BAB 1 PENDAHULUAN
E. Petunjuk Belajar
Modul ini merupakan modul yang bersifat dasar-dasar teori yang memberikan bekal dalam proses membangun hubungan kerja sama HAM di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk menambah wawasan peserta di dalam mempelajari modul ini, peserta diharapkan juga menambah wawasan dengan mempelajari bahan-bahan lain yang terkait dengan substansi hak
Beberapa mitra kerja sama yang sudah terjalin antara lain dengan UNDP, UNHCR, UNESCO, RWI, FNF, UN WOMEN, AICHR, ASEAN, Organisasi Internasional lainnya, serta kerja sama dengan beberapa negara terkait pelaksanaan Dialog HAM. Untuk mengawal perkembangan di dunia internasional, pertemuan kerja sama luar negeri memerlukan perjalanan dinas luar negeri. Pertemuan tersebut antara lain dilaksanakan di Swiss, Amerika Serikat, Thailand, Norwegia, Vietnam, Korea Selatan dan Belgia.
Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan kerja sama HAM merupakan hal yang sangat penting didorong untuk mencapai implementasi HAM yang optimal dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
B. Deskripsi Singkat
Modul ini berisi uraian tentang prinsip-prinsip dasar kerja sama HAM yang meliputi konsep-konsep tentang kerja sama HAM dalam negeri dan kerja sama HAM luar negeri serta hubungan kerja sama HAM dalam dan luar negeri. Dengan memahami konsep tersebut, akan dapat menjelaskan tentang konsep-konsep yang paling mendasar dari kerja sama HAM.
Kerja sama HAM penyelanggaraanya didasarkan pada konsep-konsep kerja sama HAM dalam negeri dan kerja sama luar negeri. Kerja sama dalam negeri melibatkan Kementerian/Lembaga Negara, pemerintah daerah, dan kerja sama non pemerintah (LSM, Akademisi, Korporasi). Pada posisi lain, kerja sama HAM luar negeri sebagaimana kerja sama bilateral, regional, dan Badan Khusus PBB, serta Organisasi Internasional (OI) Non-PBB. Konsep-konsep ini demikian pentingnya dan merupakan elemen dasar dalam suatu kerja sama HAM. Untuk itu, bagi penyelenggara tugas-tugas kerja sama HAM seyogianya memahami secara mendalam konsep-konsep tersebut. Perlu untuk dipahami bahwa konsep tersebut menjadi landasan mekanisme dalam penyelenggaraan kerja sama dalam bidang HAM.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini, para pembelajar diharapkan memahami aspek-aspek yang mendasar dalam proses kerja sama HAM, yaitu:
1. Memahami kerja sama HAM dalam negeri 2. Memahami kerja sama HAM luar negeri
3. Mengimplementasikan hubungan kerja sama HAM dalam dan luar negeri
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok 1. Konsep Kerja sama Dalam Negeri
1.1. Dasar Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 1.2. Pengertian dan Unsur Peraturan Perundang-undangan 1.3. Jenis dan Hierarkhi Peraturan Perundang-undangan 1.4. Kerangka Peraturan Perundang-undangan
2. Konsep Kerja sama Luar Negeri
2.1. Peran dan Fungsi Direktorat Jenderal
2.2. Peran Direktorat Perancangan Peraturan Perundang-undangan dalam Pembentukan RUU, RPerppu, dan RPerpres
2.3. Kementerian Hukum dan HAM Sebagai Pemrakarsa 3. Implementasi Hubungan Kerja sama Dalam dan Luar Negeri
3.1. Prolegnas, Progsun PP, Progsun Perpres, dan Ijin Prakarsa 3.2. Penyusunan Rancangan Undang-Undang
3.3. Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
3.4. Penyusunan RPP/Rperpres
E. Petunjuk Belajar
Modul ini merupakan modul yang bersifat dasar-dasar teori yang memberikan bekal dalam proses membangun hubungan kerja sama HAM di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk menambah wawasan peserta di dalam mempelajari modul ini, peserta diharapkan juga menambah wawasan dengan mempelajari bahan-bahan lain yang terkait dengan substansi hak
asasi manusia, komunikasi publik, serta membangun koordinasi dan kerja sama untuk melengkapi pengetahuan mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan.
Para Pembelajar diharapkan mempelajari dan memahami materi ini dengan:
1. mempelajari materi yang terdapat dalam modul secara urut;
2. memahami isi dari materi yang terdapat dalam modul;
3. melakukan diskusi dengan pihak yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang kerja sama HAM di dalam negeri maupun di luar negeri
4. mempraktekkan modul ini jika ditempatkan pada tugas dan fungsi di bidang kerja sama HAM di dalam negeri maupun di luar negeri.
BAB 2
KONSEP DASAR KERJA SAMA HAM
Salam Para Pembelajar.
Pembahasan pertama kita awali dengan pemahaman tentang dasar-dasar kerja sama HAM sebagai kerangka utama memahami bahasan pada bab-bab berikutnya.
A. Konsep Kerja Sama HAM Dalam Negeri
Kerja sama hak asasi manusia dalam negeri adalah suatu kesepakatan untuk menghormati, memenuhi, memajukan, dan melindungi HAM dengan mitra kerja sama dalam negeri. Kerja sama dalam negeri harus dilakukan formal institusional, yang dituangkan ke dalam dokumen bersifat kontraktual berupa Memorandum of Understanding (MoU) dan kontrak kerja sama.
Penandatanganan dilakukan oleh para pihak dan bersifat non-kontraktual yang dituangkan ke dalam surat kesepakatan para pihak. Proses penandatanganan dokumen kerja sama harus juga mempertimbangkan kesetaraan jabatan para pihak yang mengikat kerja sama.
Kerja sama juga dapat mendorong percepatan penyelesaian kasus HAM di kawasan, yang berdampak pada perlindungan warga negara Indonesia.
Forum dialog yang dilakukan terus menerus pada akhirnya mampu membangun kesamaan pemahaman dan kesamaan tujuan tentang P-5 HAM.
Berbagai isu HAM di dalam negeri seperti konflik kebebasan beragama, konflik pertanahan, konflik kemanusiaan, maupun akses informasi tentu membutuhkan peran kerja sama yang baik dari banyak pihak.
Setelah membaca bab ini, para pembelajar diharapkan dapat menjelaskan pengertian kerja sama HAM, bentuk-bentuk kerja sama HAM, serta hubungan kerja sama dalam negeri dan luar negeri
asasi manusia, komunikasi publik, serta membangun koordinasi dan kerja sama untuk melengkapi pengetahuan mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan.
Para Pembelajar diharapkan mempelajari dan memahami materi ini dengan:
1. mempelajari materi yang terdapat dalam modul secara urut;
2. memahami isi dari materi yang terdapat dalam modul;
3. melakukan diskusi dengan pihak yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang kerja sama HAM di dalam negeri maupun di luar negeri
4. mempraktekkan modul ini jika ditempatkan pada tugas dan fungsi di bidang kerja sama HAM di dalam negeri maupun di luar negeri.
BAB 2
KONSEP DASAR KERJA SAMA HAM
Salam Para Pembelajar.
Pembahasan pertama kita awali dengan pemahaman tentang dasar-dasar kerja sama HAM sebagai kerangka utama memahami bahasan pada bab-bab berikutnya.
A. Konsep Kerja Sama HAM Dalam Negeri
Kerja sama hak asasi manusia dalam negeri adalah suatu kesepakatan untuk menghormati, memenuhi, memajukan, dan melindungi HAM dengan mitra kerja sama dalam negeri. Kerja sama dalam negeri harus dilakukan formal institusional, yang dituangkan ke dalam dokumen bersifat kontraktual berupa Memorandum of Understanding (MoU) dan kontrak kerja sama.
Penandatanganan dilakukan oleh para pihak dan bersifat non-kontraktual yang dituangkan ke dalam surat kesepakatan para pihak. Proses penandatanganan dokumen kerja sama harus juga mempertimbangkan kesetaraan jabatan para pihak yang mengikat kerja sama.
Kerja sama juga dapat mendorong percepatan penyelesaian kasus HAM di kawasan, yang berdampak pada perlindungan warga negara Indonesia.
Forum dialog yang dilakukan terus menerus pada akhirnya mampu membangun kesamaan pemahaman dan kesamaan tujuan tentang P-5 HAM.
Berbagai isu HAM di dalam negeri seperti konflik kebebasan beragama, konflik pertanahan, konflik kemanusiaan, maupun akses informasi tentu membutuhkan peran kerja sama yang baik dari banyak pihak.
Setelah membaca bab ini, para pembelajar diharapkan dapat menjelaskan pengertian kerja sama HAM, bentuk-bentuk kerja sama HAM, serta hubungan kerja sama dalam negeri dan luar negeri
1. Kerja Sama HAM Antar Kementerian dan Lembaga Negara
Direktorat Jenderal HAM melalui Direktorat Kerja sama mempunyai tugas dan fungsi untuk melakukan kerja sama, baik antar Kementerian dan Lembaga Negara. Kerja sama dilakukan sesuai dengan kebutuhan antara kedua belah pihak. Dalam melakukan kerja sama dengan Kementerian dan Lembaga ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
a. Menentukan topik yang akan menjadi bahan kerja sama b. Mencari mitra yang akan diajak untuk membuat kerja sama c. Mengadakan rapat pembahasan dengan K/L sebagai mitra d. Menyusun untuk merumuskan bahan kerja sama
e. Melaksanakan kerja sama dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing
f. Evaluasi dari kerja sama, dengan indikator apakah perlu diteruskan, perlu diperbaiki, perlu adanya usulan kerja sama baru atau kerja sama berakhir.
Kerja sama yang dilakukan dengan kementerian dan lembaga, di dalamnya harus terkait dengan pemajuan HAM serta pelaksanaan penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan dan pemajuan HAM. Kerja sama antar kementerian terutama berkaitan dengan Aksi HAM Kementerian dan Lembaga melalui Sekretariat Bersama RANHAM, yang dapat mempertajam muatan aksi HAM.
1. Kerja Sama HAM Antar Kementerian dan Lembaga Negara
Direktorat Jenderal HAM melalui Direktorat Kerja sama mempunyai tugas dan fungsi untuk melakukan kerja sama, baik antar Kementerian dan Lembaga Negara. Kerja sama dilakukan sesuai dengan kebutuhan antara kedua belah pihak. Dalam melakukan kerja sama dengan Kementerian dan Lembaga ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
a. Menentukan topik yang akan menjadi bahan kerja sama b. Mencari mitra yang akan diajak untuk membuat kerja sama c. Mengadakan rapat pembahasan dengan K/L sebagai mitra d. Menyusun untuk merumuskan bahan kerja sama
e. Melaksanakan kerja sama dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing
f. Evaluasi dari kerja sama, dengan indikator apakah perlu diteruskan, perlu diperbaiki, perlu adanya usulan kerja sama baru atau kerja sama berakhir.
Kerja sama yang dilakukan dengan kementerian dan lembaga, di dalamnya harus terkait dengan pemajuan HAM serta pelaksanaan penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan dan pemajuan HAM. Kerja sama antar kementerian terutama berkaitan dengan Aksi HAM Kementerian dan Lembaga melalui Sekretariat Bersama RANHAM, yang dapat mempertajam muatan aksi HAM.
2. Kerja Sama HAM Pemerintah Daerah
Kerja sama antar pemerintah daerah (Pemda) merupakan suatu isu yang perlu diperhatikan pemerintah. Peran kerja sama dapat memengaruhi ketahanan negara, dan kemampuan untuk mengatasi banyak masalah serta memetakan kebutuhan masyarakat di daerah yang melewati batas-batas wilayah administratif.
Untuk menyukseskan kerja sama Pemda, maka diperlukan identifikasi isu-isu strategis, bentuk atau model kerja sama yang tepat, dan prinsip-prinsip yang menuntun keberhasilan kerja sama tersebut.
Peran strategis yang dimainkan Pemda dalam sistem negara kesatuan membutuhkan kemampuan sekaligus mekanisme kerja sama, dengan adanya penyesuaian struktur dan fungsi kelembagaan.
Bentuk program kerja sama dengan Pemda dapat dalam implementasi RANHAM maupun pencapaian Kriteria Kabupaten/Kota Peduli HAM (KKP HAM).
3. Kerja Sama HAM Non-Pemerintah
Pemerintah perlu mencari solusi atas kendala dalam pemenuhan HAM dengan melibatkan berbagai stakeholder. Aktivitas pelibatan lembaga Non-pemerintah, baik dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi, dan korporasi, sangat terkait dalam pelaksanaan pembangunan.
Keterlibatan berbagai pihak ini memiliki peran penting untuk membantu pemerintah, mengingat tidak semua aktivitas pemenuhan HAM mampu dikerjakan oleh pemerintah sendiri terutama dalam hal ketersediaan skill SDM dan finansial. Bentuk kerja sama yang melibatkan pihak swasta ini dikenal juga dengan istilah public private partnership (PPP).
Menurut William J. Parente dari lembaga USAID Environmental Services Program dengan pernyataan sebagai berikut:
PPP is an agreement or contract, between a public entity and a private party, under which: (a) private party undertakes government function for specified period of time, (b) the private party receives compensation for performing the function, directly or indirectly, (c) the private party is liable for the risks arising from performing the function and, (d) the public facilities, land or other resources may be transferred or made available to the private party.
PPP ini merupakan hubungan kerja sama pemerintah dengan publik dalam pelaksanaan pembangunan dan pemenuhan ham melalui investasi dengan melibatkan pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan NGO. Masing-masing pihak memiliki peran dan fungsi dalam pelaksanaan tersebut. Peran dan fungsi permerintah sebagai suatu institusi resmi dituntut untuk lebih transparan, akuntabel, responsif, efektif dan efisien dalam penciptaan good governance. Tentunya dalam hal ini tidak terlepas dari fungsi pengawasan pemerintah terhadap sektor swasta yang terlibat dalam pelaksanaan.
2. Kerja Sama HAM Pemerintah Daerah
Kerja sama antar pemerintah daerah (Pemda) merupakan suatu isu yang perlu diperhatikan pemerintah. Peran kerja sama dapat memengaruhi ketahanan negara, dan kemampuan untuk mengatasi banyak masalah serta memetakan kebutuhan masyarakat di daerah yang melewati batas-batas wilayah administratif.
Untuk menyukseskan kerja sama Pemda, maka diperlukan identifikasi isu-isu strategis, bentuk atau model kerja sama yang tepat, dan prinsip-prinsip yang menuntun keberhasilan kerja sama tersebut.
Peran strategis yang dimainkan Pemda dalam sistem negara kesatuan membutuhkan kemampuan sekaligus mekanisme kerja sama, dengan adanya penyesuaian struktur dan fungsi kelembagaan.
Bentuk program kerja sama dengan Pemda dapat dalam implementasi RANHAM maupun pencapaian Kriteria Kabupaten/Kota Peduli HAM (KKP HAM).
3. Kerja Sama HAM Non-Pemerintah
Pemerintah perlu mencari solusi atas kendala dalam pemenuhan HAM dengan melibatkan berbagai stakeholder. Aktivitas pelibatan lembaga Non-pemerintah, baik dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi, dan korporasi, sangat terkait dalam pelaksanaan pembangunan.
Keterlibatan berbagai pihak ini memiliki peran penting untuk membantu pemerintah, mengingat tidak semua aktivitas pemenuhan HAM mampu dikerjakan oleh pemerintah sendiri terutama dalam hal ketersediaan skill SDM dan finansial. Bentuk kerja sama yang melibatkan pihak swasta ini dikenal juga dengan istilah public private partnership (PPP).
Menurut William J. Parente dari lembaga USAID Environmental Services Program dengan pernyataan sebagai berikut:
PPP is an agreement or contract, between a public entity and a private party, under which: (a) private party undertakes government function for specified period of time, (b) the private party receives compensation for performing the function, directly or indirectly, (c) the private party is liable for the risks arising from performing the function and, (d) the public facilities, land or other resources may be transferred or made available to the private party.
PPP ini merupakan hubungan kerja sama pemerintah dengan publik dalam pelaksanaan pembangunan dan pemenuhan ham melalui investasi dengan melibatkan pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan NGO. Masing-masing pihak memiliki peran dan fungsi dalam pelaksanaan tersebut. Peran dan fungsi permerintah sebagai suatu institusi resmi dituntut untuk lebih transparan, akuntabel, responsif, efektif dan efisien dalam penciptaan good governance. Tentunya dalam hal ini tidak terlepas dari fungsi pengawasan pemerintah terhadap sektor swasta yang terlibat dalam pelaksanaan.
Kiprah LSM di Indonesia yang selama ini sering melakukan program-program pendampingan masyarakat merupakan potensi besar bagi berkembangnya sinergi kerja sama HAM tersebut. LSM memiliki bekal kedekatan dengan masyarakat dan diharapkan dapat bergerak bersama pemerintah dan swasta untuk memunculkan daya ungkit kesejahteraan warga negara.
Pengelolaan dana Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi salah satu alternatif kerja sama untuk berbagai program yang sejalan dengan agenda pembangunan nasional, termasuk pemajuan HAM. Peran para profesional yang bekerja di sejumlah LSM, diharapkan pengelolaan dana CSR tersebut dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Sinergi kerja sama multipihak antara pemerintah, swasta, dan masyarakat yang diwakili oleh LSM tentu akan mempercepat implementasi P-5 HAM.
B. Konsep Kerja Sama HAM Luar Negeri
Kerja sama luar negeri adalah suatu kesepakatan untuk melakukan menghormati, memenuhi, dan melindungi hak asasi manusia dengan mitra kerja sama luar negeri melalui proses perbuatan atau hal yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Proses kerja sama luar negeri harus memperhatikan prinsip-prinsip hubungan luar negeri yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 37 tahun 1999 tentang Kerja sama Luar Negeri.
Peraturan ini menegaskan bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang merdeka dan berdaulat, pelaksanaan hubungan luar negeri didasarkan pada asas kesamaan derajat, saling menghormati, saling menguntungkan, dan tidak saling mencampuri urusan dalam negeri masing-masing, seperti yang tersirat di dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kerja sama luar negeri dimaksudkan untuk mewujudkan kerja sama dalam bidang hak asasi manusia yang selaras dengan prinsip-prinsip kerja sama luar negeri dan politik luar negeri Pemerintah Indonesia dalam bidang hak asasi manusia. Sedangkan sasarannya adalah memaksimalkan kerja
sama Luar Negeri dalam bidang hak asasi manusia khususnya mendukung pelaksanaan RANHAM sebagai agenda nasional pemerintah.
Berdasarkan mitra kerjanya, terdapat 3 jenis kerja sama luar negeri di Direktorat Jenderal HAM yaitu:
1. Bilateral
Kerja sama bilateral merupakan kerja sama yang melibatkan Government to Government atau sesama pemerintah dua negara. Biasanya, kerja sama ini didahului dengan kesepakatan antara perwakilan kedua pejabat pemerintahan terkait misalnya antara kepala negara atau antara menteri.
Sebagai gambaran, kerja sama Indonesia dan Malaysia sebagai negeri serumpun Melayu dapat menjadi contoh bentuk kerja sama bilateral.
2. Regional
Kerja sama regional dilakukan kerja sama yang dilakukan dengan persatuan negara-negara yang berada di suatu kawasan tertentu yang biasanya berdekatan. Kerja sama regional seperti dengan ASEAN atau Uni Eropa. Kerja sama ini bisa melibatkan satu atau dua negara, namun pada intinya mengatasnamakan persatuan tersebut dibanding atasnama negara individu. Hal tersebut sebagaimana kerja sama dengan Spanyol dan Italia, namun tetap mengatas namakan Uni Eropa.
3. Badan Khusus PBB dan Organisasi Internasional (OI) Non-PBB
Kerja sama yang dilakukan meliputi kerja sama dengan organisasi internasional yang menjadi badan PBB, seperti WHO, UNESCO, UNICEF, dan UNDP. Kerja sama internasional yang melibatkan organisasi internasional bersifat non-governmental, misalnya USAID dari Amerika, JICA dari Jepang, dan FNF dari Jerman. Kerja sama yang dilakukan dengan organisasi internasional non-PBB, biasanya didahului dengan adanya kesepakatan kerja sama (MoU, Memorandum of Understanding). Ditjen HAM dalam mendukung implementasi UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) bekerjasama dengan UNICEF dalam perumusan desain pelatihan, sekaligus melibatkan lintas instansi aparat penegak hukum dalam penyusunan kurikulum pelatihan.
Kiprah LSM di Indonesia yang selama ini sering melakukan program-program pendampingan masyarakat merupakan potensi besar bagi berkembangnya sinergi kerja sama HAM tersebut. LSM memiliki bekal kedekatan dengan masyarakat dan diharapkan dapat bergerak bersama pemerintah dan swasta untuk memunculkan daya ungkit kesejahteraan warga negara.
Pengelolaan dana Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi salah satu alternatif kerja sama untuk berbagai program yang sejalan dengan agenda pembangunan nasional, termasuk pemajuan HAM. Peran para profesional yang bekerja di sejumlah LSM, diharapkan pengelolaan dana CSR tersebut dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Sinergi kerja sama multipihak antara pemerintah, swasta, dan masyarakat yang diwakili oleh LSM tentu akan mempercepat implementasi P-5 HAM.
B. Konsep Kerja Sama HAM Luar Negeri
Kerja sama luar negeri adalah suatu kesepakatan untuk melakukan menghormati, memenuhi, dan melindungi hak asasi manusia dengan mitra kerja sama luar negeri melalui proses perbuatan atau hal yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Proses kerja sama luar negeri harus memperhatikan prinsip-prinsip hubungan luar negeri yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 37 tahun 1999 tentang Kerja sama Luar Negeri.
Peraturan ini menegaskan bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang merdeka dan berdaulat, pelaksanaan hubungan luar negeri didasarkan pada asas kesamaan derajat, saling menghormati, saling menguntungkan, dan tidak saling mencampuri urusan dalam negeri masing-masing, seperti yang tersirat di dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kerja sama luar negeri dimaksudkan untuk mewujudkan kerja sama dalam bidang hak asasi manusia yang selaras dengan prinsip-prinsip kerja sama luar negeri dan politik luar negeri Pemerintah Indonesia dalam bidang hak asasi manusia. Sedangkan sasarannya adalah memaksimalkan kerja
sama Luar Negeri dalam bidang hak asasi manusia khususnya mendukung pelaksanaan RANHAM sebagai agenda nasional pemerintah.
Berdasarkan mitra kerjanya, terdapat 3 jenis kerja sama luar negeri di Direktorat Jenderal HAM yaitu:
1. Bilateral
Kerja sama bilateral merupakan kerja sama yang melibatkan Government to Government atau sesama pemerintah dua negara. Biasanya, kerja sama ini didahului dengan kesepakatan antara perwakilan kedua pejabat pemerintahan terkait misalnya antara kepala negara atau antara menteri.
Sebagai gambaran, kerja sama Indonesia dan Malaysia sebagai negeri serumpun Melayu dapat menjadi contoh bentuk kerja sama bilateral.
2. Regional
Kerja sama regional dilakukan kerja sama yang dilakukan dengan persatuan negara-negara yang berada di suatu kawasan tertentu yang biasanya berdekatan. Kerja sama regional seperti dengan ASEAN atau Uni Eropa. Kerja sama ini bisa melibatkan satu atau dua negara, namun pada intinya mengatasnamakan persatuan tersebut dibanding atasnama negara individu. Hal tersebut sebagaimana kerja sama dengan Spanyol dan Italia, namun tetap mengatas namakan Uni Eropa.
3. Badan Khusus PBB dan Organisasi Internasional (OI) Non-PBB
Kerja sama yang dilakukan meliputi kerja sama dengan organisasi internasional yang menjadi badan PBB, seperti WHO, UNESCO, UNICEF, dan UNDP. Kerja sama internasional yang melibatkan
Kerja sama yang dilakukan meliputi kerja sama dengan organisasi internasional yang menjadi badan PBB, seperti WHO, UNESCO, UNICEF, dan UNDP. Kerja sama internasional yang melibatkan