lain menyangkut P-5 HAM di Indonesia.
manusia semua warganya. Sifat kewajiban ini membutuhkan keaktifan negara beserta aparaturnya, dengan membuat kebijakan yang menjamin setiap orang memperoleh haknya. Peran ini sebagaimana memenuhi sistem perawatan kesehatan dasar, memberikan jaminan pendidikan gratis ke seluruh warga negara, serta memberikan akses informasi ke semua warga.
Kewajiban melindungi (To Protect) ditujukan agar negara mengambil tindakan aktif dalam mencegah pelanggaran HAM bagi semua warganya. Hal ini menuntut negara dan seluruh institusi beserta aparaturnya untuk membuat kebijakan dan melindungi hak-hak individu maupun kelompok dari pelanggaran. Sebagai gambaran, negara menindak suatu kelompok atau sebagian anggota masyarakat yang menyerang kelompok lain atas dasar suku, etnis, agama, dan antar-golongan.
Ada tanggung jawab negara yang tidak tercantum dalam instrumen internasional HAM namun termaktub dalam instrumen nasional yaitu tanggung jawab menegakkan dan tanggung jawab memajukan hak asasi manusia.
- Kewajiban Menegakkan, menuntut negara mengeluarkan kebijakan dan tindakan agar tidak tejadi pelanggaran HAM.
- Kewajiban Memajukan, menuntut negara mengeluarkan kebijakan dan tindakan peningkatan secara terus menerus dalam hal penghormatan, pemenuhan, perlindungan, dan penegakan HAM
Tanggung jawab negara bersifat melekat pada negara. Artinya, suatu negara memiliki kewajiban untuk memberikan ganti rugi jika sebuah negara menimbulkan atau menyebabkan kerugian kepada negara lain atau korban pelanggaran HAM yang harus mendapatkan pemulihan, meskipun pelanggaran tersebut dilakukan oleh pejabat resmi negara.
Tujuan nasional dalam menegakkan HAM tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi, “Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial”. Dalam tujuan nasional tersebut terkandung misi dan visi bangsa Indonesia di bidang hak asasi manusia yang akan mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera, hak asasinya terjunjung tinggi, terpenuhi dan terlindungi.
Guna menjamin implementasi atas tanggung jawab negara terhadap HAM, pada tanggal 29 September 2015 diterbitkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, yang memandatkan Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia dengan 6 (enam) Eselon II, yaitu:
- Sekretariat Ditjen HAM
- Direktorat Pelayanan Komunikasi Masyarakat - Direktorat Kerja Sama HAM
- Direktorat Diseminasi dan Penguatan HAM - Direktorat Instrumen HAM
- Direktorat Informasi HAM.
Dalam pelaksanaan tugas, Ditjen HAM mempunyai fungsi sesuai Permenkumham Nomor 29 tahun 2015 pasal 835, yaitu perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan pemantauan dan pelaporan di bidang pemajuan HAM, pelayanan komunikasi masyarakat, kerja sama HAM, diseminasi HAM, dan informasi HAM. Termasuk pelaksanaan peran dan fungsi Ditjen HAM adalah koordinasi penyusunan koordinasi penyusunan indikator dan profil pembangunan hak asasi manusia.
Kerja sama HAM sendiri dibedakan menjadi 2 (dua) hal, yaitu kerja sama dalam negeri terutama menyangkut pelaksanaan Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM) dan kerja sama luar negeri. Terkait luar negeri maka terbangun kerja sama bilateral, regional, dan kerja sama dengan badan-badan khusus PBB dan organisasi internasional no-PBB.
B. Kerja sama Implementasi RANHAM
Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) adalah dokumen yang memuat sasaran, strategi dan fokus kegiatan prioritas Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia dalam pelaksanaan penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan dan pemajuan HAM bagi masyarakat Indonesia. Panduan dan rencana umum serta arah bagi penyelenggara negara yang pelaksanaannya bersifat dinamis (living document) serta dapat diselaraskan dengan potensi dan permasalahan di setiap kementerian, lembaga dan pemerintah daerah.
keadilan sosial”. Dalam tujuan nasional tersebut terkandung misi dan visi bangsa Indonesia di bidang hak asasi manusia yang akan mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera, hak asasinya terjunjung tinggi, terpenuhi dan terlindungi.
Guna menjamin implementasi atas tanggung jawab negara terhadap HAM, pada tanggal 29 September 2015 diterbitkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, yang memandatkan Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia dengan 6 (enam) Eselon II, yaitu:
- Sekretariat Ditjen HAM
- Direktorat Pelayanan Komunikasi Masyarakat - Direktorat Kerja Sama HAM
- Direktorat Diseminasi dan Penguatan HAM - Direktorat Instrumen HAM
- Direktorat Informasi HAM.
Dalam pelaksanaan tugas, Ditjen HAM mempunyai fungsi sesuai Permenkumham Nomor 29 tahun 2015 pasal 835, yaitu perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan pemantauan dan pelaporan di bidang pemajuan HAM, pelayanan komunikasi masyarakat, kerja sama HAM, diseminasi HAM, dan informasi HAM. Termasuk pelaksanaan peran dan fungsi Ditjen HAM adalah koordinasi penyusunan koordinasi penyusunan indikator dan profil pembangunan hak asasi manusia.
Kerja sama HAM sendiri dibedakan menjadi 2 (dua) hal, yaitu kerja sama dalam negeri terutama menyangkut pelaksanaan Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM) dan kerja sama luar negeri. Terkait luar negeri maka terbangun kerja sama bilateral, regional, dan kerja sama dengan badan-badan khusus PBB dan organisasi internasional no-PBB.
B. Kerja sama Implementasi RANHAM
Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) adalah dokumen yang memuat sasaran, strategi dan fokus kegiatan prioritas Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia dalam pelaksanaan penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan dan pemajuan HAM bagi masyarakat Indonesia. Panduan dan rencana umum serta arah bagi penyelenggara negara yang pelaksanaannya bersifat dinamis (living document) serta dapat diselaraskan dengan potensi dan permasalahan di setiap kementerian, lembaga dan pemerintah daerah.
Pelaksanaan RANHAM merupakan amanat dari sejumlah regulasi yang mengatur tentang HAM. Regulasi tersebut meliputi UUD 1945 Pasal 28 huruf a sampai j, Deklarasi Wina 1993, dan UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pelaksanaan RANHAM semuanya mempunyai sasaran pada meningkatnya penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan, dan pemajuan HAM (P-5 HAM) bagi semua lapisan masyarakat Indonesia baik di pusat maupun daerah. Tentunya, peran pelaksanaan P-5 HAM tersebut berdasarkan pelaksanaan oleh negara melalui lembaga serta aparaturnya dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama, moral, adat istiadat, budaya, keamanan, ketertiban umum dan kepentingan bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
RANHAM secara khusus mempunyai sasaran yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya, yaitu:
a. Meningkatnya pemahaman HAM bagi aparatur negara dan masyarakat;
b. Terlaksananya instrumen HAM dalam kebijakan pemerintah;
c. Percepatan penyelesaian hambatan-hambatan pemenuhan HAM pada 4 fokus kelompok sasaran (hak perempuan, anak, masyarakat hukum adat dan penyandang disabilitas sesuai Perpres Nomor 75 Tahun 2015 junto Perpres No. 33 Tahun 2018)
d. Meningkatnya partisipasi Indonesia dalam forum kerja sama penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan dan pemajuan HAM;
e. Meningkatnya penanganan pelanggaran HAM;
f. Meningkatnya aksesbilitas penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya.
Dalam perkembangannnya, penyusunan dan implementasi RANHAM tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat, tetapi melibatkan peran Pemerintah Daerah. Pada masing-masing tingkatan, implementasi RANHAM dibentuk ikatan kerja sama lintas instansi dalam wadah Sekretariat Bersama RANHAM untuk memonitor dan mengevaluasi implementasi Aksi HAM RI.
Sebagaimana dimandatkan dalam Deklarasi dan Program Aksi HAM Wina 1993/Vienna Declaration and Program of Action on Human Rights (VDPA), Pemerintah telah mengesahkan dan mengimplementasikan empat Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM), yang kemudian identik dengan penyebutan 4 generasi RANHAM, yaitu:
1) RANHAM 1998 - 2003 dengan diterbitkan Kepres No.129 Tahun 1998 2) RANHAM 2004 - 2009 dengan diterbitkan Kepres No. 40 Tahun 2004 3) RANHAM 2011 - 2014 dengan diterbitkan Perpres No. 23 Tahun 2011 4) RANHAM 2015 - 2019 dengan diterbitkan Perpres No. 75 Tahun 2015 jo
Perpres No. 33 Tahun 2018
RANHAM generasi Kelima untuk Perpres serta Aksi HAM-nya masih dalam pembahasan. Dengan demikian, pelaksanaan aksi HAM tahun 2020 masih mengacu pada Perpres yang lama, yaitu Perpres No.75 Tahun 2015 jo Perpres No.33 Tahun 2018 atau masih dengan RANHAM generasi keempat.
Fokus RANHAM Generasi Keempat Fokus RANHAM
Pelaksanaan RANHAM merupakan amanat dari sejumlah regulasi yang mengatur tentang HAM. Regulasi tersebut meliputi UUD 1945 Pasal 28 huruf a sampai j, Deklarasi Wina 1993, dan UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pelaksanaan RANHAM semuanya mempunyai sasaran pada meningkatnya penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan, dan pemajuan HAM (P-5 HAM) bagi semua lapisan masyarakat Indonesia baik di pusat maupun daerah. Tentunya, peran pelaksanaan P-5 HAM tersebut berdasarkan pelaksanaan oleh negara melalui lembaga serta aparaturnya dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama, moral, adat istiadat, budaya, keamanan, ketertiban umum dan kepentingan bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
RANHAM secara khusus mempunyai sasaran yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya, yaitu:
a. Meningkatnya pemahaman HAM bagi aparatur negara dan masyarakat;
b. Terlaksananya instrumen HAM dalam kebijakan pemerintah;
c. Percepatan penyelesaian hambatan-hambatan pemenuhan HAM pada 4 fokus kelompok sasaran (hak perempuan, anak, masyarakat hukum adat dan penyandang disabilitas sesuai Perpres Nomor 75 Tahun 2015 junto Perpres No. 33 Tahun 2018)
d. Meningkatnya partisipasi Indonesia dalam forum kerja sama penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan dan pemajuan HAM;
e. Meningkatnya penanganan pelanggaran HAM;
f. Meningkatnya aksesbilitas penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya.
Dalam perkembangannnya, penyusunan dan implementasi RANHAM tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat, tetapi melibatkan peran Pemerintah Daerah. Pada masing-masing tingkatan, implementasi RANHAM dibentuk ikatan kerja sama lintas instansi dalam wadah Sekretariat Bersama RANHAM untuk memonitor dan mengevaluasi implementasi Aksi HAM RI.
Sebagaimana dimandatkan dalam Deklarasi dan Program Aksi HAM Wina 1993/Vienna Declaration and Program of Action on Human Rights (VDPA), Pemerintah telah mengesahkan dan mengimplementasikan empat Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM), yang kemudian identik dengan penyebutan 4 generasi RANHAM, yaitu:
1) RANHAM 1998 - 2003 dengan diterbitkan Kepres No.129 Tahun 1998 2) RANHAM 2004 - 2009 dengan diterbitkan Kepres No. 40 Tahun 2004 3) RANHAM 2011 - 2014 dengan diterbitkan Perpres No. 23 Tahun 2011 4) RANHAM 2015 - 2019 dengan diterbitkan Perpres No. 75 Tahun 2015 jo
Perpres No. 33 Tahun 2018
RANHAM generasi Kelima untuk Perpres serta Aksi HAM-nya masih dalam pembahasan. Dengan demikian, pelaksanaan aksi HAM tahun 2020 masih mengacu pada Perpres yang lama, yaitu Perpres No.75 Tahun 2015 jo Perpres No.33 Tahun 2018 atau masih dengan RANHAM generasi keempat.
Fokus RANHAM Generasi Keempat Fokus RANHAM
Dalam pelaksanaan RANHAM ini mencakup laporan aksi ham baik kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah, dimana setiap kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah akan melakukan pelaporan aksi HAM di bulan keempat (B.04), bulan kedelapan (B.08), dan bulan kedua belas (B.12). Setiap kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah telah mempunyai aksinya masing-masing.
Adapun alur pelaporan aksi HAM, yaitu:
1. Menyusun dan melakukan penajaman aksi HAM;
2. Melakukan menginputan matrik ke dalam sistem pemantauan (serambi.ksp.go.id);
3. Kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah melakukan penginputan pelaporan aksi ham melalui sispan (serambi.ksp.go.id) sesuai dengan waktu yang diberikan;
4. Setelah kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah menginput pelaporan aksi hamnya selanjutnya tim verifikasi melakukan verifikasi terhadap data-data pelaporan yang telah diinput oleh kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah, setelah verifikasi selesai, tim merekap hasil verifikasi tersebut;
5. Hasil verifikasi yang sudah direkap tadi kemudian dijadikan bahan untuk melakukan pemantauan aksi ham masing-masing daerah;
6. Pemantauan aksi HAM ini selanjutnya akan dijadikan bahan laporan evaluasi terhadap pelaksanaan aksi HAM.
Alur Pelaksanaan Laporan Aksi HAM
Pelaporan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat kepada pemangku kepentingan sebagai bahan pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi yang terjadi serta penentuan kebijakan yang relevan. Dalam konteks implementasi pemenuhan HAM, maka Pelaporan implementasi pemenuhan HAM merupakan realisasi kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah untuk memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat tentang pelaksanaan atau implementasi pemenuhan HAM di kementerian atau lembaga maupun pemerintah daerah.
Dalam laporan disampaikan capaian yang dihasilkan. Dilanjutkan penjelasan tentang faktor-faktor yang menghambat program/pelaksanaan implementasi pemenuhan HAM belum tercapai sesuai dengan yang diinginkan/diprogramkan, kemudian dijelaskan pula langkah-langkah antisipasi yang dilakukan oleh K/L/P dalam mengatasi faktor penghambat disertai dengan analisis. Umumnya, disertai dengan berbagai rekomendasi yang perlu dijalankan para pihak.
Biro Hukum Prov. dan Bag. Hukum Kab/Kota mengumpulkan data Lap. Aksi HAM dari OPD terkait sebelum
tgl 28 pada setiap periode pelaporan, dan menyerahkan
ke Bappeda Prov. dan Bappeda Kab/Kota
Bappeda Prov. dan Bappeda Kab/Kota memeriksa dan memasukkan data Lap Aksi
HAM pada setiap periode pelaporan ke Sistem Pemantauan Kantor Staf
Presiden (KSP)
Verifikator melakukan verifikasi dan penilaian hasil
capaian Aksi HAM (Warna: Merah, Kuning, Hijau oada B.03, B.06, B.09 dan Warna: Merah dan Hijau pada B.12) pada setiap periode pelaporan. Setber Ranham melalui
Verifikator, membuat Laporan Hasil Capaian Aksi HAM pada
setiap periode pelaporan.
Dalam pelaksanaan RANHAM ini mencakup laporan aksi ham baik kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah, dimana setiap kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah akan melakukan pelaporan aksi HAM di bulan keempat (B.04), bulan kedelapan (B.08), dan bulan kedua belas (B.12). Setiap kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah telah mempunyai aksinya masing-masing.
Adapun alur pelaporan aksi HAM, yaitu:
1. Menyusun dan melakukan penajaman aksi HAM;
2. Melakukan menginputan matrik ke dalam sistem pemantauan (serambi.ksp.go.id);
3. Kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah melakukan penginputan pelaporan aksi ham melalui sispan (serambi.ksp.go.id) sesuai dengan waktu yang diberikan;
4. Setelah kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah menginput pelaporan aksi hamnya selanjutnya tim verifikasi melakukan verifikasi terhadap data-data pelaporan yang telah diinput oleh kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah, setelah verifikasi selesai, tim merekap hasil verifikasi tersebut;
5. Hasil verifikasi yang sudah direkap tadi kemudian dijadikan bahan untuk melakukan pemantauan aksi ham masing-masing daerah;
6. Pemantauan aksi HAM ini selanjutnya akan dijadikan bahan laporan evaluasi terhadap pelaksanaan aksi HAM.
Alur Pelaksanaan Laporan Aksi HAM
Pelaporan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberikan
Pelaporan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberikan