• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Penambahanan Berat Badan Interdialisis

Penambahan berat badan interdialisis adalah pertambahan berat badan pasien di antara dua waktu dialisis yang merupakan peningkatan volume cairan yang dimanifestasikan dengan peningkatan berat badan, sebagai dasar untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk selama periode interdialitik (Arnold, 2008). Penambahan berat badan interdialisis biasanya berkaitan dengan kelebihan beban natrium dan air dan merupakan faktor penting terjadinya hipertensi arteri saat dialisis (Lopez-Gomez, 2005).

2.3.2 Klasifikasi Penambahan Berat Badan Interdialisis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mengurangi komplikasi akibat penyakit ginjal kronik berat badan interdialisis pasien tidak boleh lebih dari 3,5- 4% berat badan kering (Lopez-Gomez, 2005), oleh karena itu kategori penambahan berat badan interialisis dibagi menjadi tiga kelompok yaitu ringan

<3%, sedang 3-3.9%, dan berat >3.9%.

2.3.3 Cara Mengukur Penambahan Berat Badan Interdialisis

pasien terhadap pengaturan asupan cairan. Penambahan berat badan interdialisis diukur berdasarkan dry weight (berat badan kering) pasien dan juga dari pengukuran kondisi klinis pasien. Berat badan kering adalah berat badan tanpa kelebihan cairan yang terbentuk setelah tindakan hemodialisis atau berat badan terendah yang aman dicapaipasien setelah dilakukan dialisis tanpa adanya edema dan tekanan darah normal pada pasien penyakit ginjal tahap akhir, dan (tekanan sistolik antara 120–170 mmHg, tekanan diastolik antara 80–100 mmHg). (Kallenbach, 2005). Thomas (2003) menyatakan bahwa berat badan kering adalah berat dimana tidak ada eviden klinis edema, nafas yang pendek, peningkatan tekanan nadi leher atau hipertensi. Penentuan dry weight harus berdasarkan hasil pemeriksaan perawat, dokter, ahli diet dan keluhan pasien. Berat badan pasien harus diukur secara rutin sebelum dan sesudah hemodialisis, kemudian kelebihan cairan interdialisis dihitung berdasarkan berat badan kering setelah hemodialisis disertai dengan pengukuran kondisi klinis pasien (Arnold, 2008). Menurut Daugirdas, Blake dan Ing (2001 dalam Mitchell, 2002) berat badan kering tiap pasien dapat ditetapkan berdasarkan trial dan error dan idealnya dievaluasi tiap 2 minggu sekali

Cara menghitung penambahan berat badan interdialisis adalah berat badan pasien ditimbang secara rutin sebelum dan sesudah hemodialisis. Berat badan pasien setelah (post) HD pada periode hemodialisis pertama ditimbang (pengukuran I). Periode hemodialisis kedua, berat badan pasienditimbang kembali sebelum (pre) HD (pengukuran II), selanjutnya menghitung selisih antara pengukuran II dikurangi pengukuran I dibagi pengukuran I dikalikan 100%.

Misalnya BB pasien post HD ke 1 adalah 54 kg, BB pasien pre HD ke 2 adalah 58kg, prosentase IDWG (58 -54) : 54 x 100% = 7,4 %.

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penambahan Berat Badan Interdialisis

Beberapa faktor spesifik yang mempengaruhi penambahan berat badan diantara waktu dialisis antara lain faktor dari pasien itu sendiri dan juga kelurga serta ada beberapa faktor psikososial antara lain faktor demografi, masukan cairan, rasa haus, social support, self efficacy dan stress (Sonnier, 2000).

1. Faktor demografi

Beberapa penelitian membuktikan bahwa faktor demografi dan psikososial berpengaruh terhadap peningkatan berat badan interdialisis dan mempegaruhi kemampuan pasien dalam mengontrol asupan natrium dan cairan (Abuelo, 1999). Yang termasuk kedalam faktor demografi ini adalah usia, jenis kelamin serta pendidikan pasien. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Linberg et al. (2009) mengatakan ciri-ciri pasien yang berhubungan dengan kelebihan cairan interdialisis adalah usia yang lebih muda, indeks massa tubuh yang lebih rendah, lebih lama menjalani HD. Usia mempengaruhi distribusi cairan tubuh seseorang, perubahan cairan terjadi secara normal seiring dengan perubahan perkembangan seseorang.

Kelebihan cairan tubuh yang terjadi pada pasien juga sangat terkait dengan kepatuhan pasien hemodialisis itu sendiri. Jenis kelamin akan mempengaruhi cairan dan berat badan seseorang dimana wanita mempunyai air tubuh lebih sedikit karena lebih banyak mengandung lemak dibandingkan pria. Lemak tidak mengandung air, sehingga pasien yang gemuk memiliki proporsi air

sedikit dibandingkan yang kurus. Pada pasien hemodialisis studi yang dilakukan oleh Locksey et al. (1999) menyatakan bahwa berat badan post dialisis pada pasien pria lebih banyak berkurang dari pada pasien perempuan.

Pendidikan juga berpengaruh dalam terjadinya penambahan berat badan interdialisis, dimana pendidikan berkaitan dengan kepatuhan pasien dalam membatasi cairan. Abuelo (1998) menyatakan bahwa pasien yang berusia lanjut mengalami penurunan rasa haus sehingga asupan cairan pun menurun yang menyebabkan penambahan berat badan interdialisis pun tidak berat.

2. Asupan Cairan

Asupan cairan sangat berperan penting dalam terjadinya penambahan berat badan interdialisi dimana asupan cairan yang berlebihan akan menyebabkan penambahan berat badan interdialisis yang tidak terkontrol. Membatasi asupan cairan 1 liter perhari adalah penting untuk mengurangi resiko kelebihan volume cairan antara perawatan dialisis (Abuelo, 1999). Pemahaman dan kemampuan pasien untuk mengatur pemasukan cairan yang mendekati kebutuhan cairan tubuh diperlukan untuk menghindari akibat kelebihan cairan. Asupan cairan harian yang dianjurkan pada pasien yang menjalani hemodialisis dalah dibatasi hanya sebanyak insensible water losses ditambah jumlah urin (Smeltzer & Bare, 2008). Banyak cairan yang dikonsumsi oleh pasien kadang kala bukan karena rasa haus tetapi untuk membantu pasien dalam menelan makanan atau menelan obat (Abuelo, 1999).

3. Rasa Haus

beberapa jenis sensor, beberapa didalam perifer dan lainnya pada sensor sistem saraf pusat (Schmidt & Thews, 1989). Respon normal seseorang terhadap haus adalah minum. Pada pasien penyakit ginjal kronik peningkatan kadar angiotensin II dapat menimbulkan rasa haus, akan tetapi pasien ini tidak boleh merespon secara normal terhadap haus yang mereka rasakan (Black & Hawks, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Giovanetti melaporkan bahwa rasa haus yang berlebihan dialami oleh 86% pasien, sebanyak 34% mengalami penambahan berat badan interdialitik sebanyak 4% dari berat badan kering.

Pasien yang mengalami haus berat akan mengalami penambahan berat badan interdialisis sebanyak 4,1% atau sekitar 2,6Kg sangat berbeda dengan pasien yang mengalami rasa haus minimal hanya mengalami penambahan berat badan 3,1% atau sekitar 1,9Kg, sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Yamamoto et al. (1986) bahwa pasien yang mengalami haus berat rata-rata akan mengalami penambahan berat badan 5,3Kg dan pasien yang rasa hausnya minimal rata-rata akan mengalami penambahan berat badan 1,4Kg, penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan yang yang positif antara penambahan berat badan interdialisis dengan rasa haus (Mistiaen, 2001).

4. Faktor-Faktor Lain

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap penambahan berat badan interdialisis, diantaranya adalah faktor psikologis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi stres berat seperti perceraian terbukti berhubungan dengan penambahan berat badan interdialisis yang meningkat. Kondisi stres yang dijalani setiap hari akan menyebabkan ketidak patuhan dalam pembatasan asupan

cairan sehingga penambahan berat badan meningkat (Abuelo, 1998). Faktor dukungan sosial dan keluarga juga terbukti mempengaruhi penambahan berat badan. Akibat hemodialisis yang dilakukan pada pasien penyakit ginjal kronik dapat menimbulkan stress sehingga dukungan keluarga dan sosial sangat dibutuhkan untuk pasien. Dukungan keluarga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan berhubungan dengan kepatuhan pasien untuk menjalankan terapi (Sonnier, 2000).

Faktor lain yang mempengaruhi adalah Self Efficacy, yaitu kekuatan yang berasal dari seseorang yang bisa mengeluarkan energi positif melalui kognitif, motivasional, afektif dan proses seleksi. Self Efficacy dapat mempengaruhi rasa percaya diri pasien dalam menjalani terapinya (hemodialisis). Self Efficacy yang tinggi dibutuhkan untuk memunculkan motivasi dari dalam diri agar dapat mematuhi terapi dan pengendalian cairan dengan baik, sehingga dapat mencegah peningkatan berat badan interdialisis (Istanti, 2009).

2.3.5 Dampak Penambahan Berat Badan Interdialisis

Penambahan berat badan interdialisis dapat menyebabkan komplikasi ke semua organ tubuh, kelebihan cairan yang dialami oleh pasien sangat erat kaitannya dengan morbiditas dan kematian (Linberg et al., 2009). Acute pulmonry edema adalah gejala yang paling sering terjadi pada pasien akibat penambahan berat badan sehingga menyebabkan pasien dirawat inap (Abuelo, 1998). Beberapa gejala yang menunjukkan adanya kelebihan cairan pada tubuh pasien: tekanan darah naik, peningkatan nadi dan frekuansi pernafasan, peningkatan vena sentral, dispnea, rales basah, batuk, edema, peningkatan berat badan yang berlebihan

sejak dialisis terakhir (Hudak & Gallo, 1996).

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa penambahan berat badan interdialisis yang berlebihan dapat menimbulkan komplikasi dan masalah bagi pasien diantaranya yaitu: hipertensi yang semakin berat, gangguan fungsi fisik, sesak nafas, edema pulmonal yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kegawat daruratan hemodialisis, meningkatnya resiko, hipertropy ventrikuler dan gagal jantung (Welch et al., 2006).

Dari semua dampak yang ditimbulkan penambahan berat badan interdialisis akan menyebabkan gangguan aktifitas fisik pasien, dan menghambat aktifitas sehari-hari. Secara psikologis juga berdampak negatif, keterbatasan yang dialami oleh pasien akan menyebabkan stress dan depresi diperparah dengan gangguan body image yang dialami pasien dan juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial pasien (Welch et al., 2006). Hal ini akan mempengaruhi dan dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Kualitas hidup yang buruk akan dapat meningkatkan angka morbility.

Dokumen terkait