For tables and figures:
3. HUBUNGAN LOGIS ANTARKALIMAT
Hubungan logis dalam paragraf adalah hubungan dalam rangkaian kalimat-kalimat yang ditata dengan baik dan masuk akal sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Dalam hubungan logis antarkalimat, pada dasarnya, kata sambung yang digunakan harus mengacu ke kalimat terdahulu. Perlu dicatat bahwa tidak semua kata sambung dalam kalimat dapat digunakan untuk menghubungkan kalimat-kalimat dalam paragraf. Kata sambung antarkalimat dapat juga digunakan untuk menghubungkan paragraf yang satu dengan yang lain. Di dalam penulisannya, kata sambung antarkalimat harus disertai koma.
Hubungan antarkalimat yang sering didapati dalam tulisan adalah sebagai berikut.
(1) Hubungan akibat menyatakan akibat. Hubungan tersebut dimarkahi oleh: akibatnya, walhasil, alhasil, karena itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, maka dari itu, sebagai akibatnya. (2) Hubungan konsekuensi. Hubungan yang menyatakan
konse-kuensi ditandai oleh kata sambung dengan demikian, maka.
(3) Hubungan sebab ditandai oleh kata sambung alasannya, sebabnya.
(4) Hubungan tujuan ditandai oleh kata sambung untuk itu, untuk keperluan itu, untuk tujuan itu.
(5) Hubungan perlawanan/konsesif ditandai oleh kata
sambung meskipun demikian/begitu, walaupun
demikian/begitu, kendati demikian/begitu, bagaimanapun, akan tetapi, dan namun.
Perhatikan: Jangan gunakan namun demikian karena ungkapan itu tidak ada artinya (bandingkan dengan
tetapi demikian).
(6) Hubungan pertentangan/kebalikan ditandai oleh kata sambung sebaliknya, sementara itu.
(7) Hubungan waktu dapat dibedakan atas:
HUBUNGAN LOGIS
adalah
rangkaian kalimat-kalimat yang ditata dengan baik dan
masuk akal sehingga mudah dipahami oleh
o hubungan keserempakan yang ditandai oleh kata sambung sementara itu, dalam pada itu, pada saat
itu, pada saat yang bersamaan, ketika itu.
o hubungan anterioritas yang ditandai oleh kata sambung sebelumnya, sebelum itu.
o hubungan posteroritas yang ditandai oleh kata sambung sesudahnya, sesudah itu, setelah itu,
kemudian.
(8) Hubungan syarat ditandai oleh kata sambung jika demikian
halnya, kalau begitu.
(9) Hubungan urutan ditandai oleh kata sambung selanjutnya,
demikian pula, Pertama ... Kedua, ... Ketiga, ... Terakhir, ...
atau Pertama-tama, ... Kemudian, ... Akhirnya, ... .
(10) Hubungan penambahan ditunjukkan oleh kata sambung
selain itu, tambah lagi, lagi pula, di samping itu.
(11) Hubungan keinklusifan dan keeksklusifan dinyatakan oleh kata sambung kecuali itu, tanpa itu, di satu pihak, ...; di
pihak lain, ... .
(12) Hubungan penegasan ditandai oleh kata sambung
malahan, bahkan, memang, apalagi, terlebih lagi, dengan kata lain, singkatnya, singkat kata.
(13) Hubungan penyimpulan ditandai oleh kata sambung
jadi, kesimpulannya, demikianlah maka.
(14) Hubungan pembenaran dinyatakan oleh kata sambung
sesungguhnya, bahwasannya, sebenarnya.
4. DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende–Flores: Penerbit Nusa Indah.
Marahimin, Ismail. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.
Radikun, Tulus Budi S. 2002. Kiat Penulisan Efektif Laporan Pemeriksaan Psikologis. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, Fakultas Psikologi UI. Ramlan, M. 1993. Paragraf: Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia.. Yogyakarta:
Penerbit Andi Offset.
Sakri, Adjat. 1988. Belajar Menulis Lewat Paragraf. Bandung: Penerbit ITB.
Soehardjan, M. 1997. Pengeditan Publikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka. Soeseno, Slamet. 1980. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk Majalah. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Subiyakto, Markus G. 1996. Kiat Menulis Artikel Iptek Populer di Media Cetak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
MODUL 11: RINGKASAN, IKHTISAR, ABSTRAK
1. PENDAHULUAN
Pada saat menulis bab mengenai Kerangka Teori, berbagai teori dan konsep yang diajukan oleh para ahli harus dikumpulkan. Teori dan konsep itu menjadi landasan teoretis untuk menelaah data yang sudah dikumpulkan. Teori-teori itu dikumpulkan dari berbagai buku teori yang sudah dibaca dan dipahami. Pendapat-pendapat yang mendukung sudut pandang atau yang mendukung alasan penulis akan dikutip. Untuk dapat memperoleh inti sari mengenai sudut pandang ahli yang pendapatnya digunakan untuk menunjang sebuah karya tulis ilmiah, ada tiga langkah yang harus dilakukan. Pertama, penulis membuat ringkasan. Kedua, penulis membuat ikhtisar atau abstrak dari ringkasan yang telah dibuatnya. Ketiga, menyusun segala pengetahuan yang diperoleh dari bacaan dalam sebuah sintesis. Semua kegiatan itu disebut sebagai kegiatan mereproduksi sebuah karya ilmiah. Jadi, reproduksi meliputi kegiatan membuat kutipan, membuat ringkasan, membuat ikhtisar atau abstrak, dan menyusun sintesis. Modul ini hanya akan membahas masalah ringkasan, ikhtisar, dan abstrak. Masalah sintesis akan dibahas dalam Modul 14.
2. RINGKASAN
Salah cara untuk memahami sebuah teori adalah dengan membuat ringkasan. Ringkasan adalah penyajian kembali (reproduksi) suatu karya tulis atau peristiwa yang panjang dalam bentuk yang singkat. Ringkasan adalah sari tulisan tanpa hiasan. Ringkasan itu dapat merupakan ringkasan sebuah buku, ringkasan sebuah bab, ataupun ringkasan sebuah artikel.
Fungsi ringkasan adalah memahami dan mengetahui isi sebuah buku atau tulisan. Dengan membuat ringkasan, kita mempelajari cara seseorang menyusun pikirannya dalam gagasan-gagasan yang diatur dari gagasan yang besar
LANGKAH MEMPEROLEH INTI
SARI BACAAN
1. Membuat ringkasan 2. Membuat ikhtisar atau
abstrak
3. Menyusun sintesis
RINGKASAN
adalah
1. Reproduksi tulisan atau peristiwa yang panjang dalam bentuk yang singkat
2. Sari tulisan tanpa hiasan.
FUNGSI RINGKASAN
1. Memahami dan mengetahui isi sebuah tulisan
2. Mempelajari cara penulis menyusun pikirannya 3. Menangkap pokok
pikiran dan tujuan penulis
menuju ke gagasan-gagasan penunjang. Melalui ringkasan, kita dapat menangkap pokok pikiran dan tujuan penulis. Untuk memperoleh ringkasan yang baik, bagian-bagian yang dapat dihilangkan adalah
keindahan gaya bahasa,
ilustrasi atau contoh, dan
penjelasan yang terperinci.
Meskipun memiliki bentuk yang ringkas, sebuah ringkasan tetap mempertahankan pola pikiran dan cara pendekatan penulis asli. Jadi, ringkasan tetap disusun dengan suara asli penulis. Ringkasan harus langsung diawali bagian-bagian tulisan asli. Ringkasan tidak perlu diawali dengan dengan kalimat pembuka, seperti “Dalam tulisannya, penulis berpendapat bahwa...”
Syarat ringkasan yang baik adalah
(1) Ringkasan tetap mempertahankan urutan pikiran dan cara pendekatan penulis asli.
(2) Ringkasan tidak boleh mengandung hal baru, pikiran, atau opini dari pembuat ringkasan, baik yang dimasukkan secara sadar maupun tidak sadar.
(3) Ringkasan harus disampaikan dengan suara asli penulis, bukan dengan suara pembuat ringkasan.
Untuk dapat membuat sebuah ringkasan yang baik, dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut.
(1) Membaca naskah atau teks asli beberapa kali.
(2) Mencatat gagasan utama penulis. Dalam artikel, harus dicatat kalimat topik pada setiap paragraf.
(3) Membuang paragraf yang berisi contoh, deskripsi, atau kutipan.
(4) Membuang berbagai keterangan tambahan yang tidak penting dalam sebuah kalimat.
(5) Mengubah dialog langsung ke dalam bentuk tidak langsung.
BAGIAN-BAGIAN YANG DIHILANGKAN
1. Keindahan gaya bahasa. 2. Bagian ilustrasi atau
contoh. 3. Penjelasan yang terperinci. SYARAT RINGKASAN YANG BAIK 1. Tetap mempertahankan urutan pikiran dan cara pendekatan penulis asli 2. Tidak mengandung
hal, pikiran, atau opini dari peringkas 3. Disampaikan dengan
suara asli penulis
LANGKAH MEMBUAT RINGKASAN
CIRI IKHTISAR (6) Sedapat mungkin, menggunakan kalimat tunggal.
(7) Menyusun ringkasan dengan mempertahankan susunan gagasan penulis asli.