BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.4. Hubungan Penambahan Berat Badan Interdialisis dengan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata dan standar deviasi (SD) pada pasien yang mengalami penambahan berat badan interdialisis <3%, 3-3,9%, >3,9%. Nilai rata-rata kualitas hidup pasien yang mengalami penambahan berat badan interdialisis >3,9% jauh lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang mengalami penambahan berat badan interdialisis <3,9%. Penurunan nilai rata-rata terlihat hampir pada seluruh domain kualitas hidup seperti terlihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Perbandingan nilai rata-rata Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Pada Pasien yang mengalami Penambahan Berat Badan Interdialisis <3%, 3-3,9%, dan >3,9% (n=194).
No Domain Kualitas Hidup Penambahan Berat Badan < <3% (n=60) Penambahan Berat Badan 3- 3-3,9% (n=46) Penambahan Berat Badan >3,9% (n=88)
Mean SD Mean SD Mean SD
1 Gejala/masalah yang menyertai
79,13 19,98 76,74 20,05 66,36 25,20
2 Efek penyakit ginjal 57,00 23,91 45,87 30,43 39,71 27,71 3 Beban akibat penyakit
ginjal
20,16 19,58 22,75 24,54 18,21 20,10
4 Status pekerjaan 47,58 10,81 45,00 15,15 44,5 15,72 5 Fungsi kognitif 63,11 20,89 63,06 20,56 54,95 20,27 6 Kualitas interaksi sosial 63,65 15,15 64,53 15,84 62,84 14,09 7 Fungsi seksual 59,48 28,27 52,40 30,21 42,98 34,47
8 Tidur 56,00 21,91 47,30 22,83 46,28 20,29
10 Dukungan dari staf dialisis 96,70 11,52 94,50 16,97 96,95 12,03 11 Kepuasan pasien 45,96 10,74 46,99 11,00 46,05 7,35 12. Fungsi fisik 48,73 33,00 33,00 26,91 33,17 22,17 13. Keterbatasan akibat masalah fisik 2,82 7,97 2,50 7,57 2,43 7,46 14. Rasa nyeri 67,41 25,97 64,60 29,96 57,65 29,80 15. Persepsi kesehatan secara umum 51,82 20,15 47,00 20,40 47,32 21,80 16. Kesejahteraan emosional 66,19 20,91 65,60 19,54 60,34 18,78 17. Keterbatasan akibat masalah emosional 7,52 24,45 3,00 9,63 3,65 18,88 18. Fungsi social 83,80 22,12 82,00 26,02 76,43 28,15 19 Energi/kelelahan 68,14 20,66 67,8 19,90 62,83 21,01
Pada analisa bivariat dilakukan uji korelasi pearson untuk mengetahui hubungan penambahan berat badan interdialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Hal yang pertama dilakukan adalah uji normalitas data dengan melakukan uji kolmogorov-smirnov dan didapat nilai signifikansi kedua variabel 0,20 (>0,05), nilai skewness penambahan berat badan interdialisis 1,75, sementara nilai kurtosis -0,81 (nilai normal -2 - +2). Variabel kualitas hidup mempunyai nilai skewness 0,26 dan nilai kurtosis 0,38, maka dapat disimpulkan data mempunyai distribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji linearitas dan didapat nilai signifikansi linearitas variabel adalah 0,16 (>0,05) maka dapat dinyatakan hubungan antara dua variabel linear.
Selanjutnya dilakukan uji korelasi pearson dan didapat p value 0,00 (<0,05) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara penambahan berat badan interdialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis (Ha diterima). Nilai r nya adalah -0,307 yang bermakna tingkat kekuatan hubungan lemah dan berpola negatif yang berarti semakin tinggi penambahan berat badan interdialisis semakin turun nilai kualitas hidup responden. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.5:
Tabel 4.5 Hubungan Penambahan Berat Badan Interdialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis.
Penambahan Berat Badan Interdialisis Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Penambahan Berat Badan Interdialisis Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 1 194 -0,307 0,000 194 Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N -0,307 0,000 194 1 194
Adanya hubungan penambahan berat badan interdialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dapat juga dilihat dari grafik 4.1 dimana arah tebaran mendekati garis tengah dengan arah linear negatif, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara penambahan berat badan interdialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
Grafik 4.1 Hubungan Penambahan Berat Badan Interdialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis.
4.5 Analisa Tematik Domain Spiritual pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis
Domain spiritual merupakan data tambahan untuk melengkapi dimensi kualitas hidup pasien. Data domain spiritual didapat dari wawancara dengan responden. Responden yang diwawancara merupakan responden yang diobservasi penambahan berat badan dan mengisi kuisioner kualitas hidup yang dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti dan berjumlah 10 orang. Karakteristik responden berusia rentang 26 -59 tahun, berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7 orang dan perempuan 3 orang. Lama menjalani hemodialisis dari rentang 4 bulan bulan sampai 10 tahun. Dengan rentang tingkat pendidikan bervariasi mulai tamat
Penambahan bb interdialisis 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 7000.00 6000.00 5000.00 4000.00 3000.00 2000.00 1000.00 Kualitas hidup Linear Observed
SMP sampai dengan perguruan tinggi dan seluruh responden telah menikah. Hasil analisa data kualitatif dengan wawancara didapatkan empat tema yaitu: 1) mendekatkan diri kepada Tuhan, 2) dukungan dari orang terdekat, 3) mempunyai harapan besar untuk sembuh, dan 4) menerima dengan ikhlas penyakit yang diderita. Untuk rincinya penjelasan mengenai spiritualitas pada pasien yang menjalani hemodialisis akan dijelaskan pada tema-tema berikut.
1. Mendekatkan Diri Kepada Tuhan
Hal yang dirasakan oleh sebagian besar partisipan dalam kehidupan spiritualnya adalah mendekatkan diri kepada Tuhan, seperti dengan rajin beribadah, memperdalam ilmu agama, dan memperbaiki kualitas ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar partisipan mengatakan dulu mereka tidak melakukan ibadah dengan baik dan sekarang mereka belajar untuk memperbaiki ibadahnya. Seperti pernyataan partisipan yang berusia 26 tahun yang sudah 1 tahun menjalani hemodialisis berikut ini:
“Dulu saya termasuk orang yang sombong dan angkuh, dulu kan karena punya banyak uang jadi sholat ini kan gak penting kali, yang penting kerja, senang- senang, kerja yang menghasilkan uang lah, jadi lupa sama yang maha kuasa. Kalau sekarang sikit-sikit lah belajar untuk rajin beribadah itu, dulu kan sholat bolong-bolong, dulu ada waktu untuk sholat saya males dan saya bawa tidur aja, sekarang saya merutinkan sholat, waktunya sholat, saya sholat. Sholat subuh saya usahain ke mesjid dan bener- bener berusaha sholat tepat waktu. Sekarang saya sering dengerin ceramah di mesjid dari maghrib sampe isya selalu mesjid” (p2).
Partisipan lain juga mengungkapkan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, seperti pernyataan nya berikut ini:
“Berbeda kali sebelum sakit dulu saya sedikit lalai kalau sholat, datang waktu sholat saya tunda-tunda, tapi sejak sakit ini saya tidak berani menunda-nunda, kita tidak tau masalah umur ini, takut saya meninggal tapi belum sholat” (p3).
...“dengan mendekatkan diri karena kami kristen kan kami sering melakukan renungan harian, ke gereja, berdoa, baja alkitab, maka makin terbuka lah hati ku, semakin ikhlas, sekarang saya bisa menerima..., berdoa dan ke gereja saya lebih sering” (p4).
“Saya sekarang lebih berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan, kalau dibandingkan dulu ya lebih rajin beribadah sekarang. Kalau dulu saya ya biasa- biasa aja. Sekarang bener-bener mencoba mendekatkan diri kepada Tuhan” (p5).
2. Dukungan dari Orang Terdekat
Kebutuhan spiritual pada pasien yang menjalani hemodialisis meliputi menguatkan hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain. Dukungan dari lingkungan sekitar partisipan akan membantu partisipan menghadapi proses penyakitnya. Seluruh partisipan mengungkapkan mereka mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekatnya seperti keluarga, pasangan hidup, dan teman-teman terdekat. Dukungan yang sangat berarti diperoleh dari keluarga dalam hal ini adalah pasangan hidup dan orang tua. Seperti pernyataan responden berikut ini:
“Dukungan yang keluarga berikan sangat berharga sekali buat saya, mereka lah yang menasehati awak untuk sabar menghadapi semua ini, tapi memang orang itu bagus semua, sodara-sodara saya itu merangkul saya semua gak ada istilahnya dibiarkan”. Suami saya sering nelpon dan nanyakan saya udah makan, udah minum obat atau belum meskipun dia jauh” (p1).
“Semua orang terdekatku memberi support dan sangat memperhatikan kondisi ku. Orang tua ku juga mensupport, dilihatnya aku lemas sedikit orang tu udah heboh, kenapa kau ga selera makan? Apa yang kau mau? Sini sini belikan dulu itu, keluarga ku seperti itu orang nya” (p4).
....”berkat penghiburan dari kawan-kawan satu gereja yang selalu datang
berkunjung ya akhirnya kita merasa kuat dan melupakan sakit kita, istri dan anak dan mereka selalu mensupport saya” (p6).
..”dulu kondisi saya gak seperti ini, dulu udah kayak tengkorak hidup saya, tapi lingkungan saya dan teman-teman saya tidak pernah meninggalkan saya atau menjauhi mereka tetap merangkul saya” (p10).
3. Mempunyai Harapan Besar untuk Sembuh
Sebagian besar partisipan mempunyai harapan besar untuk sembuh dan berharap Tuhan memberi mukjizat. Partisipan berharap bisa kembali bekerja seperti dulu dan dapat beraktivitas seperti biasanya sehingga dapat membantu perekonomian keluarga dan menyekolahkan anak-anak. Harapan responden juga ditunjukkan dengan mencoba pengobatan non medis, dan selalu berdoa agar diberi kesembuhan. Seperti pernyataan berikut ini:
“dan terus berusaha kalau sembuh ya sembuh yang penting kita tidak pasrah dirumah tapi tetap berobat kerumah sakit, ya kan?”. “Kadang-kadang disuruh minum ini, minum ini, dicoba juga misalnya obat-obat kampung lah, tapi yang gak ada efeknya lah. Misalnya minum air ini lah (menunjukkan botol minum) ternyata setelah minum ini doyan makan”(p1)
“Setiap sholat saya selalu berdoa ya Allah sembuhkan lah penyakitku ini, kalau memang berkenan, karena anak ku masih dua lagi ya harus dididik, ya mudah- mudahan di denger doa awak” (p1)
“Sekarang saya sering berdoa supaya dikembalikan kesehatan seperti dulu kala, saya percaya Allah akan memberi mukjizat, mana tau Allah kasih mukjizat kepada umat nya, apalagi umatnya sedang mengalami cobaan”(p2).
“Harapan saya sekarang badan ini sehat, masih bisa merawat anak sampai dia besar paling tidak nampak juga lah dia sama awak sampai dia berumah tangga. Itu ajalah harapan saya”(p3)
....”walaupun mungkin secara medis penyakit saya ini tidak bisa disembuhkan tapi kan Tuhan lah yang punya kuasa untuk semuanya”(p7)
4. Menerima dengan Ikhlas Penyakit yang Diderita
Seluruh pasrtisipan mengungkapkan sekarang sudah bisa menerima dengan ikhlas penyakit yang diderita nya. Meskipun diawal menjalani hemodialisis partisipan sempat menolak, sedih dan tidak bisa menerima kondisi nya, namun seiring berjalannya waktu partisipan bisa menerima dengan ikhlas dan
menganggap sakit yang diderita sebagai cobaan dari Tuhan. Partisipan yang diwawancara sudah menjalani hemodialisis dalam rentang 4 bulan-10 tahun sehingga sudah berada pada fase menerima kondisi nya dengan ikhlas, terlihat dari pernyataan responden seperti berikut ini:
“sekarang ya mau gimana lagi, saya lebih tenang dan mengangggap ini ujian, ntah ujian atau cobaan, udah dikasih yang kayak gini ya mau gimana lagi, ya diterima aja lah, masak Allah mau kita tentang”. Sekarang lebih tenang dan pasrah saja saya”(p2).
...”Ooooo..mungkin ini tuhan memberi cobaan, aku berpikir Tuhan tidak akan memberi cobaan di luar kemampuan ku, pasti Tuhan menganggap aku mampu, makanya aku diberi seperti ini”(p4).
....”akhirnya saya menerima, dengan menerima kita menjadi kuat tidak ada lagi kata-kata penolakan” (p6)...
“Tapi saya yakin Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan umat nya, makanya sampai sekarang saya yakin dengan itu, saya tetap bersemangat dan berusaha menjalani pengobatan ini dengan baik, agar saya nanti bisa tetap membiayai istri dan anak-anak saya, saya yakin ada hikmah dibalik cobaan ini, jadi saya jalani saja dengan ikhlas”(p7).
BAB 5