• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan konsumsi oksigen sedimen dengan beberapa parameter kualitas air.

DAFTAR GAMBAR

B. Organik Total (%)S

4.4.2. Hubungan konsumsi oksigen sedimen dengan beberapa parameter kualitas air.

Hubungan antara konsumsi oksigen sedimen dengan masing-masing parameter kualitas air disajikan pada Gambar 19 dan Lampiran 10. Hubungan antara konsumsi oksigen dengan laju sedimentasi disajikan pada Gambar 20 dan Lampiran 11.

Parameter kualitas air yang berhubungan dengan konsumsi oksigen sedimen antara lain oksigen terlarut, BOD5, padatan tersuspensi, amonia. Jika dibandingkan antara semua variabel dengan konsumsi oksigen sedimen dari model hubungan yang terbentuk dengan nilai koefisien regresinya, hubungan konsumsi oksigen sedimen dengan parameter oksigen terlarut menunjukkan nilai korelasi dan koefisien regresi yang lebih tinggi dibanding dengan variabel lainnya, dengan nilai r = - 0,788. Nilai r (koefisien korelasi) tersebut berarti bahwa adanya tingkat hubungan yang tinggi (78,80 %) antara konsumsi oksigen sedimen dengan oksigen terlarut. Peningkatan konsumsi oksigen sedimen satu satuan akan menurunkan konsentrasi oksigen terlarut diperairan demikian pula sebaliknya. Hubungan linear yang ditunjukkan oleh konsumsi oksigen sedimen (SOD) (Y, mg O2/m2/jam) terhadap oksigen terlarut ( X,mg/L) adalah Y = 74,87–12,33 X1

dengan nilai R2 = 0,621; Nilai R2 (koefisien determinasi) tersebut berarti bahwa variasi yang terjadi terhadap besar kecilnya konsumsi oksigen sedimen 62,1 % dapat diterangkan oleh karena adanya perubahan besar kecilnya nilai oksigen terlarut dan sisanya sebesar 37,9 % diterangkan oleh faktor lain. Persamaan tersebut dibentuk dengan tingkat kepercayaan yang tinggi (P < 0,01).

Peningkatan konsumsi oksigen sedimen oleh mikroorganisme dan reaksi kimia dalam sedimen akan menurunkan konsentrasi oksigen terlarut diperairan karena oksigen digunakan untuk proses penguraian bahan organik yang terakumulasi selama masa pemeliharaan dalam jumlah yang besar dan tidak sesuai dengan daya dukung lahan sehingga berdampak negatif yakni penurunan konsentrasi oksigen terlarut dalam air , kondisi dasar tambak menjadi anaerob atau tereduksi dan meningkatkan kebutuhan oksigen di sedimen dasar. Hal ini akan menyebabkan penurunan kualitas air terutama oksigen yang akan membahayakan organisme budidaya karena dapat menyebabkan stres, mudah

terkena penyakit dan bahkan kematian. Menurut Boyd (1989) yang diacu dalam Ginting (1995) bahwa efek merugikan dari penurunan oksigen terlarut dalam air yang merupakan akibat banyaknya bahan organik lebih sering ditunjukkan oleh penurunan pertumbuhan dan kerentanan yang besar terhadap penyakit. Dalam tambak dengan konsentrasi oksigen terlarut rendah, udang akan kurang makan dan makanan yang dirubah menjadi daging tidak seefisien dalam tambak yang konsentrasi oksigen terlarutnya normal.

Parameter kualitas air kedua yang berhubungan dengan konsumsi oksigen sedimen adalah BOD5 . Nilai korelasi dan koefisien regresi dari model hubungan yang terbentuk dari konsumsi oksigen sedimen dengan parameter BOD5 yakni nilai r = 0,738 dan R2 = 0,545. Nilai r = 0,738 tersebut berarti bahwa adanya tingkat hubungan yang positif (73,80 %) antara konsumsi oksigen sedimen dengan BOD5. Nilai R2 = 0,545 berarti bahwa variasi yang terjadi terhadap besar kecilnya nilai konsumsi oksigen sedimen 54,50 % dapat diterangkan oleh karena

adanya perubahan besar kecilnya nilai BOD5 dan sisanya sebesar 45,5 %

diterangkan oleh faktor lain. Persamaan regresi yang terbentuk antara konsumsi oksigen sedimen (SOD) (Y, mg O2/m2/jam) dengan BOD5 ( X, mg/L) adalah Y =

-3,86 + 5,86X2. Persamaan tersebut dibentuk dengan tingkat kepercayaan yang

tinggi (P < 0,01).

Konsumsi oksigen sedimen tambak merupakan petunjuk adanya kegiatan mikroorganisme didalam substrat dan merupakan gambaran kebutuhan oksigen yang dapat diketahui melalui konsumsi atau proses penggunaan oksigen terlarut di dalam tambak atau badan air untuk proses perombakan bahan organik. Semakin besar nilai BOD5, maka akan berpengaruh terhadap nilai konsumsi oksigen sedimen dasar karena nilai BOD yang merupakan ukuran yang digunakan sebagai kandungan bahan organik diperairan dengan asumsi bahwa oksigen dikonsumsi oleh mikroorganisme selama masa penguraian bahan organik dan mempengaruhi ketersediaan oksigen terlarut diperairan. Menurut Hariyadi et al. (1992) bahwa BOD merupakan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam proses dekomposisi sehingga BOD menggambarkan suatu proses oksidasi bahan organik oleh mikroorganisme yang terjadi di perairan. Lebih lanjut Abel (1989) mengemukakan bahwa keberadaan BOD akan

mempengaruhi ketersediaan oksigen terlarut dalam perairan karena proses oksidasi limbah organik , oksigen terlarut yang tersedia akan cepat dikonsumsi untuk proses metabolisme bakteri.

Persamaan regresi yang terbentuk antara konsumsi oksigen sedimen (SOD) (Y, mg O2/m2/jam) dengan padatan tersuspensi total ( X, mg/L) sebagai parameter ketiga yang berpengaruh adalah Y = 10,37 + 0,18 X3 dengan nilai r =

0,656 dan R2 = 0,43 yang berari bahwa adanya tingkat hubungan yang positif (65,6 %) antara konsumsi oksigen sedimen dengan nilai TSS dan perubahan nilai tersebut hanya mampu menerangkan besar kecilnya konsumsi oksigen sedimen sebesar 43 % dan sisanya diterangkan oleh faktor lain. Persamaan tersebut dibentuk dengan tingkat kepercayaan yang tinggi (P < 0,01).

Parameter kualitas air keempat yang berhubungan dengan konsumsi oksigen sedimen adalah NH3. Persamaan regresi yang terbentuk antara konsumsi

oksigen sedimen (SOD) (Y, mg O2/m2/jam) dengan konsentrasi amonia ( X,

mg/L) sebagai Y = 14,83 + 26,36 X4 dengan nilai r = 0,578 dan R2 = 0,334.

Nilai r = 0,578 tersebut berarti bahwa adanya tingkat hubungan yang positif (57,80 %) antara konsumsi oksigen sedimen dengan NH3. Peningkatan konsumsi oksigen sedimen berpengaruh nyata terhadap konsentrasi amonia diperairan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa bila konsumsi oksigen sedimen besar berarti bahwa perombakan bahan organik didasar berlangsung dalam suasana reduksi atau kondisi anaerob sehingga akan menghasilkan senyawa tereduksi seperti amonia yang bersifat toksik bagi udang. Nilai R2 = 0,334 berarti bahwa variasi yang terjadi terhadap besar kecilnya konsumsi oksigen sedimen 33,4 % dapat diterangkan oleh karena adanya perubahan besar kecilnya nilai konsentrasi amonia atau kondisi tereduksi dan sisanya sebesar 66,6 % diterangkan oleh faktor lain. Menurut Boyd (1991), sisa pakan dan eksresi udang akan membentuk kumpulan bahan organik didalam media pemeliharaan yang memerlukan oksigen terlarut untuk menguraikannya. Kondisi ini berpotensi untuk terjadinya defisit oksigen yang selajutnya menyebabkan penguraian bahan organik secara anaerob dalam sistem budidaya dan akan menghasilkan senyawa beracun seperti amonia. Secara keseluruhan kondisi ini akan menyebabkan penurunan kualitas air sehingga mengganggu metabolisme udang. Semakin tinggi sisa pakan

menyebabkan semakin tinggi konsentrasi bahan organik sehingga peluang terjadinya gangguan pada udang akan semakin meningkat, yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya biomassa udang (Budiardi 2007).

O2 (mg/ L) S O D ( m g O 2 / m 2 / ja m ) 5,0 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 50 40 30 20 10 0 S 8,08493 R-Sq 62,1% R-Sq(adj) 59,4%

Fitted Line Plot SOD (mg O2/ m2/ jam) = 74,87 - 12,33 O2 (mg/ L)

BOD5 (mg/ L) S O D ( m g O 2 / m 2 / ja m ) 8 7 6 5 4 3 2 50 40 30 20 10 0 S 8,85682 R-Sq 54,5% R-Sq(adj) 51,3%

Fitted Line Plot

SOD (mg O2/ m2/ jam) = - 3,855 + 5,857 BOD5 (mg/ L)

TSS ( mg/ L) S O D (m g O 2 / m 2 / ja m ) 200 150 100 50 0 50 40 30 20 10 0 S 9,91355 R-Sq 43,0% R-Sq(adj) 39,0%

Fitted Line Plot

SOD(mg O2/ m2/ jam) = 10,37 + 0,1827 TSS (mg/ L)

NH3 ( mg/ L) S O D (m g O 2 / m 2 / ja m ) 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 50 40 30 20 10 0 S 10,7156 R-Sq 33,4% R-Sq(adj) 28,7%

Fitted Line Plot

SOD(mg O2/ m2/ j am) = 14,83 + 26,38 NH3 (mg/ L)

Gambar 19. Hubungan konsumsi oksigen sedimen dengan parameter kualitas air (oksigen terlarut, kebutuhan oksigen biokimia (BOD5), total padatan tersuspensi (TSS) dan amoniak

Parameter selanjutnya yang berhubungan dengan konsumsi oksigen sedimen adalah laju sedimentasi. Persamaan regresi yang terbentuk antara

konsumsi oksigen sedimen (SOD) (Y, mg O2/m2/jam) dengan laju sedimentasi

dalam tambak ( X, g/m2/hari) adalah Y = 16,41 + 0,1909 X dengan nilai r = 0,738 dan R2 = 0,544. Nilai r = 0,738 tersebut berarti bahwa adanya tingkat hubungan yang positif dan kuat (73,80 %) antara konsumsi oksigen sedimen dengan laju sedimentasi. Peningkatan laju sedimentasi dalam tambak udang vaname selama masa pemeliharaan berpengaruh nyata terhadap konsumsi oksigen sedimen (P< 0,01). Nilai R2 = 0,544 berarti bahwa variasi yang terjadi terhadap besar kecilnya

konsumsi oksigen sedimen tambak 54,4 % dapat diterangkan oleh karena adanya perubahan besar kecilnya nilai laju sedimentasi selama pemeliharaan udang vaname dan sisanya sebesar 45,6 % diterangkan oleh faktor lain.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada budidaya udang intensif dengan padat penebaran tinggi digunakan pakan buatan dalam jumlah yang besar sebagai sumber gizi utama bagi udang. Pemberian pakan secara terus menerus selama budidaya berlangsung dan akan bertambah jumlahnya sejalan dengan pertumbuhan biomassa udang mengakibatkan peningkatan laju sedimentasi atau akumulasi sisa pakan yang tidak termakan dan kotoran udang yang mana hal tersebut berdampak terhadap peningkatan kebutuhan oksigen di sedimen dasar untuk proses perombakan bahan organik.

La ju Se d ( g / m 2 / h a r i) S O D ( m g O 2 / m 2 / ja m ) 1 8 0 1 6 0 1 4 0 1 2 0 1 0 0 8 0 6 0 4 0 2 0 0 5 0 4 0 3 0 2 0 1 0 0 S 8, 86635 R- Sq 54, 4% R- Sq ( ad j ) 51, 2% F i t t e d L i n e P l o t S O D ( m g O 2 / m 2 / j a m ) = 1 6 , 4 1 + 0 , 1 9 0 9 La j u S e d ( g / m 2 / h a r i)

Gambar 20. Hubungan antara konsumsi oksigen sedimen (mgO2/m2/jam) dengan laju sedimentasi (g/m2/hari) selama penelitian.

Laju sedimentasi dalam tambak juga berhubungan erat dengan total padatan tersuspensi. Persamaan regresi yang terbentuk antara laju sedimentasi (X, g/m2/hari) dengan padatan tersuspensi total ( Y, mg/L) adalah Y = -21,55 +

0,8168 X. Nilai korelasi dan koefisien regresi dari model hubungan yang

terbentuk tersebut yakni nilai r = 0,759 dan R2 = 0,576. Nilai r = 0,759 tersebut berarti bahwa adanya tingkat hubungan yang tinggi (75,90 %) antara padatan tersuspensi dengan laju sedimentasi. Nilai R2 = 0,576 berarti bahwa variasi yang terjadi terhadap besar kecilnya nilai padatan tersuspensi total 57,6 % dapat

diterangkan oleh karena adanya perubahan besar kecilnya nilai laju sedimentasi dan sisanya sebesar 42,4 % diterangkan oleh faktor lain. Persamaan tersebut dibentuk dengan tingkat kepercayaan yang tinggi (P < 0,01). Hal ini sesuai

pendapat Rachmansyah et al. (2006) bahwa selama proses budidaya udang

vaname dihasilkan material organik yang terakumulasi (sedimentasi) di dalam tambak dan mencirikan pada peningkatan nilai TSS air tambak. Peningkatan nilai TSS dalam tambak dapat disebabkan oleh operasional kincir yang berlebih dan hembusan angin yang kencang dapat mempengaruhi pengikisan dan pelarutan tanah pematang tambak serta pengadukan dan pelarutan bahan organik dari dasar tambak sehingga dapat meningkatkan kekeruhan. Menurut Boyd (1992), bahwa ketebalan lumpur dasar tambak udang intensif meningkat dengan bertambahnya umur pemeliharaan. Pada akhir pemeliharaan diperoleh ketebalan lumpur 6,4 – 8,5 cm. Lumpur yang terlalu dalam akan berpengaruh negatif terhadap kualitas air tambak karena airnya mudah keruh yang selanjutnya berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan udang. Selanjutnya Effendie (2000) mengemukakan bahwa bahan tersuspensi dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh pada proses fotosintesis dalam perairan.

TSS ( mg/ L) L a ju S e d ( g / m 2 / h a ri ) 200 150 100 50 0 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 S 33,0389 R- Sq 57,6% R- Sq ( ad j ) 54,6%

Fit t e d Line Plot

Laj u Sed ( g/ m 2/ har i) = - 21,55 + 0,8168 T SS ( m g/ L)

Gambar 21. Hubungan antara laju sedimentasi (g/m2/hari) dengan padatan tersuspensi total (mg/L) selama penelitian

4.4.3. Hubungan konsumsi oksigen sedimen dengan berat rata-rata dan