• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Stakeholders dan Lahirnya

BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI CSR

B. Pengertian Stakeholders dan Lahirnya

Dunia usaha, selama setengah abad terakhir telah menjelma menjadi institusi paling berkuasa di atas planet ini. Semkin hari kian terasa, betapa besar pengaruh perusahaan-perusahaan besar terhadap denyut kehidupan manusia. Mereka yang belakangan paling diharapkan peranannya terutama karena mereka dianggap paling mampu menciptakan lapangna kerja baru, meningkatkan taraf hidup banyak orang serta mendorong kehidupan yanglebih baik bagi masyarakat luas. Masyarakat juga semakin terbiasa menikmati jasa- jasa yang mereka tawarkan sehingga mempermudah hidup warga masyarakat modern seperti jasa perbankan, asuransi, sarana transportasi dan komunikasi, hiburan, serta layanan kesehatan. Kemudian, melalui mekanisme pajak, pemerintah harus bersyukur karena secara tidak langsung telah turut

berpartisipasi untuk pembangunan serta membantu meringankan beban warga masyarakat yang belum beruntung.

Sejalan dengan makin besar dan luasnya cengkeraman dan pengaruh perusahaan atas kehidupan sehari-hari masyarakat, makin besar pula kekuasaan dan kekuatan yang digenggamnya. Sebetulnya sejak lama telah disadari banyak negara tentang betapa potensialnya pengaruh sepak terjang perusahaan atas masyarakatnya. Kekuasaan di tangan perusahaan bisnis modern semakin memperlihatkan bahwa setiap tindakan yang diambil perusahaan membawa dampak yang nyata terhadap kualitas kehidupan para

stakeholdersnya.78

Stake dapat diartikan sebagai kepentingan. Hal ini dapat diilustrasikan seperti sekelompok orang berencana untuk menonoton film di bioskop dan dilanjutkan dengan makan malam. Setiap orang dalam kelompok tersebut memiliki kepentingan (stake) dalam keputusan kelompok tersebut. Waalupun belum ada orang yang mengeluarkan uangnya, tetapi setiap orang dalam kelompok tersebut melihat adanya kepentingan pribadinya (misalnya jenis film yang disukai, makanan yang disukai, dan lain-lain) yang diharapkan dapat terakomodasi oleh kelompok tersebut. Stake juga dapat diartikan sebagai tuntutan atas hak yang dimiliki oleh seseorang.79

Selanjutnya, stakeholders dapat didefinisikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang memiliki satu atau lebih kepentingan (stake) yang berbeda dalam sebuah perusahaan. Stakeholders juga dapat diartikan sebagai

78 Yusuf Wibisono, Op.cit. Hal 95.

setiap orang atau kelompok orang yang daapt mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan, keputusan, kebijakan, praktik atau tujuan dari sebuah perusahaan.

Dalam dunia usaha yang global dan sangat kompetitif sekarang ini, banyak pihak yang dapat menjadi stakeholders perusahaan. Dari sudut pandang perusahaan ada beberapa orang atau sekelompok orang yang secara pasti dapat digolongkan sebagai stakeholders perusahaan, yaitu mereka yang memiliki legitimasi, kepentingan langsung, atau hak dalam kegiatan perusahaan. Mereka dalam golongan ini di antaranya pemegang saham, karyawan dan pelanggan. Tetapi dalam sudut pandang masyarakat yang lebih plural, para stakeholders tidak hanya mereka yang disebutkan di atas, tetapi juga termasuk pesaing usaha komunitas sekitar, LSM, pers, dan masyarakat pada umumnya yang sebenarnya tidak secara langsung terlibat dalam kegiatan inti perusahaan.80

80 Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, Op.cit. Hal 47.

Fokus dari pada teori ini teletak pada dua wacana utama, pertama yaitu apa yang menjadi tujuan dari perusahaan dan kedua yaitu apa tugas yang diemban oleh manajer atau pengelola perusahaan terhadap para stakeholders. Terkait dengan perusahaan, teori stakeholders secara garis besar menyatakan bahwa tujuan dari pada suatu perusahaan adalah mendatangkan manfaat bagi semua stakeholders. Teori ini pada dasarnya berangkat dari asumsi bahwa nilai-nilai (values) merupakan faktor yang sangat penting dan secara eksplisit merupakan bagian dari kegiatan bisnis.

Sir Adrian Cadbury, yaitu cucu dari pendiri perusahaan coklat Cadbury kemudian juga menjadi chairman di perusahaan-perusahaan seperti Cadbury Schweppes dan IBM Eropa Cadbury mengidentifikasikan tiga tingkatan tanggung jawab perusahaan (The Cadbury Paradigm) yaitu :81

Kepentingan (stake) seseorang atau sekelompok orang atas suatu perusahaan dapat timbul karena dua macam hak, yaitu hak hukum (legal right)

Tingkat pertama, yaitu tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi kewajiban materialnya kepada para pemegang saham, para karyawan, para langganan, penyalur dan para kreditor, serta membayar pajak dan memenuhi kewajibannya berdasarkan hukum yang berlaku. Sanksi terhadap tidak dipenuhinya tanggung jawab yang sifatnya sudah definitif ini ditentukan sesuai dengan ruang lingkup kompetisi dan hukum yang berlaku.

Tingkat kedua, yaitu tanggung jawab yang terkait dengan akibat langsung atau implikasi dari kegiatan utama atau operasional perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab ini mencakup mampu secara maksimal mendayagunakan sumber daya manusia dalam masyarakat serta menghindari terjadinya kerusakan terhadap lingkungan (environmental damages).

Tingkat ketiga dibuat dalam bentuk pertanyaan oleh Cadbury, yaitu sampai sejauh manakah bisnis (perusahaan) memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan kerangka masyarakat (framework of the society) dalam mana ia berkegiatan dan sampai sejauh manakah perusahaan memprioritaskan kepentingan masyarakat dibanding kepentingan komersialnya.

dan hak moral (moral right). Seseorang atau sekelompok orang yang memiliki hak hukum (legal right) adalah mereka yang memiliki kepentingan berdasarkan aturan yang berlaku bahwa mereka harus diperlakukan sebagaimana aturan yang berlaku tersebut. Sedangkan mereka yang memiliki hak moral (moral right) adalah seseorang sekelompok orang yang kepentingannya timbul secara moral atau etika di mana perlakuan yang mereka terima adalah semata-mata berdasarkan moral dan etika dari perusahaan tersebut, yang sebenarnya tidak wajib.82

C. Pembagian Stakeholders Perusahaan

Stakeholders, yang jamak diterjemahkan dengan pemangku kepentingan adalah pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap eksistensi dan aktivitas perusahaan, dan karenanya kelompok-kelompok tersebut mempengaruhi dan / atau dipengaruhi oleh perusahaan.83

Sedangkan Rhenald Kasali menyatakan bahwa yang dimaksud dengan para pihak adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya dalam perusahaan. Ibarat sebuah jagad yang dikelilingi planet- planet, maka perusahaan juga dikelilingi dengan stakeholdersnya.84

Apapun definisinya, yang jelas antara stakeholders dengan perusahaan terjadi hubungan yang saling mempengaruhi, sehingga perubahan pada salah satu pihak akan memicu dan mendorong terjadinya perubahan pada pihak yang lainnya. Perubahan selera publik, misalnya, akan mendorong perubahan

82 Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, Op.cit. Hal 48.

83 Yusuf Wibisono, Op.cit. hal 96.

pada jenis produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. Perubahan regulasi pemerintah juga akan mendorong kebijakan yang akan diambil oleh perusahaan.

Rhenald Kasali membagi stakeholders menjadi sebagai berikut :85

1. Stakeholders internal dan stakeholders eksternal.

Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di dalam lingkungan perusahaan. Misalnya, karyawan, manajer dan pemegang saham (shareholder). Sedangkan stakeholders eksternal adalah stakeholders yang berada di luar lingkungan organisasi seperti penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers, kelompok social responsible investor, licensing partner dan lain-lain.

2. Stakeholders primer, stakeholders sekunder dan stakeholders marjinal.

Tidak semua eleman dalam stakeholders perlu diperhatikan. Perusahaan perlu menyusun skala prioritas. Stakeholders yang paling penting adalah stakeholders primer, stakeholders yang kurang penting disebut stakeholders sekunder dan yang bisa diabaikan disebut stakeholders marjinal. Urutan prioritas ini bagi setiap perusahaan berbeda-beda, maeskipun produk atau jasanya sama. Urutan ini juga tidak kaku, bisa berubah dari waktu ke waktu.

3. Stakeholders tradisional dan stakeholders masa depan.

Karyawan dan konsumen dapat disebut stakeholders tradisional, karena saat kini sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkan stakeholders masa depan adalah stakeholders pada masa yang akan datang diperkirakan

akan memberikan pengaruhnya pada organisasi seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial.

4. Proponents, opponents dan uncommitted.

Di antara stakeholders ada kelompok yang memihak organisasi (proponents), menentang organisasi (opponents) dan ada yang tak peduli atau abai (uncommitted). Organisasi perlu mengenal stakeholders yang berbeda-beda ini. Agar dengan jernih dapat melihat permasalahan, menyusun rencana dan strategi untuk melakukan tindakan yang proporsional.

5. Silent mayority dan vocal minority.

Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan komplian atau mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan pertentangan atau dukungannya secara vokal (aktif) namun ada pula yang menyatakan secara silent (pasif).

Sedangkan David Wheeler dan Maria Sillanpaa, menggolongkan stakeholders dalam 2 kategori yaitu :

a. Stakeholders primer meliputi pemegang saham, investor, karyawan,

pelanggan, komunitas lokal, pemasok dan rekanan bisis. Stakeholders primer memiliki kepentingan langsung dalam sebuah perusahaan dan sangat mempengaruhi sukses atau tidaknya perusahaan tersebut. Oleh karena itu, stakeholders primer ini sangat penting bagi perusahaan.

b. Stakeholders sekunder meliputi pemerintah, institusi sipil, LSM, pers,

pesaing usaha, asosiasi pengusaha dan masyarakat pada umumnya. Stakeholders sekunder juga dapat menjadi sangat berpengaruh, terutama

dalam hal yang menyangkut reputasi perusahaan dan dukungan masyarakat terhadap perusahaan, walaupun sebenarnya mereka tidak memiliki kepentingan langsung dalam kegiatan inti perusahaan.86

Berikut ini akan coba dipaparkan secara singkat mengenai stakeholders internal dan stakeholders eksternal yaitu sebagai berikut : Stakeholders Internal

Adalah stakeholders yang berada di dalam lingkungan perusahaan, sehingga bersifat controllable. Stakeholders internal antara lain terdiri dari :

1. Pemegang Saham

Pemegang saham yang nota bene adalah pemilik perusahaan mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Mereka yang menjadikan perusahaan ada atau tiada. Merekalah yang menjadi nakhoda yang menentukan ke mana kapal akan melaju. Merekalah yang mendominasi atas segala hal yang menyangkut tentang mati hidupnya perusahaan.

Para pemegang saham atau investor ini turut serta dalam keuntungan perusahaan tanpa harus bertanggung jawab atas operasional perusahaan. Para pemegang saham ini dapat menunjuk suatu dewan. Perusahaan di Indonesia umumnya berbasis two tier board system atau two board system yang secara konsep dengan tegas memisahkan antara dewan komisaris dengan dewan direksi. Dewan komisaris bertindak sebagai pengawas yang memiliki kewajiban hukum (legal duty) untuk mewakili para pemegang saham dan

melindungi kepentingan mereka. Dewan direksi bertindak sebagai eksekutif perusahaan.

Dewan komisaris yang bertindak sebagai wakil para pemegang saham bertanggung jawab dan mempunyai wewenang mengawasi tindakan dewan direksi (board of directors), dan memberikan nasihat kepada direksi bila dipandang perlu. Bukan berarti dewan komisaris membatasi kekuasan direksi, namun secara legal komisaris diwajibkan untuk mengarahkan kiprah direksi dan perusahaan namun tidak mengelolanya.87

2. Direksi dan Manajer Profesional

Pemegang saham atau komisaris dapat mengangkat direkis untuk menjalankan roda bisnis perusahaan. Namun bobot keputusan direksi adakalanya masih berada di tangan pemilik terutama bila pemilik itu adalah pendiri. Posisi ini bisa berubah manakala ada perusahaan telah melakukan go public dan tidak ada lagi konsentrasi kepemilikan saham pada pihak tertentu. Dalam keadaan yang demikian direksi akan tampak lebih berkuasa.

Dalam menjalankan perusahaan, direksi tidak harus bertanggung jawab secara pribadi atas penyediaan dana perusahaan. Mereka biasanya bukan pemilik, bahkan sebagian jajaran manajemen puncak perusahaan masa kini hanya memiliki saham nominal dalam perusahaan yang mereka kelola.

Direksi bertugas mengelola perusahaan dan diwajibkan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham atau komisaris melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam hal ini

direksi dilarang untuk mengambil keuntungan dari pengelolaan perusahan selain dari gaji, tunjangan dan kompensasi berbasis saham yang diterimanya berdasarkan keputusan RUPS.

Direksi dapat memilih manajer profesional untuk menjalankan kebijakan dan strateginya dalam menjalankan operasional perusahaan.

3. Karyawan

Karyawan dalam perusahaan biasanya didefinisikan sebagai para pekerja yang tidak memegang jabatan. Mereka bekerja di bawah komando para manajer atau supervisor. Umumnya mereka tidak mengenyam pendidikan yang tinggi.

Kendatipun posisinya dalam pengambilan keputusan tidak besar, karyawan mendominasi jumlah di dalam perusahaan. Umumnya, karena secara struktural posisi mereka lemah, karyawan di suatu perusahaan membentuk kelompk informal atau serikat untuk membela kepentingan mereka. Ketika mereka menyatu, mereka akan sangat sensitif. Karenanya, serikat ini bisa produktif dan bisa kontra produktif terhadap perusahaan. Ketika manajememn bisa bersinergi dengan serikat maka hampir bisa dipastikan bahwa kinerja karyawan akan positif. Kelompok karyawan yang mendapat perhatian yang baik malah besar kemungkinan dapat meningkatkan kinerja perusahaan bahkan membantu perusahaan untuk mengatasi hal-hal yang tidak terduga atau destruktif. Namun, sebaliknya bila mereka tak mendapat perhatian manajemen, mereka dapat melakukan tindakkan yang merugikan perusahaan, seperti mangkir, pemogokan, atau bahkan pengrusakan. Karena umumnya, karyawan sangat mudah untuk disulut isu.

Terutama isu-isu yan terkait dengan masalah gaji, tunjangan, pemutusan hubungan kerja dan sejenisnya.88

4. Keluarga Karyawan

Karyawan merupakan ujung tombak perusahaan, terutama perusahaan jasa. Dengan memberi perhatian yang baik, perusahan dapat memperbaiki pelayanannya, karyawan tetap merupakan suatu kekuatan dalam perusahaan. Perusahaan umumnya menerapkan MBWA (Managing by Walking Around) untuk memperoleh simpati dari karyawan. Sesibuk apapun pihak manajemen, komunikasi dengan karyawan tetap harus dilakukan. Tugas manajer adalah menciptakan iklim yang baik agar karyawan dapat bekerja dengan tenang dan aman. Rasa tidak aman pada karyawan di dalam perusahaan, dapat mengakibatkan mereka mencari perlindungan dari pihak-pihak di luar perusahaan. Campur tangan yang dilakukan pihak luar, seperti Dinas Tenaga Kerja, kepolisian, LSM dan lembaga-lembaga bantuan lainnya, menunjukkan bahwa perusahaan telah kehilangan kepercayaan dari karyawan.

Keluarga karyawan juga merupakan kekuatan sendiri bagi perusahaan. Karena, umumnya dari sisi jumlah mereka pasti lebih banyak dari jumlah karyawan.

Kontribusi dan peran positif keluarga karyawan sangat mutlak diperlukan oleh perusahaan. Minimal, merekalah yang diharapkan dapat memberikan dukungan positif kepada karyawan. Tanpa dukungan positif dari mereka, kemungkinan kinerja dara karyawan tidak bisa optimal. Karyawan

yang sedang mempunyai masalah dengan keluarganya, hampir pasti tidak bisa melepaskan maslah itu untuk tidak dibawa ke tempat kerja, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja bagi karyawan yang bersangkutan. Semangat dari keluarga yang mampu mendorong peningkatan kinerja dari karyawan, sebaliknya permasalahan dengan keluarga akan dapat mempengaruhi kinerja karyawan.

Di samping itu, sebelum perusahaan memperoleh kepercayaan dari konsumen, raihlah kepercayaan dari keluarga karyawan yang turut memproduksi barang / jasa itu. Sanagt mustahil, untuk bisa merebut hati konsumen, bila merebut hati orang diinginkan terdekat saja tidak bisa.

Karenanya, komunikasi dengan keluarga karyawan juga perlu dibangun. Agar mereka menjadi daya dukung bagi berkembanganya perusahaan. Kurangnya informasi yang benar tentang perusahaan, dapat menyebabkan keluarga karyawan membuat asumsi sendiri menurut pandangannnya masing-masing, atau menurut informasi yang diterima dari pihak lain. Sehingga perilaku mereka sering menjadi tidak sesuai dengan tuntutan bagi perusahaan. Pada gilirannya gap ini akan menggangu moral kerja karyawan.89

Adalah pihak-pihak yang berada di luar kendali perusahaan (uncontrollable). Pemimpin perusahaan perlu membekali diri dengan teknik mendesain organisasinya sesuai dengan keadaan lingkungan eksternalnya. Unsur dalam lingkungan itu dapat dilihat dalam dua hal :

Stakeholders Eksternal

1) Kompleksitas Lingkungan

Kompleksitas lingkungan ditentukan oleh banyaknya pihak luar perusahaan yang perlu mendapat perhatian perusahaan. Semakin banyak pihak yang perlu diperhatikan, berarti semakin kompleks. Sebaliknya, semakin sedikit pihak yang pelu diperhatikan, berarti semakin sederhana. 2) Stabilitas Lingkungan

Stabilitas lingkungan ditentukan oleh perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh faktor eksternal. Ketika terlalu sering terjadi perubahan peraturan90

Sebaliknya, bila lingkungan berubah terus (labil), perusahaan cenderung menganut struktur organistik. Ciri utama dari struktur ini adalah mengurangi sebanyak-banyaknya peraturan atau prosedur yang kaku. Tidak begitu menekankan pada standarisasi dan spesialisasi pekerjaan, yang lebih pemerintah, perubahan selera konsumen, perubahan peran para pihak dalam lingkungan lainnya, maka disebut labil. Keadaan sebaliknya, yaitu bila perubahan-perubahan eksternal jarang terjadi maka kondisi disebut labil.

Pada kondisi lingkungan yang stabil, perusahaan cenderung didesain mekanistik, dalam artinya perusahaan lebih bersifat formal dan birokratis dalam menerapkan peraturan dan prosedur. Deskripsi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab personil perusahaan didefinisikan dengan jelas. Wewenang, kontrol dan komunikasi berlangsung secara hirarkikal. Komunikasi menekankan pada arah dan perintah. Mayoritas karyawan lokal dan taat pada atasan.

dipentingkan adalah kontribusi optimal dari setiap individu pada pencapaian tujuan organisasi.tanggung jawab dan kewajiban ditetapkan secara leluasa. Pola interaksi dan komunikasi horizontal dan lateral. Hubungan atasan bawahan lebih mementingkan komunikasi dan konsultasi. Sedikit sekali jenjang hierarki. Komitmen lebih dipentingkan ketimbang sekedar loyal dan taat.

Beberapa stakeholders eksternal di antaranya adalah :91

1. Konsumen

Pameo yang menyatakan pelanggan / konsumen adalah raja agaknya relevan sepanjang masa. Semua orang yang terlibat dalam bisnis mestinya menyadari bahwa yang memberikan mereka penghasilan bukannya bos aatu manajer keuangan, melainkan pelanggan atau konsumen. Karenanya, konsumen diperebutkan oleh banyak produsen.

Memang, pasar dewasa ini amat tergantung kepada konsumen, yakni mereka yang membeli produk atau jasa suatu perusahaan. Meski begitu, masih banyak perusahaan yang percaya bahwa sentral dari kegiatan itu adalah perusahaan, bukan konsumen.

Paradigma, ini haruslah dibalik, karena saat ini, konsumenlah pusat dari kegiatan bisnisnya. Segala upaya yang dilakukan dipusatkan untuk mendapatkan kepuasan konsumen. Dengan memberikan kepuasan kepada konsumen maka bisnis dapat terus bergulir, karena mereka yang puas akan kembali lagi memberi repeat order kepada produsen. Karena itu, usahakan

bahwa semua proses bisnis, didedikasikan untuk pelanggan. Seiring dengan perkembangan bisnis, usahakan organisasi berkembang pula sejalan dengan kebutuhan pelanggan.

2. Penyalur dan Pemasok

Penyalur menguasai jaringan distribusi. Ia hanya mau menyalurkan barang-barang yang dikehendaki konsumen. Demikianlah pula pemasok. Ia akan mudah berpindah bila transaksinya tidak memuaskan.

3. Pemerintah

Di Indonesia, peranan pemerintah berbeda dengan negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar murni, pemerintah dengan berfungsi sebagai regulator untuk mengatur dunia usaha masih terasa cukup besar. Peran pemerintah dibutuhkan untuk92

4. Pers

menciptakan lapangan kerja, menyediakan modal, melindungi para karyawan, melindungi sumber alam, mengatur hukum, mengatur dan merangsang minat investasi modal asing, dan sebagainya. Pemerintahan adalah penentu kebijakan, di tangannyalah suasana kondusif dunia usaha diharapkan.

Wajah pers Indonesia pasca reformasi ini sungguh lain dengan pers pada masa lalu. Pemerintah telah membuka kran selebar-lebarnya bagi pers untuk membuka usaha penerbitan. Sehingga jumlah media masa saat ini

meningkatkan drastis dibandingkan dengan masa lalu. Di samping itu pers juga mempunyai kebebasan ekspresi yang sungguh luar biasa.

Konsuekensi dari kondisi ini tentu sangat terasa dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya perusahaan yang seringkali menjadi sumber pemberitaan. Dengan semakin banyaknya jumlah media masa dan semakin kritisnya insan pers ditambah dengan fungsi kontrol sosial, maka tidak tertutup kemungkinan perusahaan menjadi sasaran tembak media masa.

Dengan demikian, perusahaan perlu melakukan hubungan yang harmonis dengan dunia pers, sehingga informasi yang dipublikasikan menjadi sebuah berita acara balance, valid dan tidak tendensius.

5. Pesaing

Persaingan dalam dunia bisnis merupakan suatu hal yang wajar. Dengan adanya persaingan, dorongan untuk memperbaiki kualitas produk, pelayanan, dan sebagainya akan muncul.93

6. Komunitas dan Masyarakat

Pengertian antara komunitas (community) dan masyarakat (society) ini sering dicampuradukkan. Seringkali orang menggunakan istilah masyarakat untuk menunjukkan maksud komunitas. Salah satu akibatnya, istilah community development seringkali diterjemahkan sebagai pengembangan masyarakat.

Kedua istilah ini memang mempunyai kesamaan namun juga memiliki perbedaan. Kesamaanya, adalah kedua istilah ini menunjukkan pada makhluk

sejenis. Perbedaannya adalah komunitas merupakan sekumpulan makhluk sejenis yang memiliki ciri yang relatif sama. Jadi, masyarakat selalu mengandung pengertian yang lebih luas ketimbang komunitas, karena komunitas merupakan bagian dari suatu masyarakat.

Contoh konkritnya adalah, bangsa Indonesia merupakan sebuah masyarakat. Jika dipandang dari sudut agama yang dianut, maka terdapat berbagai komunitas yaitu, komunitas Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan lain- lain.

Komunitas dan masyarakat yang tinggal, hidup, dan berusaha di sekitar lokasi perusahaan adalah salah satu stakeholder eksternal yang sangat penting.

Perselisihan antara perusahaan dengan komunitas atau masyarakat sering berbuntut panjang. Biasanya muncul dalam bentuk pemerasan, ancaman, hingga kriminalitas, dan tidak sedikit yang mempolitisi keadaan. Karena itu, perusahaan perlu melakukan komunikasi dengan komunitas atau masyarakat agar mereka dapat berhubungan timbal balik. Termasuk di dalamnya adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka sehingga bisa difungsikan sebagai sumber tenaga kerja di perusahaan.

Komunitas atau masyarakat inilah stakeholder utama perusahaan yang terkait dengan implementasi CSR, di samping pemerintah.94