• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerja Sama Implementasi RANHAM

Dalam dokumen MEMBANGUN KERJA SAMA HAM (Halaman 28-0)

BAB 3 IMPLEMENTASI KERJA SAMA HAM DALAM NEGERI

B. Kerja Sama Implementasi RANHAM

Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) adalah dokumen yang memuat sasaran, strategi dan fokus kegiatan prioritas Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia dalam pelaksanaan penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan dan pemajuan HAM bagi masyarakat Indonesia. Panduan dan rencana umum serta arah bagi penyelenggara negara yang pelaksanaannya bersifat dinamis (living document) serta dapat diselaraskan dengan potensi dan permasalahan di setiap kementerian, lembaga dan pemerintah daerah.

keadilan sosial”. Dalam tujuan nasional tersebut terkandung misi dan visi bangsa Indonesia di bidang hak asasi manusia yang akan mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera, hak asasinya terjunjung tinggi, terpenuhi dan terlindungi.

Guna menjamin implementasi atas tanggung jawab negara terhadap HAM, pada tanggal 29 September 2015 diterbitkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, yang memandatkan Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia dengan 6 (enam) Eselon II, yaitu:

- Sekretariat Ditjen HAM

- Direktorat Pelayanan Komunikasi Masyarakat - Direktorat Kerja Sama HAM

- Direktorat Diseminasi dan Penguatan HAM - Direktorat Instrumen HAM

- Direktorat Informasi HAM.

Dalam pelaksanaan tugas, Ditjen HAM mempunyai fungsi sesuai Permenkumham Nomor 29 tahun 2015 pasal 835, yaitu perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan pemantauan dan pelaporan di bidang pemajuan HAM, pelayanan komunikasi masyarakat, kerja sama HAM, diseminasi HAM, dan informasi HAM. Termasuk pelaksanaan peran dan fungsi Ditjen HAM adalah koordinasi penyusunan koordinasi penyusunan indikator dan profil pembangunan hak asasi manusia.

Kerja sama HAM sendiri dibedakan menjadi 2 (dua) hal, yaitu kerja sama dalam negeri terutama menyangkut pelaksanaan Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM) dan kerja sama luar negeri. Terkait luar negeri maka terbangun kerja sama bilateral, regional, dan kerja sama dengan badan-badan khusus PBB dan organisasi internasional no-PBB.

B. Kerja sama Implementasi RANHAM

Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) adalah dokumen yang memuat sasaran, strategi dan fokus kegiatan prioritas Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia dalam pelaksanaan penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan dan pemajuan HAM bagi masyarakat Indonesia. Panduan dan rencana umum serta arah bagi penyelenggara negara yang pelaksanaannya bersifat dinamis (living document) serta dapat diselaraskan dengan potensi dan permasalahan di setiap kementerian, lembaga dan pemerintah daerah.

Pelaksanaan RANHAM merupakan amanat dari sejumlah regulasi yang mengatur tentang HAM. Regulasi tersebut meliputi UUD 1945 Pasal 28 huruf a sampai j, Deklarasi Wina 1993, dan UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pelaksanaan RANHAM semuanya mempunyai sasaran pada meningkatnya penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan, dan pemajuan HAM (P-5 HAM) bagi semua lapisan masyarakat Indonesia baik di pusat maupun daerah. Tentunya, peran pelaksanaan P-5 HAM tersebut berdasarkan pelaksanaan oleh negara melalui lembaga serta aparaturnya dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama, moral, adat istiadat, budaya, keamanan, ketertiban umum dan kepentingan bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

RANHAM secara khusus mempunyai sasaran yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya, yaitu:

a. Meningkatnya pemahaman HAM bagi aparatur negara dan masyarakat;

b. Terlaksananya instrumen HAM dalam kebijakan pemerintah;

c. Percepatan penyelesaian hambatan-hambatan pemenuhan HAM pada 4 fokus kelompok sasaran (hak perempuan, anak, masyarakat hukum adat dan penyandang disabilitas sesuai Perpres Nomor 75 Tahun 2015 junto Perpres No. 33 Tahun 2018)

d. Meningkatnya partisipasi Indonesia dalam forum kerja sama penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan dan pemajuan HAM;

e. Meningkatnya penanganan pelanggaran HAM;

f. Meningkatnya aksesbilitas penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya.

Dalam perkembangannnya, penyusunan dan implementasi RANHAM tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat, tetapi melibatkan peran Pemerintah Daerah. Pada masing-masing tingkatan, implementasi RANHAM dibentuk ikatan kerja sama lintas instansi dalam wadah Sekretariat Bersama RANHAM untuk memonitor dan mengevaluasi implementasi Aksi HAM RI.

Sebagaimana dimandatkan dalam Deklarasi dan Program Aksi HAM Wina 1993/Vienna Declaration and Program of Action on Human Rights (VDPA), Pemerintah telah mengesahkan dan mengimplementasikan empat Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM), yang kemudian identik dengan penyebutan 4 generasi RANHAM, yaitu:

1) RANHAM 1998 - 2003 dengan diterbitkan Kepres No.129 Tahun 1998 2) RANHAM 2004 - 2009 dengan diterbitkan Kepres No. 40 Tahun 2004 3) RANHAM 2011 - 2014 dengan diterbitkan Perpres No. 23 Tahun 2011 4) RANHAM 2015 - 2019 dengan diterbitkan Perpres No. 75 Tahun 2015 jo

Perpres No. 33 Tahun 2018

RANHAM generasi Kelima untuk Perpres serta Aksi HAM-nya masih dalam pembahasan. Dengan demikian, pelaksanaan aksi HAM tahun 2020 masih mengacu pada Perpres yang lama, yaitu Perpres No.75 Tahun 2015 jo Perpres No.33 Tahun 2018 atau masih dengan RANHAM generasi keempat.

Fokus RANHAM Generasi Keempat Fokus RANHAM

Pelaksanaan RANHAM merupakan amanat dari sejumlah regulasi yang mengatur tentang HAM. Regulasi tersebut meliputi UUD 1945 Pasal 28 huruf a sampai j, Deklarasi Wina 1993, dan UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pelaksanaan RANHAM semuanya mempunyai sasaran pada meningkatnya penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan, dan pemajuan HAM (P-5 HAM) bagi semua lapisan masyarakat Indonesia baik di pusat maupun daerah. Tentunya, peran pelaksanaan P-5 HAM tersebut berdasarkan pelaksanaan oleh negara melalui lembaga serta aparaturnya dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama, moral, adat istiadat, budaya, keamanan, ketertiban umum dan kepentingan bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

RANHAM secara khusus mempunyai sasaran yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya, yaitu:

a. Meningkatnya pemahaman HAM bagi aparatur negara dan masyarakat;

b. Terlaksananya instrumen HAM dalam kebijakan pemerintah;

c. Percepatan penyelesaian hambatan-hambatan pemenuhan HAM pada 4 fokus kelompok sasaran (hak perempuan, anak, masyarakat hukum adat dan penyandang disabilitas sesuai Perpres Nomor 75 Tahun 2015 junto Perpres No. 33 Tahun 2018)

d. Meningkatnya partisipasi Indonesia dalam forum kerja sama penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan dan pemajuan HAM;

e. Meningkatnya penanganan pelanggaran HAM;

f. Meningkatnya aksesbilitas penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya.

Dalam perkembangannnya, penyusunan dan implementasi RANHAM tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat, tetapi melibatkan peran Pemerintah Daerah. Pada masing-masing tingkatan, implementasi RANHAM dibentuk ikatan kerja sama lintas instansi dalam wadah Sekretariat Bersama RANHAM untuk memonitor dan mengevaluasi implementasi Aksi HAM RI.

Sebagaimana dimandatkan dalam Deklarasi dan Program Aksi HAM Wina 1993/Vienna Declaration and Program of Action on Human Rights (VDPA), Pemerintah telah mengesahkan dan mengimplementasikan empat Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM), yang kemudian identik dengan penyebutan 4 generasi RANHAM, yaitu:

1) RANHAM 1998 - 2003 dengan diterbitkan Kepres No.129 Tahun 1998 2) RANHAM 2004 - 2009 dengan diterbitkan Kepres No. 40 Tahun 2004 3) RANHAM 2011 - 2014 dengan diterbitkan Perpres No. 23 Tahun 2011 4) RANHAM 2015 - 2019 dengan diterbitkan Perpres No. 75 Tahun 2015 jo

Perpres No. 33 Tahun 2018

RANHAM generasi Kelima untuk Perpres serta Aksi HAM-nya masih dalam pembahasan. Dengan demikian, pelaksanaan aksi HAM tahun 2020 masih mengacu pada Perpres yang lama, yaitu Perpres No.75 Tahun 2015 jo Perpres No.33 Tahun 2018 atau masih dengan RANHAM generasi keempat.

Fokus RANHAM Generasi Keempat Fokus RANHAM

Dalam pelaksanaan RANHAM ini mencakup laporan aksi ham baik kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah, dimana setiap kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah akan melakukan pelaporan aksi HAM di bulan keempat (B.04), bulan kedelapan (B.08), dan bulan kedua belas (B.12). Setiap kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah telah mempunyai aksinya masing-masing.

Adapun alur pelaporan aksi HAM, yaitu:

1. Menyusun dan melakukan penajaman aksi HAM;

2. Melakukan menginputan matrik ke dalam sistem pemantauan (serambi.ksp.go.id);

3. Kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah melakukan penginputan pelaporan aksi ham melalui sispan (serambi.ksp.go.id) sesuai dengan waktu yang diberikan;

4. Setelah kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah menginput pelaporan aksi hamnya selanjutnya tim verifikasi melakukan verifikasi terhadap data-data pelaporan yang telah diinput oleh kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah, setelah verifikasi selesai, tim merekap hasil verifikasi tersebut;

5. Hasil verifikasi yang sudah direkap tadi kemudian dijadikan bahan untuk melakukan pemantauan aksi ham masing-masing daerah;

6. Pemantauan aksi HAM ini selanjutnya akan dijadikan bahan laporan evaluasi terhadap pelaksanaan aksi HAM.

Alur Pelaksanaan Laporan Aksi HAM

Pelaporan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat kepada pemangku kepentingan sebagai bahan pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi yang terjadi serta penentuan kebijakan yang relevan. Dalam konteks implementasi pemenuhan HAM, maka Pelaporan implementasi pemenuhan HAM merupakan realisasi kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah untuk memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat tentang pelaksanaan atau implementasi pemenuhan HAM di kementerian atau lembaga maupun pemerintah daerah.

Dalam laporan disampaikan capaian yang dihasilkan. Dilanjutkan penjelasan tentang faktor-faktor yang menghambat program/pelaksanaan implementasi pemenuhan HAM belum tercapai sesuai dengan yang diinginkan/diprogramkan, kemudian dijelaskan pula langkah-langkah antisipasi yang dilakukan oleh K/L/P dalam mengatasi faktor penghambat disertai dengan analisis. Umumnya, disertai dengan berbagai rekomendasi yang perlu dijalankan para pihak.

Biro Hukum Prov. dan Bag. Hukum Kab/Kota mengumpulkan data Lap. Aksi HAM dari OPD terkait sebelum

tgl 28 pada setiap periode pelaporan, dan menyerahkan

ke Bappeda Prov. dan Bappeda Kab/Kota

Bappeda Prov. dan Bappeda Kab/Kota memeriksa dan memasukkan data Lap Aksi

HAM pada setiap periode pelaporan ke Sistem Pemantauan Kantor Staf

Presiden (KSP)

Verifikator melakukan verifikasi dan penilaian hasil

capaian Aksi HAM (Warna: Merah, Kuning, Hijau oada B.03, B.06, B.09 dan Warna: Merah dan Hijau pada B.12) pada setiap periode pelaporan. Setber Ranham melalui

Verifikator, membuat Laporan Hasil Capaian Aksi HAM pada

setiap periode pelaporan.

Dalam pelaksanaan RANHAM ini mencakup laporan aksi ham baik kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah, dimana setiap kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah akan melakukan pelaporan aksi HAM di bulan keempat (B.04), bulan kedelapan (B.08), dan bulan kedua belas (B.12). Setiap kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah telah mempunyai aksinya masing-masing.

Adapun alur pelaporan aksi HAM, yaitu:

1. Menyusun dan melakukan penajaman aksi HAM;

2. Melakukan menginputan matrik ke dalam sistem pemantauan (serambi.ksp.go.id);

3. Kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah melakukan penginputan pelaporan aksi ham melalui sispan (serambi.ksp.go.id) sesuai dengan waktu yang diberikan;

4. Setelah kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah menginput pelaporan aksi hamnya selanjutnya tim verifikasi melakukan verifikasi terhadap data-data pelaporan yang telah diinput oleh kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah, setelah verifikasi selesai, tim merekap hasil verifikasi tersebut;

5. Hasil verifikasi yang sudah direkap tadi kemudian dijadikan bahan untuk melakukan pemantauan aksi ham masing-masing daerah;

6. Pemantauan aksi HAM ini selanjutnya akan dijadikan bahan laporan evaluasi terhadap pelaksanaan aksi HAM.

Alur Pelaksanaan Laporan Aksi HAM

Pelaporan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat kepada pemangku kepentingan sebagai bahan pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi yang terjadi serta penentuan kebijakan yang relevan. Dalam konteks implementasi pemenuhan HAM, maka Pelaporan implementasi pemenuhan HAM merupakan realisasi kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah untuk memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat tentang pelaksanaan atau implementasi pemenuhan HAM di kementerian atau lembaga maupun pemerintah daerah.

Dalam laporan disampaikan capaian yang dihasilkan. Dilanjutkan penjelasan tentang faktor-faktor yang menghambat program/pelaksanaan implementasi pemenuhan HAM belum tercapai sesuai dengan yang diinginkan/diprogramkan, kemudian dijelaskan pula langkah-langkah antisipasi yang dilakukan oleh K/L/P dalam mengatasi faktor penghambat disertai dengan analisis. Umumnya, disertai dengan berbagai rekomendasi yang perlu dijalankan para pihak.

Biro Hukum Prov. dan Bag.

Hukum Kab/Kota mengumpulkan data Lap. Aksi HAM dari OPD terkait sebelum

tgl 28 pada setiap periode pelaporan, dan menyerahkan

ke Bappeda Prov. dan Bappeda Kab/Kota

Bappeda Prov. dan Bappeda Kab/Kota memeriksa dan memasukkan data Lap Aksi

HAM pada setiap periode pelaporan ke Sistem Pemantauan Kantor Staf

Presiden (KSP)

Verifikator melakukan verifikasi dan penilaian hasil

capaian Aksi HAM (Warna:

Merah, Kuning, Hijau oada B.03, B.06, B.09 dan Warna:

Merah dan Hijau pada B.12) pada setiap periode pelaporan.

Setber Ranham melalui Verifikator, membuat Laporan Hasil Capaian Aksi HAM pada

setiap periode pelaporan.

Sebelum dipublikasikan atau diterbitkan, sebaiknya dilakukan proses pengujian terhadap laporan tersebut yaitu, meminta tanggapan akhir dari semua yang terlibat. Kemudian tanggapan dari pihak lain yang independen dan ahli dan jika perlu tanggapan publik terbatas. pengujian itu dimaksudkan semata-mata untuk menjamin kredibilitas laporan tersebut. Pada posisi ini maka penting kemampuan pengelola laporan HAM untuk dapat bekerja sama lintas instansi dan pemerintah.

Pelaporan dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Kementerian Hukum dan HAM c.q. Direktorat Jenderal HAM wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Presiden.

b. Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Provinsi wajib menyampaikan laporan kepada Menteri Hukum dan HAM c.q Direktur Jenderal HAM.

c. Satuan Kerja Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor Wilayah Kemkumham Provinsi.

Pengorganisasian data sebagai bagian dari evaluasi implementasi pemenuhan HAM, dapat dilaksanakan melalui metode sebagai berikut:

1. Menyandingkan data.

Data yang disandingkan adalah:

a. Data tahun sebelumnya (misalnya data 2016) disandingkan dengan data tahun berjalan (misalnya data 2017); (Evaluasi progres tahunan).

b. Data semester awal (Ganjil) tahun berjalan (misal tahun 2017) disandingkan dengan data semester akhir tahun berjalan (Genap);

(Evaluasi progres semesteran);

c. Data target program kegiatan tahun berjalan disandingkan capaian/realisasi program tahun berjalan. (Evaluasi target)

Alur Pengorganisasian Pelaporan HAM

2. Dari data yang telah disandingkan, dapat diketahui seberapa besar program implementasi pemenuhan HAM di kementerian/lembaga maupun pemerintahan daerah berjalan, atau apakah target telah tercapai, jika program tidak berjalan atau tercapai maka dijelaskan penyebab program tidak berjalan, apa faktor penyebab, atau kenapa target tidak tercapai, dan langkah-langkah apa yang telah dilakukan dalam mengantisipasi faktor penyebab.

3. Setelah capaian program dan kendala dari program implementasi pemenuhan tersebut diketahui maka diambil kesimpulan pelaksanaan implementasi pemenuhan HAM di kementerian/lembaga maupun pemerintahan daerah apakah sudah berjalan dengan baik apa tidak, kemudian dari hal tersebut akan dibuat suatu rekomendasi yang diperlukan untuk perbaikan dan atau peningkatan tahun berikutnya kepada stakeholder (kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah).

Sebelum dipublikasikan atau diterbitkan, sebaiknya dilakukan proses pengujian terhadap laporan tersebut yaitu, meminta tanggapan akhir dari semua yang terlibat. Kemudian tanggapan dari pihak lain yang independen dan ahli dan jika perlu tanggapan publik terbatas. pengujian itu dimaksudkan semata-mata untuk menjamin kredibilitas laporan tersebut. Pada posisi ini maka penting kemampuan pengelola laporan HAM untuk dapat bekerja sama lintas instansi dan pemerintah.

Pelaporan dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Kementerian Hukum dan HAM c.q. Direktorat Jenderal HAM wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Presiden.

b. Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Provinsi wajib menyampaikan laporan kepada Menteri Hukum dan HAM c.q Direktur Jenderal HAM.

c. Satuan Kerja Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor Wilayah Kemkumham Provinsi.

Pengorganisasian data sebagai bagian dari evaluasi implementasi pemenuhan HAM, dapat dilaksanakan melalui metode sebagai berikut:

1. Menyandingkan data.

Data yang disandingkan adalah:

a. Data tahun sebelumnya (misalnya data 2016) disandingkan dengan data tahun berjalan (misalnya data 2017); (Evaluasi progres tahunan).

b. Data semester awal (Ganjil) tahun berjalan (misal tahun 2017) disandingkan dengan data semester akhir tahun berjalan (Genap);

(Evaluasi progres semesteran);

c. Data target program kegiatan tahun berjalan disandingkan capaian/realisasi program tahun berjalan. (Evaluasi target)

Alur Pengorganisasian Pelaporan HAM

2. Dari data yang telah disandingkan, dapat diketahui seberapa besar program implementasi pemenuhan HAM di kementerian/lembaga maupun pemerintahan daerah berjalan, atau apakah target telah tercapai, jika program tidak berjalan atau tercapai maka dijelaskan penyebab program tidak berjalan, apa faktor penyebab, atau kenapa target tidak tercapai, dan langkah-langkah apa yang telah dilakukan dalam mengantisipasi faktor penyebab.

3. Setelah capaian program dan kendala dari program implementasi pemenuhan tersebut diketahui maka diambil kesimpulan pelaksanaan implementasi pemenuhan HAM di kementerian/lembaga maupun pemerintahan daerah apakah sudah berjalan dengan baik apa tidak, kemudian dari hal tersebut akan dibuat suatu rekomendasi yang diperlukan untuk perbaikan dan atau peningkatan tahun berikutnya kepada stakeholder (kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah).

Setelah adanya data-data dan sumber informasi pemantauan telah didapatkan, maka perlu dilanjutkan dengan membuat hasil analisis menjadi sebuah laporan naratif yang mudah dibaca dan difahami. Oleh karena itu perlu difahami komponen-komponen utama suatu laporan.

Komponen Laporan HAM

Komponen Laporan Jenis Informasi Latar Belakang Kerangka pemantauan dan proses

pelaksanaannya Catatan Peristiwa

Penting

Menyusun seluruh rangkaian peristiwa berdasarkan urutan kronolis waktu Fakta-Fakta Lapangan Bukti atau fakta pelanggaran atau

permasalahan HAM yang ditemukan di lapangan

Analisis Fakta Hasil analisis tentang tindak pelanggaran HAM, korban dominan, dan pelaku berdasarkan bukti-bukti lapangan

Alasan-alasan pembenar dari para pelaku terhadap tindakan pelanggaran yang ia perbuat Respon dan tindakan penanganan dari negara Kesimpulan dan

Rekomendasi

Ringkasan bagian catatan peristiwa pnting;

kumpulan kasus pelangaran, analisa fakta, dan rekomendasi untuk tindak lanjut

Organisasi data dan pelaporan merupakan bagian yang melekat dalam proses evaluasi. Dalam konteks implementasi pemenuhan HAM, maka evaluasi merupakan rangkaian membandingkan program, dengan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) dari program yang ditetapkan. Tujuan utama dari evaluasi atau penilaian HAM adalah mengukur upaya yang dilakukan oleh pengemban tugas dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya baik dalam hal pemajuan atau perlindungan HAM.

Masa Pelaporan RANHAM Generasi Keempat (2015-2019) Pelaporan tahun 2015-2019

NO Jadwal

Pelaporan Tanggal Verifikasi

1. B.03 28 April s/d 11 Mei

28 September s/d 11 Oktober

12 Januari s/d 17 Januari Tahun berikutnya

Masa Pelaporan RANHAM Generasi Kelima (2020-2024) Pelaporan tahun 2020-2024

NO Jadwal

Pelaporan Tanggal Verifikasi

1. B.04 28 Mei s/d 5 Juni

12 September s/d 17 September

Setelah adanya data-data dan sumber informasi pemantauan telah didapatkan, maka perlu dilanjutkan dengan membuat hasil analisis menjadi sebuah laporan naratif yang mudah dibaca dan difahami. Oleh karena itu perlu difahami komponen-komponen utama suatu laporan.

Komponen Laporan HAM

Komponen Laporan Jenis Informasi Latar Belakang Kerangka pemantauan dan proses

pelaksanaannya Catatan Peristiwa

Penting

Menyusun seluruh rangkaian peristiwa berdasarkan urutan kronolis waktu Fakta-Fakta Lapangan Bukti atau fakta pelanggaran atau

permasalahan HAM yang ditemukan di lapangan

Analisis Fakta Hasil analisis tentang tindak pelanggaran HAM, korban dominan, dan pelaku berdasarkan bukti-bukti lapangan

Alasan-alasan pembenar dari para pelaku terhadap tindakan pelanggaran yang ia perbuat Respon dan tindakan penanganan dari negara Kesimpulan dan

Rekomendasi

Ringkasan bagian catatan peristiwa pnting;

kumpulan kasus pelangaran, analisa fakta, dan rekomendasi untuk tindak lanjut

Organisasi data dan pelaporan merupakan bagian yang melekat dalam proses evaluasi. Dalam konteks implementasi pemenuhan HAM, maka evaluasi merupakan rangkaian membandingkan program, dengan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) dari program yang ditetapkan. Tujuan utama dari evaluasi atau penilaian HAM adalah mengukur upaya yang dilakukan oleh pengemban tugas dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya baik dalam hal pemajuan atau perlindungan HAM.

Masa Pelaporan RANHAM Generasi Keempat (2015-2019) Pelaporan tahun 2015-2019

NO Jadwal

Pelaporan Tanggal Verifikasi

1. B.03 28 April s/d 11 Mei

28 September s/d 11 Oktober

12 Januari s/d 17 Januari Tahun berikutnya

Masa Pelaporan RANHAM Generasi Kelima (2020-2024) Pelaporan tahun 2020-2024

NO Jadwal

Pelaporan Tanggal Verifikasi

1. B.04 28 Mei s/d 5 Juni

12 September s/d 17 September

Capaian RANHAM Generasi Keempat (2015-2019)

No. Pelaksana RANHAM

Capaian Aksi HAM Yang Memenuhi Target (Dalam %)

2015 2016 2017 2018 2019

1 K/L 88 98,44 92,21 73,24 100

2 Provinsi 19,60 72,06 70,59 85,88 88,82 3 Kab/Kota 6,13 37,81 52,59 63,57 72,23 CAPAIAN (rata2) 37,91 69,44 71,80 74,23 87,02

C. Kriteria Kabupaten/Kota Peduli HAM (KKP HAM)

Wujud kepedulian Negara terhadap penghormatan, pemajuan, pemenuhan, penegakan dan perlindungan HAM (P-5 HAM) salah satunya adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 34 Tahun 2016 tentang Kriteria Penilaian Kabupaten Kota Peduli HAM.

Tabel Jumlah Kabupaten/Kota Peduli HAM

No Tahun Peduli Cukup

Peduli Mulai Peduli Penerima Penghargaan

1 2019 243 0 0 243

2 2018 270 73 0 343

3 2017 232 83 0 315

4 2016 228 0 0 228

5 2015 132 0 0 132

Sumber: http://ham.go.id/data-kabupaten-kota-peduli-ham/

Peduli HAM adalah upaya pemerintah daerah kabupaten/kota untuk meningkatkan peran dan tanggung jawabnya dalam penghormatan, pelindungan, pemenuhan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.

Berbagai isu HAM secara substansi melekat dalam urusan pemerintahan daerah (pemda) yang bersifat wajib. Norma dan standar peran negara

terhadap HAM juga dibuat untuk mencerminkan bahwa kewajiban negara terhadap HAM akan terlaksana dan menguat jika daerah turut berperan.

Pemerintah pusat telah beberapa periode menjalankan RANHAM yang dikuatkan kembali dengan adanya penilaian Kab/Kota peduli HAM. Penilaian KKP HAM dilaksanakan setiap tahun dan hasilnya ditetapkan tiap bulan Desember oleh Direktorat Jenderal HAM melalui Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM.

Permenkumham Nomor 34 Tahun 2016 tentang Kriteria Daerah Kabupaten/Kota Peduli HAM, memberikan motivasi kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dan mengembangkan sinergitas satuan kerja perangkat daerah dan instansi vertikal di daerah dalam rangka penghormatan, pemenuhan, perlindungan, penegakkan, dan pemajuan HAM di wilayahnya.

Langkah kerja bersama itu berguna untuk mengetahui hasil kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota dalam mewujudkan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan HAM.

Capaian RANHAM Generasi Keempat (2015-2019)

No. Pelaksana RANHAM

Capaian Aksi HAM Yang Memenuhi Target (Dalam %)

2015 2016 2017 2018 2019

1 K/L 88 98,44 92,21 73,24 100

2 Provinsi 19,60 72,06 70,59 85,88 88,82 3 Kab/Kota 6,13 37,81 52,59 63,57 72,23 CAPAIAN (rata2) 37,91 69,44 71,80 74,23 87,02

C. Kriteria Kabupaten/Kota Peduli HAM (KKP HAM)

Wujud kepedulian Negara terhadap penghormatan, pemajuan, pemenuhan, penegakan dan perlindungan HAM (P-5 HAM) salah satunya adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 34 Tahun 2016 tentang Kriteria Penilaian Kabupaten Kota Peduli HAM.

Tabel Jumlah Kabupaten/Kota Peduli HAM

No Tahun Peduli Cukup

Peduli Mulai Peduli Penerima Penghargaan

1 2019 243 0 0 243

2 2018 270 73 0 343

3 2017 232 83 0 315

4 2016 228 0 0 228

5 2015 132 0 0 132

Sumber: http://ham.go.id/data-kabupaten-kota-peduli-ham/

Sumber: http://ham.go.id/data-kabupaten-kota-peduli-ham/

Dalam dokumen MEMBANGUN KERJA SAMA HAM (Halaman 28-0)

Dokumen terkait