• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perusahaan dengan Stakeholders

BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI CSR

E. Hubungan Perusahaan dengan Stakeholders

Upaya perusahaan dalam meningkatkan peran untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan membutuhkan sinergi multipihak yang solid, baik dari pemerintah maupun komunitas atau masyarakat. Tidak mungkin persoalan-persoalan bangsa ini hanya diselesaikan oleh salah satu pihak saja.

Ada tiga prinsip penting dalam membentuk kemitraan antara perusahaan, pemerintah serta komunitas atau masyarakat yaitu :

1) Kesetaraan atau Keseimbangan (equity)

Pendekatannya bukan top-down atau bottom-up, bukan pula berdasar kekuasaan semata, namun hubungan yang saling menghormati, saling menghargai dan saling percaya. Untuk menghindari antagonisme perlu dibangun rasa saling percaya

2) Transparansi

Transparansi diperlukan untuk menghindari rasa saling curiga antar mitra kerja.

3) Saling Menguntungkan

Suatu kemitraan harus membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat.100

Di samping peran di atas, saat ini kontribusi dunia usaha semakin dipertajam dengan berkembangnya praktik CSR. Berbagai kegiatan sosial digelar oleh perusahaan mulai pendidikan, kesehatan, sampai pengentasan masyarakat miskin dan pembangunan infrastruktur. Tidak bisa dipungkiri bahwa program-program yang dijalankan perusahaan tersebut pada beberapa Konsep Kemitraan Pemerintah-Dunia Usaha

Selama ini dunia usaha telah menjadi mitra strategis bagi pemerintah. Terdapat sejumlah fakta yang dikemukakan, antara lain yang pertama, dunia usaha merupakan mitra pemerintah untuk mengelola sumber daya daerah yang mustahil rasanya bila seluruhnya bias dikelola oleh pemerintah. Kedua, dunia usaha membantu pemerintah dalam memutar roda perekonomian dan menggerakkan pembangunan. Dengan adanya aktivitas ini maka terciptalah lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Ketiga, dunia usaha memberikan penghasilan kepada pemerintah antara lain dalam bentuk pajak dan retribusi. Semakin besar usahanya semakin besar pula pajak yang dapat disetor kepada pemerintah.

hal tampak seperti mengambil tugas dan fungsi pemerintah. Namun, bila dilihat secara komprehensif, wajar rasanya jika hal ini terjadi, mengingat begitu besarnya masalah sosial, bisa dipastikan bahwa pemerintah tidak akan sanggup mengatasinya sendirian, termasuk lantaran anggaran yang kecil serta konsentrasi pemerintah yang tersedot ke beragam persoalan. Untuk itu, sekecil apapun kedermawanan yang diberikan oleh perusahaan, sangatlah besar artinya bagi pemerintah maupun masyarakat. Terlebih bila dilakukan secara sinambung dan terkelola dengan baik.

Agar terjalin suatu kemitraan yang saling menguntungkan, pemerintah seyogyanya memikirkan optimalisasi perannya dalam mendukung program tersebut. Sebagai alternatif, ada beberapa hal yang bisa dimainkan oleh pemerintah, seperti sejalan dengan semangat dunia usaha untuk mengimplementasikan program CSR yang semakin meluas, maka pemerintah beserta segenap jajarannya sebaiknya berusaha untuk memahami kontek CSR ini agar ada keterpaduan dengan pemahaman dunia usaha. Sebab, bukan tidak mungkin bila pemahaman terhadap konsep ini tidak inline, maka kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak akan pernah sejalan pula dengan kebijakan dunia usaha.101

Pemerintah sebaiknya sering duduk bersama dengan pelaku usaha, tanpa diliputi prasangka dan menganggap diri lebih baik, memperbincangkan apa yang dibutuhkan masyarakat secara bersama, bila perlu berikan blue print rencana kerja pemerintah yang terkait dengan kepentingan publik. Dengan demikian ada komunikasi dua arah, sehingga kemungkinan adanya kerja sama

antara pemerintah dengan dunia usaha menjadi terbuka semakin lebar. Setidaknya, tidak terjadi overlapping program antara pemerintah dan dunia usaha.

Selanjutnya, pemerintah diharapkan dapat memberikan penghargaan bahkan insentif bagi perusahaan yang aktif menggelar program CSR, misalnya dalam bentuk pengurangan pajak (tax deductive), sekalipun ini tak mudah, karena saat ini pemerintah justru sedang giat-giatnya menggenjot pendapatan pajak. Bila inisiatif ini bisa dilakukan pemerintah, maka bukan tidak mungkin perusahaan mau mengalokasikan budget yang lebih besar untuk program CSRnya. Jadi, semakin banyak anggaran yang dikeluarkan perusahaan untuk tanggung jawab sosial, kemanusiaan, dan lingkungan, seharusnya semakin besar pula insentif yang diperoleh perusahaan dari negara. Ini barangkali merupakan suatu peruwjudan Indonesia Incorporated.

Namun, bukan berarti hanya pengangguran pajak yang bisa dilakukan pemerintah. Membuat ruang bagi jalannya program pun misalnya tanpa birokrasi berbelit dan menghindari ekonomi biaya tinggi sudah banyak membantu bagi perusahaan. Bukan sebaliknya, memeras perusahaan dengan segala macam pungutan dan beban lainnya, di luar pajak untuk kepentingan- kepentingan yang kadang sulit dipahami oleh pelaku usaha.

Peran pemerintah pun sangat menentukan dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif, tidak manipulatif dan tidak KKN, karena kondisi sebaliknya akan menurunkan kewibawaan pemerintah sendiri di samping merupakan pukulan telak bagi pencapaian good governance.

Pemerintah seyogyanya juga menyediakan jaminan keamanan terutama dalam berinvestasi, mempersiapkan berbagai produk dan regulasi yang menjamin dunia usaha agar mampu menjalankan roda usahanya sekaligus memberikan kontribusi sosial secara berkelanjutan.

Di samping itu, agar CSR terus berkembang dan terus meningkat, perlu ada keterlibatan dari pemerintah untuk mengembangkan regulasi yang terkait dengan CSR misalnya pemerintah harus menciptakan sistem yang dapat mengeliminasi para free rider. Ini penting untuk menjamin fairness bagi masyarakat maupun perusahaan. Pemerintah harus mampu menjamin bahwa perusahaan terlindung dari para oknum masyarakat atau pejabat yang ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkaya diri dengan cara memeras perusahaan atau dengan memanfaatkan kesempatan dan kekosongan hukum.

Salah satu cara untuk melakukan ini adalah penerapan standar audit di kedua belah pihak (pada perusahaan dan penerima manfaat / beneficiaries). Sudah saatnya lembaga swadaya masyarakat pun juga harus akuntabel dan transparan.

Pemerintah diharapkan bisa mengambil inisiatif mensuport dan membantu pengembangan program CSR perusahaan misalnya dalam bentuk fasilitasi terhadap pertemuan antar pelaku CSR (multy stakeholders forum) sebagai wadah kemitraan yang disertai kegiatan dan indikator kinerja yang nyata, bekerja sama dengan organisasi terkait, melakukan diseminasi best practices dan sebagainya.

Pemerintah juga perlu mendorong agar perusahaan juga memikirkan program CSR yang dapat memberikan kontribusi kepada masalah nasional. Selanjutnya, yang tak kalah pentingnya adalah perlunya kesadaran dan pemahaman para pembuat keputusan, mengurangi ketidakpastian, mempermudah perizinan-perizinan dan produk lainnya, memberikan perlindungan dan pembelaan paling tidak sebagai penengah pada saat perusahaan menghadapi krisis, dan sebagainya.102

Peran masyarakat terutama komunitas lokal sangat menentukan dalam upaya perusahaan memperoleh rasa aman dan kelancaran dalam berusaha. Peran serta mereka merupakan salah satu kunci sukses dalam penerapan program CSR. Bentuk peran serta masyarakat yang

Konsep Kemitraan Masyarakat-Dunia Usaha

103

Bentuk komunikasi antara komunitas lokal dengan perusahaan dipengaruhi oleh siapa yang datang lebih dulu di lokasi tersebut. Bila perusahaan berdiri setelah adanya komunitas lokal, artinya perusahaan datang belakangan, maka selayaknya kalau ia memposisikan diri sebagai tamu,

diharapkan dalam pelaksanaan program CSR antara lain adalah memberikan informasi, sarana dan masukan atau pendapat untuk menentukan program CSR yang akan dilakukan. Di samping itu perlu adanya partisipasi aktif dari komunitas dalam setiap pelaksanaan program CSR juga sangat diperlukan. Mereka harus dipandang sebagai satu kesatuan dengan perusahaan yang dapat memberikan manfaat timbal balik.

102 Ibid, hal 114-115.

memperkenalkan diri, dan mencoba beradaptasi dengan mereka. Lebih-lebih bila perusahaan itu dalam proses berdirinya harus menggusur / membeli tanah warga.

Sebaiknya perusahaan memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada warga lokal untuk menjadi pekerja dan merangkul kontraktor / rekanan lokal untuk menjadi mitra kerja, baik pada saat pendirian pabrik maupun saat operasional. Kendatipun memang sering ditemui bahwa penduduk lokal umumnya mempunyai budaya kerja, ketrampilan dan pendidikan yang rendah serta masih sulit dibentuk, namun setidaknya untuk porsi tenaga kerja non skill mungkin masih bisa dipertimbangkan. Hal ini juga terjadi dengan kontraktor atau rekanan lokal yang biasanya masih miskin pengalaman, namun sekali lagi, setidaknya untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memerlukan kekhususan, barangkali masih bisa dipertimbangkan.

Sebaliknya, bila perusahaan berdiri lebih dahulu ketimbang warga, biasanya memang ada gula ada semut, maka bukan berarti bila perusahaan bisa menihilkan keberadaan mereka. Bagaimanapun sebagai tetangga, perusahaan juga perlu untuk peduli terhadap keberadaan mereka. Terutama sekali bagi perusahaan yang tidak mempunyai lokasi yang membatasi diri dari tanah warga semacam green belt dan sejenisnya, atau perusahaan yang riskan berdekatan dengan penduduk, misalnya berpotensi menghasilkan limbah, polusi atau bahkan kemungkinan terjadinya musibah industri seperti meledak / bocornya tangki gas berbahaya, dan sebagainya.

Selanjutnya apa yang terjadi? Umumnya penduduk lebih berani / perkasa ketimbang perusahaan. Karena perusahaan biasanya memiliki prinsip bahwa yang penting bukanlah mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, melainkan mencari solusi terbaik agar harmoni dapat dicapai dan bisnis dapat berjalan dalam jangka panjang.

Solusi yang bisa dilakukan adalah memunculkan kondisi yang saling memberikan mutual benefit di antara kedua belah pihak. Hubungan timbal balik inilah yang akan menumbuhkan rasa memiliki bagi warga di sekitarnya. Dengan demikian perusahaan dapat memperoleh dukungan (minimal licence to operate) dari warga. Hubungan timbal balik itulah yang menjadi bidang garap dalam program CSR.

Ada beberapa hal yang biasanya diharap oleh komunitas yang sebaiknya dipahami oleh perusahaan yang beroperasi di wilayah sekitarnya, di antaranya adalah :

1. Income atau pendapatan

Komunitas mengharapkan adanya perputaran uang melalui gaji atau upah sebagai karyawan, atau melalui pembelian kebutuhan perusahaan atau kebutuhan karyawan pada komunitas di sekitarnya.

2. Kontribusi perusahaan

Kontribusi yang dapat diberikan oleh perusahaan dapat berupa berbagai bentuk bantuan seperti pembangunan fasum atau sarana atau prasarana umum seperti rumah ibadah, sarana olah raga dan lainnya, memberikan

beasiswa, sumbangan atau bantuan atau hadiah pada berbagai kegiatan, dan bentuk pemberdayaan kepada komunitas.

3. Kebanggaan

Banyak tempat yang diasosiasikan dengan keberadaan suatu perusahaan, misalnya ketika menyebut Kota Kediri orang akan mengingat perusahaan rokok, menyebut Kota Gresik imajinasi akan mengantarkan kita pada perusahaan semen, pupuk, dan sebagainya.

Namun sebaliknya, perusahaan juga mengharapkan ada kontribusi positif dari warga sekitar, misalnya suasana yang kondusif, terhindar dari tindak kekerasan, perusakan dan sikap anarkis lainnya.104