BAB 2 KONSEP DASAR KERJA SAMA HAM
A. Konsep Kerja Sama HAM Dalam Negeri
Kerja sama hak asasi manusia dalam negeri adalah suatu kesepakatan untuk menghormati, memenuhi, memajukan, dan melindungi HAM dengan mitra kerja sama dalam negeri. Kerja sama dalam negeri harus dilakukan formal institusional, yang dituangkan ke dalam dokumen bersifat kontraktual berupa Memorandum of Understanding (MoU) dan kontrak kerja sama.
Penandatanganan dilakukan oleh para pihak dan bersifat non-kontraktual yang dituangkan ke dalam surat kesepakatan para pihak. Proses penandatanganan dokumen kerja sama harus juga mempertimbangkan kesetaraan jabatan para pihak yang mengikat kerja sama.
Kerja sama juga dapat mendorong percepatan penyelesaian kasus HAM di kawasan, yang berdampak pada perlindungan warga negara Indonesia.
Forum dialog yang dilakukan terus menerus pada akhirnya mampu membangun kesamaan pemahaman dan kesamaan tujuan tentang P-5 HAM.
Berbagai isu HAM di dalam negeri seperti konflik kebebasan beragama, konflik pertanahan, konflik kemanusiaan, maupun akses informasi tentu membutuhkan peran kerja sama yang baik dari banyak pihak.
Setelah membaca bab ini, para pembelajar diharapkan dapat menjelaskan pengertian kerja sama HAM, bentuk-bentuk kerja sama HAM, serta hubungan kerja sama dalam negeri dan luar negeri
asasi manusia, komunikasi publik, serta membangun koordinasi dan kerja sama untuk melengkapi pengetahuan mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan.
Para Pembelajar diharapkan mempelajari dan memahami materi ini dengan:
1. mempelajari materi yang terdapat dalam modul secara urut;
2. memahami isi dari materi yang terdapat dalam modul;
3. melakukan diskusi dengan pihak yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang kerja sama HAM di dalam negeri maupun di luar negeri
4. mempraktekkan modul ini jika ditempatkan pada tugas dan fungsi di bidang kerja sama HAM di dalam negeri maupun di luar negeri.
BAB 2
KONSEP DASAR KERJA SAMA HAM
Salam Para Pembelajar.
Pembahasan pertama kita awali dengan pemahaman tentang dasar-dasar kerja sama HAM sebagai kerangka utama memahami bahasan pada bab-bab berikutnya.
A. Konsep Kerja Sama HAM Dalam Negeri
Kerja sama hak asasi manusia dalam negeri adalah suatu kesepakatan untuk menghormati, memenuhi, memajukan, dan melindungi HAM dengan mitra kerja sama dalam negeri. Kerja sama dalam negeri harus dilakukan formal institusional, yang dituangkan ke dalam dokumen bersifat kontraktual berupa Memorandum of Understanding (MoU) dan kontrak kerja sama.
Penandatanganan dilakukan oleh para pihak dan bersifat non-kontraktual yang dituangkan ke dalam surat kesepakatan para pihak. Proses penandatanganan dokumen kerja sama harus juga mempertimbangkan kesetaraan jabatan para pihak yang mengikat kerja sama.
Kerja sama juga dapat mendorong percepatan penyelesaian kasus HAM di kawasan, yang berdampak pada perlindungan warga negara Indonesia.
Forum dialog yang dilakukan terus menerus pada akhirnya mampu membangun kesamaan pemahaman dan kesamaan tujuan tentang P-5 HAM.
Berbagai isu HAM di dalam negeri seperti konflik kebebasan beragama, konflik pertanahan, konflik kemanusiaan, maupun akses informasi tentu membutuhkan peran kerja sama yang baik dari banyak pihak.
Setelah membaca bab ini, para pembelajar diharapkan dapat menjelaskan pengertian kerja sama HAM, bentuk-bentuk kerja sama HAM, serta hubungan kerja sama dalam negeri dan luar negeri
1. Kerja Sama HAM Antar Kementerian dan Lembaga Negara
Direktorat Jenderal HAM melalui Direktorat Kerja sama mempunyai tugas dan fungsi untuk melakukan kerja sama, baik antar Kementerian dan Lembaga Negara. Kerja sama dilakukan sesuai dengan kebutuhan antara kedua belah pihak. Dalam melakukan kerja sama dengan Kementerian dan Lembaga ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
a. Menentukan topik yang akan menjadi bahan kerja sama b. Mencari mitra yang akan diajak untuk membuat kerja sama c. Mengadakan rapat pembahasan dengan K/L sebagai mitra d. Menyusun untuk merumuskan bahan kerja sama
e. Melaksanakan kerja sama dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing
f. Evaluasi dari kerja sama, dengan indikator apakah perlu diteruskan, perlu diperbaiki, perlu adanya usulan kerja sama baru atau kerja sama berakhir.
Kerja sama yang dilakukan dengan kementerian dan lembaga, di dalamnya harus terkait dengan pemajuan HAM serta pelaksanaan penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan dan pemajuan HAM. Kerja sama antar kementerian terutama berkaitan dengan Aksi HAM Kementerian dan Lembaga melalui Sekretariat Bersama RANHAM, yang dapat mempertajam muatan aksi HAM.
1. Kerja Sama HAM Antar Kementerian dan Lembaga Negara
Direktorat Jenderal HAM melalui Direktorat Kerja sama mempunyai tugas dan fungsi untuk melakukan kerja sama, baik antar Kementerian dan Lembaga Negara. Kerja sama dilakukan sesuai dengan kebutuhan antara kedua belah pihak. Dalam melakukan kerja sama dengan Kementerian dan Lembaga ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
a. Menentukan topik yang akan menjadi bahan kerja sama b. Mencari mitra yang akan diajak untuk membuat kerja sama c. Mengadakan rapat pembahasan dengan K/L sebagai mitra d. Menyusun untuk merumuskan bahan kerja sama
e. Melaksanakan kerja sama dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing
f. Evaluasi dari kerja sama, dengan indikator apakah perlu diteruskan, perlu diperbaiki, perlu adanya usulan kerja sama baru atau kerja sama berakhir.
Kerja sama yang dilakukan dengan kementerian dan lembaga, di dalamnya harus terkait dengan pemajuan HAM serta pelaksanaan penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan dan pemajuan HAM. Kerja sama antar kementerian terutama berkaitan dengan Aksi HAM Kementerian dan Lembaga melalui Sekretariat Bersama RANHAM, yang dapat mempertajam muatan aksi HAM.
2. Kerja Sama HAM Pemerintah Daerah
Kerja sama antar pemerintah daerah (Pemda) merupakan suatu isu yang perlu diperhatikan pemerintah. Peran kerja sama dapat memengaruhi ketahanan negara, dan kemampuan untuk mengatasi banyak masalah serta memetakan kebutuhan masyarakat di daerah yang melewati batas-batas wilayah administratif.
Untuk menyukseskan kerja sama Pemda, maka diperlukan identifikasi isu-isu strategis, bentuk atau model kerja sama yang tepat, dan prinsip-prinsip yang menuntun keberhasilan kerja sama tersebut.
Peran strategis yang dimainkan Pemda dalam sistem negara kesatuan membutuhkan kemampuan sekaligus mekanisme kerja sama, dengan adanya penyesuaian struktur dan fungsi kelembagaan.
Bentuk program kerja sama dengan Pemda dapat dalam implementasi RANHAM maupun pencapaian Kriteria Kabupaten/Kota Peduli HAM (KKP HAM).
3. Kerja Sama HAM Non-Pemerintah
Pemerintah perlu mencari solusi atas kendala dalam pemenuhan HAM dengan melibatkan berbagai stakeholder. Aktivitas pelibatan lembaga Non-pemerintah, baik dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi, dan korporasi, sangat terkait dalam pelaksanaan pembangunan.
Keterlibatan berbagai pihak ini memiliki peran penting untuk membantu pemerintah, mengingat tidak semua aktivitas pemenuhan HAM mampu dikerjakan oleh pemerintah sendiri terutama dalam hal ketersediaan skill SDM dan finansial. Bentuk kerja sama yang melibatkan pihak swasta ini dikenal juga dengan istilah public private partnership (PPP).
Menurut William J. Parente dari lembaga USAID Environmental Services Program dengan pernyataan sebagai berikut:
PPP is an agreement or contract, between a public entity and a private party, under which: (a) private party undertakes government function for specified period of time, (b) the private party receives compensation for performing the function, directly or indirectly, (c) the private party is liable for the risks arising from performing the function and, (d) the public facilities, land or other resources may be transferred or made available to the private party.
PPP ini merupakan hubungan kerja sama pemerintah dengan publik dalam pelaksanaan pembangunan dan pemenuhan ham melalui investasi dengan melibatkan pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan NGO. Masing-masing pihak memiliki peran dan fungsi dalam pelaksanaan tersebut. Peran dan fungsi permerintah sebagai suatu institusi resmi dituntut untuk lebih transparan, akuntabel, responsif, efektif dan efisien dalam penciptaan good governance. Tentunya dalam hal ini tidak terlepas dari fungsi pengawasan pemerintah terhadap sektor swasta yang terlibat dalam pelaksanaan.
2. Kerja Sama HAM Pemerintah Daerah
Kerja sama antar pemerintah daerah (Pemda) merupakan suatu isu yang perlu diperhatikan pemerintah. Peran kerja sama dapat memengaruhi ketahanan negara, dan kemampuan untuk mengatasi banyak masalah serta memetakan kebutuhan masyarakat di daerah yang melewati batas-batas wilayah administratif.
Untuk menyukseskan kerja sama Pemda, maka diperlukan identifikasi isu-isu strategis, bentuk atau model kerja sama yang tepat, dan prinsip-prinsip yang menuntun keberhasilan kerja sama tersebut.
Peran strategis yang dimainkan Pemda dalam sistem negara kesatuan membutuhkan kemampuan sekaligus mekanisme kerja sama, dengan adanya penyesuaian struktur dan fungsi kelembagaan.
Bentuk program kerja sama dengan Pemda dapat dalam implementasi RANHAM maupun pencapaian Kriteria Kabupaten/Kota Peduli HAM (KKP HAM).
3. Kerja Sama HAM Non-Pemerintah
Pemerintah perlu mencari solusi atas kendala dalam pemenuhan HAM dengan melibatkan berbagai stakeholder. Aktivitas pelibatan lembaga Non-pemerintah, baik dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi, dan korporasi, sangat terkait dalam pelaksanaan pembangunan.
Keterlibatan berbagai pihak ini memiliki peran penting untuk membantu pemerintah, mengingat tidak semua aktivitas pemenuhan HAM mampu dikerjakan oleh pemerintah sendiri terutama dalam hal ketersediaan skill SDM dan finansial. Bentuk kerja sama yang melibatkan pihak swasta ini dikenal juga dengan istilah public private partnership (PPP).
Menurut William J. Parente dari lembaga USAID Environmental Services Program dengan pernyataan sebagai berikut:
PPP is an agreement or contract, between a public entity and a private party, under which: (a) private party undertakes government function for specified period of time, (b) the private party receives compensation for performing the function, directly or indirectly, (c) the private party is liable for the risks arising from performing the function and, (d) the public facilities, land or other resources may be transferred or made available to the private party.
PPP ini merupakan hubungan kerja sama pemerintah dengan publik dalam pelaksanaan pembangunan dan pemenuhan ham melalui investasi dengan melibatkan pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan NGO. Masing-masing pihak memiliki peran dan fungsi dalam pelaksanaan tersebut. Peran dan fungsi permerintah sebagai suatu institusi resmi dituntut untuk lebih transparan, akuntabel, responsif, efektif dan efisien dalam penciptaan good governance. Tentunya dalam hal ini tidak terlepas dari fungsi pengawasan pemerintah terhadap sektor swasta yang terlibat dalam pelaksanaan.
Kiprah LSM di Indonesia yang selama ini sering melakukan program-program pendampingan masyarakat merupakan potensi besar bagi berkembangnya sinergi kerja sama HAM tersebut. LSM memiliki bekal kedekatan dengan masyarakat dan diharapkan dapat bergerak bersama pemerintah dan swasta untuk memunculkan daya ungkit kesejahteraan warga negara.
Pengelolaan dana Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi salah satu alternatif kerja sama untuk berbagai program yang sejalan dengan agenda pembangunan nasional, termasuk pemajuan HAM. Peran para profesional yang bekerja di sejumlah LSM, diharapkan pengelolaan dana CSR tersebut dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Sinergi kerja sama multipihak antara pemerintah, swasta, dan masyarakat yang diwakili oleh LSM tentu akan mempercepat implementasi P-5 HAM.