LAMPIRAN B: KALIMAT EFEKTIF A. PENDAHULUAN
B. KESATUAN GAGASAN
Seperti halnya paragraf, gagasan sebuah kalimat harus jelas. Jika gagasan utama sebuah paragraf terletak dalam kalimat pokok atau utama, gagasan utama kalimat terletak pada subjek dan predikat kalimat. Sebuah kalimat, terutama kalimat dalam laras ilmiah, harus mengandung sebuah subjek dan predikat. Ketentuan tersebut dapat dilanggar dalam laras komik, laras dongeng, atau tulisan berjenis narasi dan deskripsi.
Dalam tata bahasa Indonesia dikenal lima fungsi dalam kalimat, masing-masing adalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Subjek dan predikat merupakan
Kalimat yang efektif
adalah kalimat yang secara jitu atau tepat mewakili gagasan atau perasaan penulis
Syarat kalimat efektif adalah
a. kesatuan gagasan, b. kepaduan, c. penalaran, d. kehematan atau ekonomi bahasa, e. penekanan, f. kesejajaran, dan g. variasi
Lima fungsi dalam kalimat a. subjek, b. predikat, c. objek, d. pelengkap, dan e. keterangan
Sebuah kalimat dalam laras ilmiah harus mengandung sebuah subjek dan predikat.
inti kalimat. Inti kalimat yang memiliki predikat berupa kata kerja yang transitif dapat dilengkapi oleh objek. Kalimat yang memiliki predikat berupa kata kerja yang intrasitif dapat diikuti oleh pelengkap.
Subjek adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis. Subjek dapat berupa kata benda, kata kerja, frase yang dibendakan, atau klausa terikat.
Predikat adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis tentang subjek. Dalam bahasa Indonesia, predikat dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, kata bilangan, frase berkata depan. Perilaku predikat dalam bahasa Indonesia berbeda dari bahasa-bahasa barat, seperti Inggris, Prancis, atau Jerman.
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi kata kerja sebagai hasil perbuatan, yang dikenai perbuatan, yang menerima, atau yang diuntungkan oleh perbuatan. Untuk itu, dibedakan antara objek langsung dan objek tak langsung. Objek berupa kata benda, frase yang dibendakan, atau klausa terikat. Predikat yang membutuhkan objek adalah kata kerja transitif yang ditandai oleh kata berawalan , i, atau
me-kan.
Pelengkap adalah bagian klausa yang merupakan bagian dari predikat kata kerja yang menjadikannya predikat lengkap. Beda pelengkap dari objek adalah bahwa objek dalam kalimat transitif aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Predikat yang diikuti oleh pelengkap adalah kata berawalan
ber-, ter-, ke-an, ber-an, ber-kan, atau kata-kata menjadi, merupakan. Ada berbagai jenis pelengkap. Sementara ini, yang
didaftarkan dalam pengajaran bahasa adalah sebagai berikut. Pelengkap subjek Pelengkap pengkhususan
Pelengkap objek Pelengkap resiprokal
Pelengkap pelaku Pelengkap pemeri
Pelengkap musabab
Subjek
adalah bagian kalimat yang menandai apa
yang dinyatakan oleh penulis.
Predikat
adalah bagian kalimat yang menandai apa
yang dinyatakan oleh pembicara tentang subjek.
Objek
adalah bagian kalimat yang melengkapi kata kerja
sebagai hasil perbuatan, yang dikenai perbuatan, yang
menerima, atau yang diuntungkan oleh
perbuatan.
Pelengkap
adalah bagian klausa yang merupakan bagian dari
predikat kata kerja yang menjadikannya
Keterangan adalah bagian kalimat yang tidak merupakan inti kalimat. Keterangan berfungsi meluaskan atau membatasi makna subjek atau predikat. Jika keterangan dalam kalimat dihilangkan, informasi yang terkandung dalam kalimat tidak akan berubah. Keterangan dalam kalimat dapat ditandai oleh kata depan (preposisi) yang mendahuluinya. Daftar kata depan ada di akhir makalah ini. Berbagai keterangan yang sementara ini digunakan dalam pengajaran bahasa adalah sebagai berikut.
Keterangan akibat Keterangan kuantitas
Keterangan perwatasan Keterangan tempat
Keterangan alasan Keterangan objek
Keterangan alat Keterangan sebab
Keterangan modalitas Keterangan tujuan
Keterangan asal Keterangan subjek
Keterangan kualitas Keterangan syarat
Keterangan waktu Keterangan peserta
Keterangan perlawanan
Ada dua jenis kesatuan dalam sebuah kalimat, yaitu kesatuan tunggal dan kesatuan gabungan atau majemuk. Kalimat yang mengandung kesatuan tunggal adalah kalimat yang mengandung hanya sebuah subjek dan sebuah predikat. Kalimat demikian dapat memiliki objek atau pelengkap dan dapat pula diperluas oleh keterangan.
S1 + P1 (+ O/Pel) (+ Ket)
Kalimat yang mengandung kesatuan majemuk atau gabungan adalah kalimat yang mengandung lebih dari satu subjek dan predikat. Kesatuan itu dapat bersifat setara (koordinatif) atau bertingkat (subordinatif). Kesatuan setara adalah penggabung-an dua kalimat menjadi sebuah kalimat dengpenggabung-an sebuah kata hubung atau konjungsi.
Keterangan
adalah bagian kalimat yang tidak merupakan inti
kalimat.
Dua jenis kesatuan:
a. kesatuan tunggal dan b. kesatuan gabungan
atau majemuk.
Kalimat Tunggal
adalah kalimat yang mengandung hanya satu subjek dan satu predikat.
Kalimat majemuk
adalah kalimat yang mengandung lebih dari satu subjek dan predikat serta dapat bersifat setara
S1 + P1 + konjungsi + S2 + P2
Kesatuan bertingkat adalah penggabungan dua kalimat atau lebih dengan cara menyisipkan salah satu kalimat ke dalam kalimat lainnya diawali oleh sebuah kata hubung. Kalimat yang menyisip disebut anak kalimat, sedangkan kalimat yang disisipi disebut induk kalimat.
S1 + P1 Konjungsi + S2 + P2
Bahwa ujian akan diundur sudah diketahui semua orang Konj + S2 + P2 = S1 P1 Pelengkap
S1 + P1 + O1
Konjungsi + S2 + P2
Ia mengatakan bahwa Pemilu akan berlangsung damai.
S1 P1 Konj + S2 + P2
S1 + P1 + Keterangan Konjungsi + S2 + P2
Peraturan itu berlaku setelah dekan baru dilantik. S1 P1 Konj + S2 + P2
C. KEPADUAN
Kepaduan dalam kalimat berkaitan dengan hubungan timbal balik yang baik dan jelas di antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Hubungan itu harus logis dan jelas bagi pembaca. Sering kali, ada kalimat yang terlalu panjang sehingga sulit bagi pembaca untuk mengetahui maksud penulis. Perlu diingat bahwa keterangan yang baik adalah keterangan yang dekat pada hal yang diterangkannya. Jika terlalu banyak keterangan yang disisipkan ke dalam sebuah kalimat, pembaca akan kehilangan fokus.
Kalimat majemuk bertingkat
mengandung induk kalimat dan
anak kalimat.
Kepaduan
adalah hubungan timbal balik
yang baik dan jelas di antara unsur-unsur yang membentuk kalimat
D. PENALARAN
Kesatuan dan kepaduan dalam kalimat tidak akan tercapai jika tidak disertai oleh penalaran. Penalaran adalah suatu alur berpikir yang berusaha agar kalimat dapat dipertanggung-jawabkan dan dapat dipahami dengan mudah, cepat, tepat, serta tidak menimbulkan kesalahpahaman. Unsur-unsur dalam kalimat dihubung-hubungkan sehingga membentuk kesatuan pikiran yang masuk akal.
Kalimat majemuk, kalimat yang panjang dan luas merupakan kalimat yang mengandung gabungan gagasan. Gagasan-gagasan itu dihubungkan secara logis oleh kata hubung atau konjungsi. Berikut ini, didaftarkan berbagai hubungan yang terbentuk di antara unit-unit bahasa dengan penggunaan kata hubung tertentu. Di dalam tulisan karya tulis, hubungan logis harus diungkapkan secara eksplisit agar pembaca mudah memahami maksud penulis. Bahasa Indonesia mengenal tiga macam hubungan logis.
1. Hubungan koordinatif adalah hubungan setara di antara bagian-bagian kalimat (proposisi). Contoh: Museum itu kecil, tetapi memiliki koleksi yang sangat berharga.
Hubungan koordinatif dengan makna tertentu ditandai oleh kata hubung tertentu, sebagai berikut.
1) Hubungan penambahan: dan 2) Hubungan pendampingan: serta 3) Hubungan pemilihan: atau
4) Hubungan perlawanan: tetapi, melainkan 5) Hubungan pertentangan: padahal, sedangkan
2. Hubungan korelatif adalah hubungan saling kait di antara bagian-bagian kalimat. Contoh: Istana itu tidak
hanya menarik, tetapi juga merupakan warisan sejarah.
Hubungan korelatif ditandai oleh kata sambung yang menunjuk hubungan logis tertentu.
1) Hubungan penambahan: baik ... maupun ...; tidak hanya
..., tetapi juga ...; bukan hanya ..., melainkan juga ...
Penalaran
adalah suatu alur berpikir agar kalimat dapat dipertanggungjawabkan,
dapat dipahami dengan mudah, cepat, tepat, serta
tidak menimbulkan kesalahpahaman
Tiga macam hubungan logis a. hubungan koordinatif (setara) b. hubungan korelatif (saling kait) c. hubungan subordinatif (kebergantungan) Hubungan koordinatif
adalah hubungan setara yang ditandai oleh 1) hubungan penambahan 2) hubungan pendampingan 3) hubungan pemilihan 4) hubungan perlawanan 5) hubungan pertentangan Hubungan korelatif
adalah hubungan saling kait yang ditandai oleh 1) hubungan penambahan 2) hubungan perlawanan 3) hubungan pemilihan 4) hubungan akibat 5) hubungan penegasan
2) Hubungan perlawanan: tidak ..., tetapi ...; bukan ...,
melainkan ...
3) Hubungan pemilihan: apakah ... atau ...; entah ... entah ... 4) Hubungan akibat: demikian ... sehingga ...; sedemikian
rupa ... sehingga ...
5) Hubungan penegasan: jangankan ..., ... pun ...
3. Hubungan subordinat adalah hubungan kebergantungan di antara induk kalimat dan anak kalimat. Contoh: Pertunjukan harus tetap berlangsung meskipun hanya sedikit penontonnya.
Ada tiga belas macam hubungan subordinatif yang masing-masing ditandai oleh kata sambung yang berbeda.
1) Hubungan waktu:
a) awal: sejak, semenjak, sedari.
b) serempak: sewaktu, ketika, tatkala, sementara,
begitu, seraya, selagi, selama, senyampang, sambil, demi.
c) posterioritas: setelah, sesudah, sehabis, selesai,
seusai.
d) anterioritas: sebelum. e) akhir: hingga, sampai.
2) Hubungan syarat: kalau, jikalau (lisan), jika, asal(kan), bila,
manakala, dengan syarat.
3) Hubungan pengandaian: andaikata, seandainya,
umpamanya, sekiranya.
4) Hubungan tujuan: untuk, supaya, agar, biar (lisan).
5) Hubungan perlawanan atau konsesif: biarpun, meski(pun),
walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun).
6) Hubungan pembandingan: seakan-akan, seolah-olah,
sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih.
Hubungan subordinat
adalah hubungan
ketergantungan yang ditandai oleh 1) hubungan waktu 2) hubungan syarat 3) hubungan pengandaian 4) hubungan tujuan 5) hubungan perlawanan 6) hubungan pembandingan 7) hubungan sebab 8) hubungan akibat 9) hubungan alat 10) hubungan cara 11) hubungan pelengkap 12) hubungan keterangan 13) hubungan perbandingan
8) Hubungan hasil atau akibat: sehingga, maka(nya),
sampai(-sampai),
9) Hubungan alat: dengan, tanpa. 10) Hubungan cara: dengan, tanpa.
11) Hubungan pelengkap: bahwa, agar, untuk, apakah (dan kata tanya lain).
12) Hubungan keterangan: yang.
13) Hubungan perbandingan: sama ... dengan, lebih ...
daripada, berbeda ... dari.