• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran Mahasiswa Program Studi Kesehatan

2. Hubungan Status Gizi dengan Kebugaran

a. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kebugaran

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara gizi kurang, baik dan gizi lebih (Almatsier, 2010). IMT merupakan alat sederhana yang digunakan untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Penambahan berat badan sering terjadi karena penambahan lemak tubuh yang disebabkan kurangnya aktivitas. Berat badan berhubungan dengan kebugaran, kekuatan, kecepatan, ketahanan, ketangkasan, dan penampilan.

Indeks massa tubuh yang lebih akan menimbulkan timbunan lemak dalam tubuh. Timbunan lemak dalam tubuh akan membungkus jaringan viseral yang menyebabkan jaringan bekerja lebih kuat dalam menyuplai oksigen guna menghasilkan energi oleh karena itu jantung perlu memompa pada frekuensi yang sering. Selain itu, efek samping dari berat badan berlebih, yakni terdapat sel dan otot yang membesar mempengaruhi kebutuhan nutrisi yang lebih besar dan menyebabkan peningkatan denyut jantung. Hal ini menimbulkan ketidakefisienan fungsi jantung sehingga seseorang dengan berat badan lebih tersebut akan mengalami kelelahan jauh lebih dini daripada kondisi normal (Martins D dkk., 2003). Sehingga, kelebihan berat badan umumnya menyebabkan penurunan kebugaran karena peningkatan kebutuhan energi pada sistem aerobik untuk melakukan pergerakan.

Berdasarkan analisis univariat diketahui sebagaian besarIMT mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 dalam keadaan normal. Komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang

digambarkan dengan dua komponen yaitu lemak tubuh dan masa tubuh. Gambaran kategori IMT menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2008) terbagi atas kurang, normal dan lebih, yakni sebesar 13,3% mahasiswa memiliki status gizi kurang, 76% normal dan hanya 10% yang lebih.Sementara, hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan kebugaran pada mahasiswa, kemungkinan disebabkan oleh faktor lain yang lebih besar pengaruhnya.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan pada pekerja Indocement di Bogor, yakni tidak terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan VO2maks. Hasil uji hubungan memiliki nilai koefisiensi negatif, yang berarti semakin tinggi nilai IMT maka semakin rendah nilai VO2maks nya. Hubungan yang tidak signifikan ini disebabkan oleh perubahan perilaku seperti meningkatkanya pengetahuan mengenai kesehatan sehingga terjadi peningkatan dalam frekuensi atau durasi olahraga sehingga hal tersebut dapat meningkatkan nilai VO2maks nya (Kharisma TamimidanRimbawan, 2015). Berdasarkan uji korelasi bivariat juga tidak ada hubungan signifikan antara nilai IMT dengan VO2maks peserta club. Hasil itu disebabkan karena banyak faktor lain yang mempengaruhi kebugaran seseorang selain nilai IMT dan pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan kecil sehingga korelasi bivariat menghasilkan hubungan yang tidak signifikan.

Pribris, dkk (2010) menggunakan IMT sebagai salah satu komponen pengukuran kebugaran dalam evaluasi komposisi tubuh. Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian Pibris (2010) diperoleh hubungan

langsung yang signifikan antara nilai rata-rata VO2maks dengan IMT

oleh penelitian Sari (2014) yang menunjukkan adanya hubungan antara status gizi berdasarkan indeks masa tubuh dengan kebugaran. Penelitian Anam dkk (2010) sejalan dengan kedua penelitian sebelumnya, yaitu indeks massa tubuh subjek yang inaktif lebih tinggi dibandingkan indeks massa tubuh subjek yang aktif. Sehingga, menyebabkan kebugaran subjek inaktif lebih rendah dibandingkan dengan subjek yang aktif (Anam dkk., 2010).Sementara, hasil penelitian lainnya menyatakan bahwa indeks massa tubuh sangat terkait dengan persentase lemak tubuh (p = 0,01). Diketahui terdapat hubungan positif yang kuat dan signifikan antara kebugaran dan indeks massa tubuh pada anak-anak underweight dan perempuan overweight dengan skor kebugaran tinggi.

Intervensi yang dapat dilakukan pada mahasiswa Pogram Studi Kesehatan Masyarakat untuk peningkatan kebugaran adalah senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali dalam seminggu selama dua bulan. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Galih (2012) bahwa terdapat pengaruh dari latihan senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali seminggu selama 2 bulan pada remaja putri obesitas terhadap penurunan berat badan sebesar 66,78%dan peningkatan kebugaran pada remaja tersebut (Galih Tri Utomo dkk., 2012).

b. Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran

Persen lemak tubuh juga merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam penilaian status gizi seseorang. Diketahui kehilangan timbunan lemak tubuh akan meningkatkan efisiensi biomekanik. Keseimbangan antara IMT dan persentase lemak tubuh harus terus dijaga karena status IMT dan persentase lemak tubuh merupakan dua hal yang saling mempengaruhi pada risiko penyakit degeneratif akibat penambahan berat badan yang berhubungan

dengan peningkatan proporsi lemak tubuh (Hapsari dkk., 2007). Penurunan kebugaran juga dipengaruhi oleh persen lemak tubuh. Persen lemak tubuh seseorang bergantung dari aktivitas fisik, pola konsumsi dan genetiknya. Perempuan cenderung memiliki kebugaran yang lebih rendah dibandingkan laki karena persen lemak tubuh perempuan lebih besar dibanding laki-laki(Sharkey J. Brian, 2013).

Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antar persen lemak tubuh dengan karena jumlah responden perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki. Hasil statistik menunjukkan bahwa sebagian besar

mahasiswa memiliki persen lemak tubuh yang lebih. Dalam pengukuran kebugaran cardiorespiratory ini, menggunakan kemampuan sistem sirkulasi dan respirasi paru dalam menyediakan cadangan oksigen selama aktivitas dengan melibatkan kelompok besar otot (Nieman, 2001). Sementara, semakin besar persen lemak dalam tubuh, semakin rendah komposisi otot dalam tubuh dan mempengaruhi kebugarannya.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pribris, dkk (2010) pada mahasiswa Andrew University. Hasil study cohort yang dilakukan sejak tahun 1996-2008 pada 5101 mahasiswa di Andrew University menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan linier yang signifikan antara persen lemak tubuh dan tahun baik pada laki-laki maupun pada perempuan

serta terdapat hubungan tidak langsung yang signifikan antara VO2maks

dengan persen lemak tubuh mahasiswa (Pribis dkk., 2010). Hasil ini juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Macmurray dan Ondrak (2008) yang menyatakan bahwa tingkat kebugaran juga dipengaruhi oleh massa otot dan massa lemak (Ira WolinskydanJudy A. Driskell, 2006). Penelitian lainnya juga

menyatakan hal yang sama bahwa remaja yang memiliki tingkat daya tahan paru-paru dan jantung yang tinggi secara signifikan memiliki total simpanan lemak tubuh yang rendah (Jonatan R Ruiz dkk., 2006).

Lain halnya dengan penelitian Hermanto (2012) diketahui bahwa sebagian besar wanita vegetarian memiliki tingkat kebugaran sangat kurang. Namun, IMT dan persentase lemak tubuh dalam kategori normal. Sehingga hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara persen lemak tubuh dengan kebugaran jasmani. Pola makan menghindari bahan makanan hewani diduga menjadi penyebab IMT dan persentase lemak tubuh subjek sebagian besar berada dalam kategori normal. Pola konsumsi vegetarian yang lebih banyak mengonsumsi serat, sedikit asam lemak jenuh kalori menyebabkan akumulasi lemak tubuh sedikit.

Intervensi yang dapat dilakukan pada mahasiswa Pogram Studi Kesehatan Masyarakat untuk peningkatan kebugaran adalah senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali dalam seminggu selama dua bulan. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Galih (2012) bahwa terdapat pengaruh dari latihan senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali seminggu selama 2 bulan pada remaja putri obesitas terhadap penurunan persen lemak tubuh sebesar 86,42% dan peningkatan kebugaran pada remaja tersebut (Galih Tri Utomo dkk., 2012).

Dokumen terkait