• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program StudiKesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program StudiKesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBUGARANPADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH

HASANAH PUTRI

1111101000123

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

Specialisation NUTRITION OF PUBLIC HEALTH Thesis, June 2015

Hasanah Putri, NIM: 1111101000123

The Factors Associated with Fitness to The Students of Public Health UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in 2015

v+ 130 pages, 25 tables, 3 charts , 3 attachments

ABSTRACT

A dynamic rotation in the pattern of life resulting from technological developments that facilitate the work to be effective and efficient had a negative impact on fitness. The pattern of life thus causing low physical activity becomes a problem in almost all levels of society. Fitness in adolescents particularly affects aerobic power fitness in adulthood. Low fitness in adolescence would have an impact on the low fitness is also in adulthood and elderly. If this happens repeatedly, then the person's chances of developing degenerative disease is greater. Based on the results of preliminary studies, it was found that 66.7% of students do not fit are shown from the average level of fitness based on the estimated value VO2maks 23,34ml/kg/min in women and 32,3ml/kg/min in men. Therefore, this study aimed to analyze factors associated with fitness to the students of Public Health UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in 2015.

This is a quantitative research with cross sectional study design. Research began in January to June 2015 with the subject of Public Health student at the State Islamic University of Jakarta who are still active in the period 2014/2015 and 19-22 years old were 60 students were taken by sampling frame FKIK students using proportional sampling technique.

Based on the results of the study, showed that factors associated with fitness to the students of Public Health 2015 is the nutritional status based on percent body fat (pvalue 0,000), gender (pvalue 0.000), lung vital capacity (pvalue 0,001) and physical activity (pvalue 0,001). The variables that are not associated in this study is the nutritional status based on BMI, intake of carbohydrates, protein intake, fat intake, vitamin B1, folate, manganese intake and smoking status. Based on these results, it is suggested to Community Health Studies Program is expected to make fitness activities to increase one of them with physical activity. For Public Health students are encouraged to take the time to exercise lecture was interrupted activity. While for other researchers are expected to conduct research with other study design and use of the fitness test different methods that can be known variation of results with different methods and multivariate analyses.

(6)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI MASYARAKAT

Skripsi, Juni 2015

Hasanah Putri, NIM: 1111101000123

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program StudiKesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 v+130 halaman, 25 tabel, 3 bagan, 3 lampiran

ABSTRAK

Pergeseran pola hidup yang dinamis akibat dari perkembangan teknologi yang memudahkan pekerjaan menjadi efektif dan efisien ternyata berdampak negatif pada kebugaran. Pola hidup demikian menyebabkan rendahnya aktivitas fisik yang menjadi masalah hampir di seluruh kalangan.Kebugaran pada remaja khususnya kekuatan aerobik mempengaruhi kebugaran di masa dewasa. Kebugaran yang rendah di masa remaja akan berdampak pada kebugaran yang rendah juga di masa dewasa dan lanjut usia. Apabila hal ini terus menerus terjadi, maka peluang seseorang terserang penyakit degeneratif lebih besar. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, ditemukan bahwa sebesar 66,7% mahasiswa tidak bugar ditunjukkan dari rata-rata tingkat kebugaran berdasarkan estimasi nilai VO2maks 23,34ml/kg/menit pada perempuan dan 32,3ml/kg/menit pada laki-laki. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional study. Penelitian dimulai sejak bulan Januari sampai Juni 2015 dengan subjek mahasiswa Kesehatan Masyarakat di Universitas Islam Negeri Jakarta yang masih berstatus aktif pada periode 2014/2015 dan berusia 19-22 tahun berjumlah 60 orang.yang diambil berdasarkan sampling frame mahasiswa FKIK dengan menggunakan teknik proportional sampling.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Tahun 2015 adalah status gizi berdasarkan persen lemak tubuh (Pvalue 0,000), jenis kelamin (Pvalue 0,000), kapasitas vital paru (Pvalue 0,001) dan aktivitas fisik (Pvalue 0,001). Adapun variabel yang tidak berhubungan dalam penelitian ini adalah status gizi berdasarkan IMT, asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak, vitamin B1, zat besi, mangan dan status merokok. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada Program Studi kesehatan Masyarakat diharapkan dapat membuat kegiatan peningkatan kebugaran salah satunya dengan aktivitas fisik. Bagi mahasiswa Kesehatan Masyarakat dianjurkan untuk meluangkan waktu disela aktivitas kuliah untuk berolahraga. Sedangkan bagi peneliti lain diharapkan melakukan penelitian dengan disain studi lain dan menggunakan metode tes kebugaran yang berbeda sehingga dapat diketahui variasi hasil dengan berbagai metode tersebut. Serta menggunakan analisa data sampai pada tahap multivariat untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kebugaran mahasiswa.

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Hasanah Putri

Tempat tanggal lahir : Jakarta, 11 November 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

No. Telp : 08568536692

Alamat email :

Alamat : Jl. Harsono RM No.45A Rt 008/04 Kelurahan Ragunan Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan RIWAYAT PENDIDIKAN

1998-1999 TK Pangastuti Ragunan Jakarta Selatan 1999-2005 SDN 09 Pagi Ragunan Jakarta Selatan

2005-2008 SMPN 107 Jakarta

2008-2011 SMAN 34 Jakarta

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah s.w.t. yang atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBUGARAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2015.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik teknis maupun materi mengingat akan kemampuan penulis yang belum mencapai kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan bagi penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada :

1. Ir. Febrianti M.Si , selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dari awal hingga akhir penulisan laporan skripsi ini

2. Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes, selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dari awal hingga akhir penulisan laporan skripsi ini

3. Rekan-rekan gizi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang saling memberikan dukungan baik di saat susah ataupun senang

4. Bapak/Ibu dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan semoga dapat diaplikasikan dalam kehidupan peneliti 5. Mama, Mamas, Bunda dan Bule nur yang tidak hentinya memberikan kasih sayang,

(9)

dipanjatkan demi kesuksesan peneliti. Terima kasih banyak atas dukungan baik moril maupun materil

6. Mereka yang berkontribusi besar dalam membantu baik dari perizinan, pengadaan alat tes, pengumpulan teori, data dan banyak lagi (Kepada Ahmad afif mauludi, Stevan dan Achmad Yulianto)

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan skripsi ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Thanks All

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih kurang dari sempurna, sehingga peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan dimasa yang akan datang. Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Jakarta, Juli 2015

(10)

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

C. Pertanyaan Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 8

1. Tujuan Umum ... 8

2. Tujuan Khusus ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 11

1. Manfaat Bagi program Studi Kesehatan Masyarakat ... 11

2. Manfaat bagi Peneliti ... 11

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

BAB II ... 13

TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Kebugaran ... 13

1. Jenis Kebugaran ... 14

2. Komponen Kebugaran ... 15

3. Pengukuran Kebugaran ... 19

B. Mahasiswa ... 25

C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran ... 26

(11)

8. Aktivitas Fisik ... 59

D. Kerangka Teori ... 63

BAB III ... 61

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS ... 61

A. Kerangka Konsep ... 61

B. Definisi Operasional ... 64

C. Hipotesis ... 67

BAB IV ... 89

METODOLOGI PENELITIAN ... 89

A. Desain Penelitian ... 89

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 89

C. Populasi dan Sampel ... 89

1. Populasi ... 90

2. Sampel ... 90

3. Besar Sampel ... 91

4. Teknik Pengambilan Sampel ... 92

D. Pengumpulan Data ... 92

1. Sumber data ... 93

2. Alur Pengumpulan Data ... 93

3. Instrumen Penelitian ... 94

4. Pengukuran ... 95

E. Teknik Manajemen dan Analisa Data ... 100

1. Penyuntingan ... 100

HASIL PENELITIAN ... 103

1. Gambaran Distribusi Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 103

2. Gambaran Distribusi Status Gizi pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 104

a. Indeks Massa Tubuh (IMT) ... 104

(12)

3. Gambaran Distribusi Asupan Zat Gizi pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 105

a. Asupan Karbohidrat ... 105

b. Asupan Protein ... 106

c. Asupan Lemak ... 106

d. Asupan Vitamin B1 ... 107

e. Asupan Zat Besi ... 107

f. Asupan Mangan ... 108

5. Gambaran Distribusi Jenis Kelamin Mahasiswa pada Program Studi Kesehatan Masyarakat108 6. Gambaran Distribusi Status Merokok pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 109 7. Gambaran Distribusi Kapasitas Vital Paru pada Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat ... 109

8. Gambaran Distribusi Aktivitas Fisik pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 110 9. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat... 111

10. Hubungan Status Gizi dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat... 111

a. Hubungan Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kebugaran Mahasiswa 111 b. Hubungan Status Gizi Berdasarkan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran Mahasiswa .... 112

11. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat... 113

a. Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kebugaran Mahasiswa ... 113

b. Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran Mahasiswa ... 113

c. Hubungan Asupan Lemak dengan Kebugaran Mahasiswa ... 114

d. Hubungan Asupan Vitamin B1 dengan kebugaran Mahasiswa ... 115

e. Asupan Zat Besi ... 115

f. Asupan Mangan ... 116

12. Hubungan Status Merokok dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat... 117

13. Hubungan Kapasitas Vital Paru dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 117

14. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat... 118

(13)

PEMBAHASAN ... 106

A. Keterbatasan Penelitian ... 106

B. Kebugaran Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 106

C. Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat... 108

1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebugaran ... 108

2. Hubungan Status Gizi dengan Kebugaran ... 111

a. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kebugaran ... 111

b. Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran ... 113

3. Asupan Zat Gizi ... 116

a. Asupan Karbohidrat ... 116

b. Asupan Protein ... 118

c. Asupan Lemak ... 120

4. Status Merokok ... 125

5. Kapasitas Vital Paru ... 127

6. Aktivitas Fisik ... 129

BAB VII ... 128

SIMPULAN DAN SARAN ... 128

A. SIMPULAN ... 128

B. SARAN ... 130

(14)
(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(16)

Kesehatan dan kebugaran khususnya pada anak dan remaja mempengaruhi kebugaran pada masa dewasa(Kemper dkk., 2001). Berdasarkan Amsterdam Growth and Health Longitudinal Study (AGAHLS) melalui studicohortnya pada subjek berjumlah 400 anak laki-laki dan perempuan (usia rata-rata 13 tahun) yang diikuti selama 20 tahun diketahui bahwa kebugaran pada remaja khususnya kekuatan aerobik mempengaruhi kebugaran di masa dewasa. Kebugaran yang rendah di masa anak-anak akan berdampak pada kebugaran yang rendah juga di masa dewasa (Kemper dkk., 2001). Apabila hal ini terus menerus terjadi, maka peluang seseorang terserang penyakit degeneratif lebih besar (Carnethon dkk., 2005).

Berbagai unsur kebugaran saling berhubungan erat, diantaranya daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot, kekuatan otot, serta kelenturan dan komposisi tubuh.Penelitian cohort yang dilakukan olehCarnethon (2005), diperoleh hasil bahwa salah satu komponen kebugaran yaitu ketahanan cardiorespiratory yang rendah berhubungan dengan tingginya tingkat mortalitas dan morbiditas populasi pada kelompok umur 19-49 tahun. Penelitian ini juga menyatakan bahwa orang dengan tingkat kebugaran yang rendah cenderung memiliki kadar lipoprotein dan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan tingkat kebugaran yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan kebugaran yang merupakan komponen kesehatan esensial dan sebagai prasyarat untuk suatu organisme berinteraksi secara optimal dalam berbagai stimulus di lingkungan sekitar(Carnethon dkk., 2005).

(17)

merupakan sesuatu yang ada didalam tubuh seseorang dan bersifat menetap, seperti : genetik, umur dan jenis kelamin. Faktor eksternal adalah faktor dari luar tubuh seseorang, diantaranya: gizi, merokok danistirahat. Selain itu, aktivitas fisik juga diketahui sebagai faktor lain yang cukup mempengaruhi kebugaran(Afriwardi, 2011).Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pibris (2010) mengenai tren kebugaran sejak tahun 1996 hingga 2008 dengan subjek penelitian mahasiswa Andrew University berjumlah 5101 orang diperoleh bahwa terjadi perubahan pada Indeks Massa Tubuh (IMT) dan persen lemak tubuh secara fluktuatif dan kaitannya dengan kebugaran mahasiswa yang diukur dengan VO2maks. Terjadinya peningkatan IMT dan persen lemak tubuh menurunkan kebugaran mahasiswa tersebut. Survei kebugaran lainnya yang dilakukan Carnethon (2005) pada 16.000 responden di Amerika Serikat yang terdiri dari 7.500 usia remaja (12-19 tahun) dan 8.500 dewasa (20-49 tahun) diketahui bahwa 33,6% populasi remaja dan 13,9% populasi dewasa memiliki tingkat kebugaran yang rendah.

(18)

penelitiannya dinyatakan bahwa subjek dengan aktivitas fisik sedang berisiko memiliki tingkat kebugaran rendah 4kali lebih tinggi dibanding subjek dengan aktivitas tinggi. Sementara, subjek dengan aktivitas fisik rendah berisiko tidak bugar 10,7 kali lebih tinggi. Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa sebesar 88,7% responden berstatus tidak bugar dengan faktor mempengaruhinya, yaitu jenis kelamin, asupan energi, aktivitas olahraga dan zat besi(Nurwidyastuti, 2012).

Peneliti memilih mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat sebagai subjek penelitian karena berdasarkan hasil yang dipaparkan dalam penelitian Muizzah (2013), yaitu sebesar 61,7% mahasiswi yang masuk kedalam kategori tidak bugar dengan rata-rata tingkat kebugaran cardiorespiratory sebesar 112,45-119,39kali/menit (Muizzah, 2013). Hasil tersebut diperkuat dengan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap mahasiswaFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengikuti tes kebugaran dengan metode 20 m shuttle run.Kemudian dihitung volume oksigen maksimalnya berdasarkan pencapaian level dan balikan pada lintasan tes. Diketahui bahwa mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat memiliki nilai kebugaran yang paling rendah dibandingkan mahasiswa Program Studi lainnya di FKIK. Nilai rata-rata VO2maks (kebugaran) mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat sebesar 23,82 ml/kg/menit. Selanjutnya, diikuti dengan Program Studi Ilmu Keperawatan dengan rata-rata VO2maks 23,85ml/kg/menit, Program Studi Pendidikan Dokter 24,32 ml/kg/menit dan Program Studi Farmasi dengan nilai rata-rata VO2maks sebesar 25,45 ml/kg/menit.

(19)

bugar dengan rata-rata tingkat kebugaran sedang berdasarkan estimasi nilai VO2maks 41,8ml/kg/menit. Idealnya intensitas latihan menghasilkan nilai VO2maks 33,8-41,25ml/kg/menit. Sehingga, hasil studi pendahuluan diketahui bahwa tingkat kebugaran mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat rendah dengan rata-rata kebugaran perempuan lebih rendah dibanding laki-laki.

Mahasiswa sebagai bagian dari penerus bangsa harus mempersiapkan diri untuk membangun bangsa. Oleh karena itu, kondisi tubuh yang sehat dan bugar sangat diperlukan karena kondisi tersebut merupakan salah satu faktor pencegahan yang tepat dari penyakit degeneratif di masa depan. Rendahnya kebugaran mahasiswa yang akan berdampak negatif di masa depannya membuat peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Rumusan Masalah

(20)

terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diketahui bahwa mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat memiliki nilai VO2maks paling rendah diantara Program Studi lainnya di FKIK. Pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat itu sendiri diperoleh hasil bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki tingkat kebugaran yang rendah setelah mengikuti tes kebugaran dengan metode 20 m shuttle run test.Tingginya prevalensi tidak bugar pada mahasiswi program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah menjadi landasan peneliti tertarik untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

C. Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?

2 Bagaimana gambaran status gizi menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dan persen lemak tubuh pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?

3 Bagaimana gambaran asupan zat gizi khususnya Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamn B1, Zat Besi dan Manganpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?

4 Bagaimana gambaran status merokok pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?

(21)

6 Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015?

7 Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015? 8 Apakah ada hubungan antara status gizi menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) dan

persen lemak tubuh) dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?

9 Apakah ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?

10 Apakah ada hubungan antara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?

11 Apakah ada hubungan antara asupan lemak dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?

12 Apakah ada hubungan antara asupan vitamin B1 dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?

13 Apakah ada hubungan antara asupan zat besi dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?

(22)

15 Apakah ada hubungan antara status merokok dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?

16 Apakah ada hubungan antara kapasitas vital paru dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?

17 Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?

18 Faktor apa yang paling berpengaruh terhadapkebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

(23)

c. Diketahuinya gambaran asupan zat gizi khususnya Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamn B1, Zat Besi dan Manganpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

d. Diketahuinya gambaran status merokok pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

e. Diketahuinya gambaran kapasitas vital paru pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

f. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

g. Diketahuinya hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan persen lemak tubuh dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

h. Diketahuinya hubungan antara asupan karbohidrat dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

i. Diketahuinya hubungan antara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

j. Diketahuinya hubungan antara asupan lemak dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

(24)

l. Diketahuinya hubungan antara asupan zat besi dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

m. Diketahuinya hubungan antara asupan mangan dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

n. Diketahuinya hubungan antara status merokok dengan kebugaranpada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

o. Diketahuinya hubungan antara kapasitas vital paru dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

p. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

(25)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah meliputi manfaat bagi pihak Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan bagi peneliti.

1. Manfaat Bagi program Studi Kesehatan Masyarakat

a. Pihak Prodi mengetahui kebugaran serta hubungan faktor yang mempengaruhi kebugaran mahasiswa Program studi Kesehatan Masyarakat untuk segera melakukan upaya preventif terhadap masalah tersebut.

b. Terlaksananya salah satu upaya untuk melakukan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

c. Sebagai tambahan referensi karya tulis penelitian yang berguna bagi masyarakat luas di bidang kesehatan masyarakat, khususnya terkait kebugaran mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat

2. Manfaat bagi Peneliti

a. Sebagai media untuk mengaplikasikan Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah dipelajari.

b. Menambah wawasan peneliti terkait kebugaran dan faktor yang mempengaruhinya.

(26)

F. Ruang Lingkup Penelitian

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebugaran

Menurut Hoeger (2014) kebugaran adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan yang biasa dan tidak biasa dilakukannya sehari-hari secara aman tanpa ada kelelahan dan masih memiliki cadangan energi untuk melakukan aktivitas lainnya. Pendapat lain menyatakan kebugaran merupakan suatu keadaan yang dimiliki atau dicapai seseorang dalam kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan aktifitas fisik tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Hermanto, 2012). Sementara, menurut Sarwono (2000) kebugaran sebagai hasil daya tahan aerobik bergantung pada variabel fisiologis, seperti peran pengangkutan dan penggunaan oksigen dari udara ke otot-otot aktif dalam metabolisme aerobik daripada bergantung pada variabel-variabel yang didasarkan pada ukuran anthropometric.

(28)

1. Jenis Kebugaran a. Aerobik

Suatu sistem yang diproduksi energi dan bergantung pada ketersediaan oksigen disebut metabolisme aerobik (BoyledanLong, 2010). Olahraga aerobik yang mengutamakan daya tahan pada kerja otot optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk mengangkut oksigen. Dengan tersedianya oksigen maka proses pembakaran sumber energi dapat berjalan sempurna. Proses ini dilakukan secara berkesinambungan dalam waktu yang cukup lama. Cabang olahraga yang termasuk dalam kelompok ini adalah renang jarak menengah dan jauh, dayung, lari jarak jauh, balap sepeda jarang menengah dan jauh (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013a).

b. Anaerobik

(29)

Proses metabolisme energi secara anaerobik akan menghasilkan produk asam laktat yang apabila terakumulasi akan menghambat kontraksi otot dan menimbulkan rasa nyeri (Murray, 2009). Hal ini yang menjadi alasan olahraga anaerobik tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama.

2. Komponen Kebugaran

Komponen kebugaran/kebugaran terdiri atas dua aspek diantaranya: a) komponen yang berhubungan dengan kesehatan (health related fitness) dan b) komponen yang berhubungan dengan keterampilan (skill related fitness). Komponen kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan antara lain: koordinasi, keseimbangan, kecepatan, power, dan kecepatan waktu reaksi. Sedangkan, komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dibutuhkan dan harus dicapai oleh semua orang tanpa terkecuali. Komponen “health related fitness” terdiri dari daya tahan jantung-paru (cardiorespiratory), kekuatan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh (Irfan, 2011). Berikut adalah komponen kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan adalah:

a. Ketahanan Cardiospiratory

(30)

paru dalam menyediakan cadangan oksigen selama aktivitas dengan melibatkan kelompok besar otot (Nieman, 2001). Kemampuan pengambilan oksigen selama aktifitas fisik menggambarkan kemampuan metabolisme yang dimiliki setiap individu.

Salah satu cara pengukuran ketahanan kardioresporatori adalah dengan mengukur VO2maks atau jumlah oksigen yang maksimal terambil. Beberapa cara pengukuran ketahan lainnya yang dapat dilakukan, yaitu: mengendarai ergometer sepeda (ergocycle),berlari pada ergometer (treadmill), berjalan, jogging, lari atau jalan cepat selama 12 menit (Nieman, 2001). Berolahraga atau melakukan aktivitas fisik membutuhkan lebih banyak energi dan oksigen dari tubuh. Oleh sebab itu, beberapa organ penting seperti jantung, paru-paru dan pembuluh darah harus mengantarkan oksigen dalam jumlah yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan sel-sel didalam tubuhnya. Sehingga, orang yang memiliki daya tahan cardiorespiratory rendah, harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen, darah dan lainnya (HoegerdanHoeger, 2011b). American College Sport and Medicine (ACSM) telah merekomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik tingkat moderat atau sedang dengan frekuensi 3-5 hari selama 20-30 menit dalam satu kali aktivitas fisik (Nieman, 2011).

b. Kekuatan Otot

(31)

akan berkontraksi yang disertai dengan pemendekkan (isotonic) (Nieman, 2001). Kekuatan otot yang diatur selama beraktivitas adalah kekuatan maksimal isometric yang dipengaruhi oleh faktor fisiologis tubuh manusia. Faktor yang mempengaruhinya adalah usia dan jenis kelamin (HoegerdanHoeger, 2011a)

c. Fleksibilitas

Fleksibilitas merupakan ukuran capaian gerak pada sendi atau kelompok sendi tanpa menyebabkan cedera. Kelenturan adalah standar maksimal untuk bergerak yang dapat dilakukan oleh persendian. Kelenturan berkaitan dengan persendian, otot, tendon dan ligamen yang berada disekeliling persendian (Nieman, 2007). Beberapa faktor fisiologis yang dapat mempengaruhi fleksibilitas, antara lain: usia, jenis kelamin, komponen sendi dan latihan atau kebiasaan olahraga (HoegerdanHoeger, 2011a).

d. Komposisi Tubuh

(32)

2001).Persentase lemak tubuh yang dianjurkan untuk laki-laki sekitar 15% dan 23% untuk perempuan dari total bobot tubuh (Wilkins, 2007).

Metode untuk memprediksi total komposisi tubuh, khususnya persen lemak tubuh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : secara langsung dan tidak langsung. Metode perhitungan persen lemak tubuh secara langsung memberikan ketepatan yang paling baik dibandingkan dengan metode perhitungan tidak langsung. Namun, metode langsung tidak dapat diaplikasikan pada subyek yang masih hidup. Beberapa metode perhitungan persen lemak tubuh secara tidak langsung yang umum digunakan dan memiliki validitas dan reliabilitas tinggi, yaitu metode underwater weighing, rongenologi, USG, CT scan, BIA (Bioelectrical Impedance Analyses) dan metode anthropometricdengan teknik skinfold.

(33)

sensitivitas responden terhadap sentuhan. Selain itu, pada pelaksanaannya dibutuhkan keterampilan khusus pada saat pengukuran.Sehingga, pada penelitian ini, alat yang peneliti pilih dalam mengukur persen lemak tubuh yang lebih praktis dengan tingkat keakuratan yang tinggi adalah BIA (Bioelectrical Impedance Analyses).

3. Pengukuran Kebugaran

Pengukuran terhadap komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan melalui pengukuran volume oksigen maksimal (VO2maks). VO2maks adalah jumlah oksigen maksimal dalam tubuh manusia yang berguna untuk beraktivitas sehari-hari dalam satuan ml/kg/menit (HoegerdanHoeger, 2011a). Menurut Nieman (2011), VO2maks merupakan kapasitas oksigen maksimal dalam tubuh yang diambil, didistribusikan dan digunakan tubuh selama beraktivitas. Nilai VO2maks dipengaruhi oleh tiga fungsi tubuh yaitu 1) fungsi sistem pernafasan, untuk menentukan jumlah oksigen yang ditransportasikan melalui darah dan diserap oleh paru-paru. 2) fungsi sistem muskolaskeletal yang bertugas mengubah karbohidrat dan lemak menjadi Adenosine Triphosphate (ATP) sebagai energi untuk melakukan kontraksi otot dan produksi panas. 3) fungsi dari sistem kardiovaskular yang berperan dalam memompa dan mendistribusikan oksigen dalam darah ke seluruh tubuh(HoegerdanHoeger, 2014).

(34)

menyebutkan bahwa pengukuran kebugaran dibagi atas dua jenis yaitu kebugaran langsung dan tidak langsung, seperti berikut :

a. Tes Kebugaran Langsung

Pengukuran VO2Maks terbagi atas dua cara, yaitu pengukuran secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran VO2maks secara langsung dengan menggunakan alat seperti treadmill dan ergometer seperti berikut :

1) Tes Treadmill

Treadmill test adalah tes kebugaran dengan menggunakan alat khusus yang dapat diatur kecepatan dan kemiringannya. Tes ini bertujuan untuk mengukur kapasitas aerobik maksimal seseorang (VO2maks) untuk menggambarkan derajat kebugaran (Puskesjasrek, 2000).Tes treadmill merupakan tes maksimal yang paling sering digunakan. Hasil tes ini berupa nilai kebugaran dalam MET-s atau dalam ml O2/kg BB/menit. Tes ini dilakukan dengan menggunakan alat treadmill dan stopwatch yang dilakukan selama 4 menit. Kecepatan alat treadmill yang dianjurkan pada rentang 2 sampai 4.5 mphdan kemudian dihitung menggunakan rumus (Ashok, 2008)seperti pada persamaan (2.1) berikut:

(2.1)

Keterangan:

0 = jenis kelamin perempuan 1 = jenis kelamin laki-laki

VO2 Maks =1,51 + (21.8 x kecepatan) – (0.327 x denyut jantung) –

(0.263 x kecepatan x umur) + (0.00504 x denyut jantung x umur) + 5.98n x jenis kelamin)

(35)

2) Tes Ergometer Sepeda

Tes kebugaran ini hampir sama dengan treadmill, yang membedakan hanya alat yang digunakan yaitu cycle ergometer. Ergocycle Test yaitu tes mengayuh sepeda argometer yang dipergunakan untuk menilai tingkat kebugaran berdasarkan kemampuan aerobik seseorang pelaksanaan tes ini dibedakan menjadi dua model pembebanan, yaitu pembebanan sub maksimal dan pembebanan maksimal. Pengukuran denyut nadi dilakukan selama 4 menit dan setiap menit diberikan beban tambahan jika denyut nadi per menit telah memenuhi batas yang ditentukan (HoegerdanHoeger, 2014). Tes ini merupakan tes submaksimal, yang sering dilakukan adalah tes ergometer sepeda Astrand dan Fox. Hasil tes adalah nilai kebugaran dalam ml O2/kg BB/menit.

Penelitian Hapsari (2007),terhadap remaja Persatuan Sepak Bola Pasuruan menunjukkan bahwa latihan yang terprogram dan terukur dapat memberikan peningkatan kapasitas VO2maks antara 10%-20% menjelaskan bahwa kebugaran khususnya kapasitas aerobik dapat ditingkatkan melalui latihan aerobik dengan memperhatikan faktor seperti intensitas latihan, frekuensi latihan dan lama latihan dalam training zone.

(36)

kapasitas vital paru siswa yang berjalan kaki dan yang tidak berjalan kaki dapat dikatakan sama atau tidak berbeda secara signifikan (Alfian, 2012)

b. Tes Pengukuran Tidak Langsung

Pengukuran tes VO2maks secara tidak langsung terbagi atas dua jenis tes naik turun tangga dan tes lapangan. Tes naik turun tangga telah berkembang, diantaranya : 1) YMCA 3 minutes step test adalah tes kebugaran yang dilakukan dengan menggunakan kurs setinggi 12 cm dengan pengaturan metronome 96 bpm. 2) Queen’s College step test adalah jenis tes kebugaran yang dengan cara naik turun kursi sebanyak 24 kali dalam satu menit untuk laki-laki dan 22 kali dalam satu menit untuk perempuan yang dilakukan selama tiga menit, 3) Canadian home fitness test merupakan tes kebugaran dengan metode naik turun tangga setinggi 20.3 cm dan4) Chester step test dengan menggunakan tinggi kursi yang bervariasi antara 15-30 cm yang disesuaikan dengan tingkat aktivitas dan usia responden (Ashok, 2008).

1) Tes Balke

Tes Balke adalah tes kebugaran yang dilakukan dengansubjek berjalan cepat atau berlari selama 15 menit dengan jarak tempuh 1 atau 1.5 mil. Salah satu prosedur dari tes Balke ini subjek tidak boleh berhenti diam atau istirahat di dalam lintasan (Budiman, 2014). Kebugaran subjek dapat dihitung dengan persamaan (2.2), berikut:

(2.2) Keterangan:

(37)

Tes lari 15 menit Balke merupakan tes maksimal yang dilakukan di lapangan.Tes ini merupakan tes lapangan yang baik dan sering digunakan untuk tes kebugaran atlet bersama dengan tes lari 12 menit dari tes Cooper(HoegerdanHoeger, 2011a).

2) Tes Cooper

Tes kebugaran sama hampir sama dengan tes Balke, yang berbeda hanya lama waktu dari tes yang harus dijalani oleh subjek, yakni : tes kebugaran Cooper diukur dengan berlariatau berjalan selama 12 menit dengan jarak 2,4 Km (dalam menit), dan 4,82 Km untuk berjalan cepat (HoegerdanHoeger, 2011a).

3) Shuttle Run Test 20 m

(38)

Pada penelitian ini, tes kebugaran yang digunakan adalah 20m shuttle run test. Terdapat beberapa persamaan yang dibuat oleh para peneliti untuk estimasi nilai VO2maks dengan menggunakan shuttle run test. Estimasi nilai VO2maks dengan menggunakan shuttle run test dengan melihat tabel berikut :

Tabel 2.1

Estimasi Nilai VO2maks berdasarkan level 20 m shuttle run test

Level VO2maks (ml/kg/menit) Level VO2maks (ml/kg/menit)

1 17.20 11 50.50

Sumber : (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005)

Persamaan (2.3) yang memprediksi nilai VO2maks(Matsuzaka dkk., 2004), yaitu:

B. (2.3) Keterangan :

VO2maks = Asupan oksigen maksimum (ml/kg/menit)

G = Jenis kelamin (0 untuk laki-laki ; 1 untuk perempuan)

A = Usia (tahun)

BMI = Indeks Massa Tubuh (Kg/m2)

TL = Total lap

Menurut (Puskesjasrek, 2000)kategori VO2maks (ml/kg/min) terbagi atas lima kategori, seperti yang tercantum pada tabel berikut:

(39)

Tabel 2.2 Kategori VO2maks

Kategori VO2maks (ml/Kg/min)

<30 31-39 40-49

Sangat kurang

<25.0 <25.0 <25.0

Kurang 25.0 – 33.7 25.0 – 30.1 25.0-26.4 Sedang 33.8 – 42.5 30.2 – 39.1 26.5 – 35.4 Baik 42,6 – 51.5 39.2 – 48.0 35.5 – 45.0 Baik sekali 51.6 + 47.1 + 45.1 + Sumber : (Puskesjasrek, 2000)

Metode metode 20m shuttle run test dipilih sebagai metode tes kebugaran pada penelitian ini karena mudah, dapat melakukan tes dalam satu waktu (7-8 peserta tes), hasil cepat diperoleh serta dapat dilakukan didalam dan diluar ruangan.

B. Mahasiswa

Menurut Sarwono (2000) mahasiswa adalah setiap orang yang resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran diperguruan tinggi dengan batas usia 18-30 tahun. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh status sosial karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan kaum intelektual atau cendekiawan yang dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan predikat (Tonni Limbong, 2013).

(40)

aktivitas fisik mahasiswa dan berdampak pada rendahnya tingkat kebugaran mereka. Fenomena tersebut juga diperparah dengan jadwal kuliah mahasiswa yang padat membentuk mereka untuk nyaman dalam perilaku sedentarinya.

C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran 1. Jenis Kelamin

Menurut Kementerian Kesehatan (2008), jenis kelamin adalah perbedaan seks yang didapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi untuk mencapai kebugaran individu yang sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan. Tingkat kebugaran pada wanita cenderung lebih rendah dibandingkan pria, hal ini terkait dengan perbedaan kadar hemoglobin, komposisi tubuh dan tingkat aktifitas fisik (Hermanto, 2012).

Teori Worthington (2000), menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin akan menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang karena pertumbuhan dan perkembangan individu cukup berbeda antara laki-laki dan perempuan. Teori ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni (2013) pada laki-laki dan perempuan usia produktif yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kebugaran nilai (p=0,003). Sehingga, dapat dikatakan bahwa penelitian ini ada hubungan antara tingkat kebugaran jasmani antara responden pria dan wanita usia produktif (Nugraheni, 2013).

(41)

lebih banyak dibandingkan anak perempuan.Hal tersebut juga terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh Saqurin (2013) dengan subjek mahasiswa yang mengikuti UKM Taekwondo di Universitas Airlangga menunjukkan bahwa kadar VO2maks (kebugaran) pada perempuan lebih kecil dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 36%. Namun sebaliknya, pada penelitian yang dilakukan oleh (Prabowo, 2014). Menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi latihan dengan jenis kelamin terhadap kebugaran anggota klub jantung sehat Mugas Kota Semarang Tahun 2013 (Saqurin, 2013).

(42)

2. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara gizi kurang, baik dan gizi lebih (Almatsier, 2010). Salah satu faktor yang mempengaruhi kebugaran adalah gizi. Gizi merupakan suatu proses yang dilakukan makhluk hidup mulai dari pencernaan didalam rongga mulut hingga sekresi. Gizi berkontribusi dalam aspek kebugaran yakni: ketahanan dan kekuatan tubuh yang berkaitan dengan status gizi, meliputi : pemenuhan gizi makanan dengan kemampuan melaksanakan tugas sehari-hari. Sehingga dalam pelaksanaannya, tubuh membutuhkan asupan gizi yang sesuai berdasarkan fungsi dari zat gizi dalam makanan (sebagai sumber energi, bahan pembangun dan bahan pengatur). Oleh sebab itu, untuk mencapai kebugaran diperlukan gizi karena gizi mampu meningkatkan kebugaran.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ali (2012) menunjukkan bahwa Status gizi dan motivasi belajar secara bersama-sama memberi kontribusi terhadap kebugaran mahasiswa Program Studi Pendidikan Olahraga Kesehatan Universitas Jambi sebesar 45,83% (Ali, 2012). Parameter status gizi pada penelitian ini dilihat berdasarkan indeks massa tubuh dan persen lemak tubuh responden.

a. Penilaian Status Gizi

(43)

pengukuran dimensi dan komposisi tubuh yang bervariasi dari berbagai tingkatan seperti umur dan kebutuhan gizi (Gibson, 2005).

Kelebihan dari pengukuran antropometri, yaitu memberikan informasi tentang riwayat gizi seseorang di masa lalu, mampu mendeteksi malnutrisi tingkat sedang maupun parah yang tidak dapat diperoleh dari metode pengukuran lainnya. Selain itu, kelebihan dari pengukuran ini adalah relatif cepat, mudah dan reliable karena telah memiliki metode yang terstandardisasi serta peralatan yang terkaliberasi. Namun, metode ini tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi status kekurangan (defisiensi) gizi tertentu (Gibson, 2005). Cara ukur yang biasa digunakan meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar lengan, atas dan tabal lemak dibawah kulit

1) Indeks Massa Tubuh

Index Massa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supriasa, 2002). Berikut rumus (2.4) untuk mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) seseorang :

(2.4)

Menurut Depkes (2004) Kategori IMT terbagi atas : Tabel 2.3

Klasifikasi IMT

Kategori IMT Klasifikasi < 18.5 Kg/m2 Kurang 18.5 – 24.9 Kg/m2 Normal

≥ 25 Kg/m2 Lebih

Sumber : (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2008)

IMT = Berat Badan (Kg)

(44)

Indeks massa tubuh yang lebih akan menimbulkan timbunan lemak dalam tubuh. Timbunan lemak dalam tubuh akan membungkus jaringan viseral yang menyebabkan jaringan bekerja lebih kuat dalam menyuplai oksigen guna menghasilkan energi oleh karena itu jantung perlu memompa pada frekuensi yang sering. Selain itu, efek samping dari berat badan berlebih, yakni terdapat sel dan otot yang membesar mempengaruhi kebutuhan nutrisi yang lebih besar dan menyebabkan peningkatan denyut jantung. Hal ini menimbulkan ketidakefisienan fungsi jantung sehingga seseorang dengan berat badan lebih tersebut akan mengalami kelelahan jauh lebih dini daripada kondisi normal (Martins D dkk., 2003). Sehingga, kelebihan berat badan umumnya menyebabkan penurunan kebugaran karena peningkatan kebutuhan energi pada sistem aerobik untuk melakukan pergerakan.

Pribris,dkk (2010) menggunakan IMT sebagai salah satu komponen pengukuran kebugaran dalam evaluasi komposisi tubuh. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hubungan langsung yang signifikan antara nilai rata-rata VO2maks dengan IMT mahasiswa (p <0,001) (Pribis dkk.,

2010). Sementara, penelitian Sarwono (2000) menunjukkan bahwa

(45)

sebelumnya, yaitu IMT subjek yang inaktif lebih tinggi dibandingkan IMT subjek yang aktif (p=0,011). Sehingga, menyebabkan kebugaran subjek inaktif lebih rendah dibandingkan dengan subjek yang aktif (Anam dkk., 2010).Sementara, hasil penelitianlainnya menyatakan bahwa IMT sangat terkait dengan persentase lemak tubuh (p = 0,01). Diketahui terdapat hubungan positif yang kuat dan signifikan antara kebugaran dan IMT pada anakunderweight dan perempuan overweight dengan skor kebugaran yang tinggi (Monyeki MA dkk., 2012).

(46)

Intervensi yang dapat dilakukan untuk peningkatan kebugaran adalah senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali dalam seminggu selama dua bulan. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Galih (2012) bahwa terdapat pengaruh dari latihan senam aerobik low impact yang dilakukan 3 kali seminggu selama 2 bulan pada remaja putri obesitas terhadap penurunan berat badan sebesar 66,78% yang disertai dengan peningkatan kebugaran pada remaja tersebut (Galih Tri Utomo dkk., 2012).

a) Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu pengukuran anthropometric yang paling sering digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan status gizi. Pengukuran berat badan mampu menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang manusia. Hasil pengukuran berat badan banyak digunakan sebagai alat ukur laju pertumbuhan fisik yang berkaitan dengan kecukupan status gizi pada individu sehat. Lain halnya dengan individu yang memiliki kelainan dalam metabolisme ataupun memiliki riwayat penyakit lain. Gangguan tersebut tentu akan mempengaruhi berat badan individu tersebut (Gibson, 2005).

(47)

menggambarkan pertumbuhan seseorang, 3) ukuran Anthropometric yang digunakan secara umum di Indonesia 4)ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur, 5) KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisian, 6) penilaian berat badan terhadap tinggi badan sudah terbukti sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur, 7) alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal masyarakat.

b) Tinggi Badan

Tinggi badan mampu menggambarkan status gizi masa lalu dan masa kini,apabila umur seseorang tidak diketahui dengan tepat. Selain itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua terpenting dalam pengukuran status gizi karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Supriasa, 2002).

2) Persen Lemak Tubuh

(48)

lambatya aliran listrik sampai dari satu kutub ke kutub lain. Saat ini telah berkembang alat pengukuran persen lemak tubuh yang portable dan telah ter komputerisasi, sehingga hasil dapat segera terlihat pada monitor langsung setelah pengukuran dilakukan (Nieman, 2011). Metode ini adalah yang paling populer digunakan karena selain faktor ketersediaan, BIA juga mudah digunakan untuk masyarakat umum.Seperti metode pengukuran pada umumnya, metode BIA memiliki kelemahan yaitu sangat sensitif terhadap status hidrasi seseorang dan latihan fisik yang dapat menyebabkan dehidrasi. Sehingga pemeriksaan harus melibatkan populasi dengan status hidrasi sama. Pada penelitian ini, pengukuran persen lemak tubuh dilakukan sebelum tes kebugaran berlangsung.

Pribris, dkk (2010) menggunakan persen lemak tubuh sebagai salah satu indikator yang dikaitkan dengan kebugaran mahasiswa Andrew University. Hasil studi cohort yang dilakukan sejak tahun 1996-2008 pada 5101 mahasiswa di Andrew University menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan linier yang signifikan antara persen lemak tubuh dan tahun

baikpada laki-lakimaupun pada perempuan serta terdapathubungan tidak

langsung yang signifikan antara VO2maks dengan persen lemak tubuh

mahasiswa dengan nilai (r = -0,489; p< 0,001) untuk laki-laki dan (r = -0,416

, p<0,001) untuk perempuan. Hal tersebut dapat terlihat dari rata-rata

peningkatan persen lemak tubuh mahasiswa dalam 13 tahun terakhir, yaitu

sebesar 0,513% pertahun pada laki-laki dan 0,654% pertahun pada

(49)

Hasil berbeda diperoleh dari penelitian Macmurray dan Ondrak (2008) yang menyatakan bahwa tingkat kebugaran juga dipengaruhi oleh massa otot dan massa lemak (Ira WolinskydanJudy A. Driskell, 2006). Penelitian lainnya juga menyatakan hal yang sama bahwa remaja yang memiliki tingkat daya tahan paru-paru dan jantung yang tinggi secara signifikan memiliki total simpanan lemak tubuh yang rendah (Jonatan R Ruiz dkk., 2006).

Pada penelitian Hermanto (2012) diketahuibahwa sebagian besar wanita vegetarian memiliki tingkat kebugaran sangat kurang. Namun, IMT dan persentase lemak tubuh dalam kategori normal (65,1%) dan baik (62,8%). Sehingga, hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara persen lemak tubuh dengan kebugaran jasmani dengan nilai r = -0,243 dan p = 0,117. Pola makan menghindari bahan makanan hewani diduga menjadi penyebab IMT dan persentase lemak tubuh subjek sebagian besar berada dalam kategori normal. Pola konsumsi vegetarian yang lebih banyak mengonsumsi serat, sedikit asam lemak jenuh kalori menyebabkan akumulasi lemak tubuh yang sedikit.

(50)

3. Asupan Gizi

Asupan gizi adalah salah satu faktor penentu kebugaran. Asupan gizi yang baik akan menghasilkan energi yang cukup, karena energi dibutuhkan oleh tubuh untuk beraktivitas. Energi merupakan zat yang sangat esensial bagi manusia dalam menjalankan metabolisme basal (proses tubuh yang vital), melakukan aktivitas, pertumbuhan dan pengaturan suhu (Hardinsyah, dkk, 2012). Energi dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang terdapat di dalam makanan. Karbohidrat sendiri menyumbang sebesar 4,1 kkal/g, sedangkan lemak dan protein masing-masing menyumbang energi sebesar 8,87 kkal/g dan 5,65 kkal/g (Almatsier, 2010). Kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (Institute Of Medicine, 2005).

Kebutuhan energi seseorang merupakan konsumsi energi yang berasa dari makanan sumber penghasil energi berdasarkan ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas sesuai untuk memelihara kesehatan jangka panjang. Angka kecukupan energi adalah banyaknya asupan makanan dari seseorang yang seimbang dengan pengeluarannya sesuai dengan susunan dan ukuran tubuh, tingkat kegiatan jasmani dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan fisiologis tubuh dalam waktu lama (Hardinsyah dkk., 2012).

Tabel 2.4

(51)

Zat Gizi

a. Pengukuran Asupan Gizi

Asupan energi banyak dipengaruhi oleh asupan zat gizi makro yang menjadi sumber energi utama dalam tubuh. Keberadaan zat makro memiliki peranan penting dalam menjaga kebugaran, seperti berikut ini :

1) Karbohidrat

(52)

Karbohidrat kompleks merupakan zat gizi yang terikat dengan zat gizi lain yaitu protein, lemak, vitamin dan mineral serta serat. Karbohidrat kompleks ini akan lebih lama diserap dan dicerna sehingga didalam tubuh akan bertahan lebih lama, pemecahannya berupa glukosa (Fatmah, 2011).

(53)

rendah IG dalam makanan, maka kenaikan glukosa darah semakin kecil sehingga lambat menghasilkan energi. Sebaliknya, makin tinggi nilai IG, makin cepat melepaskan energi yang ditandai dari meningkatnya kadar gula darah (Fatmah, 2011). Hal ini tentu akan mempengaruhi tubuh saat beraktivitas.

Pada saat melakukan aktivitas, karbohidrat menjadi sumber energi utama dalam proses pembakar glukosa menjadi tenaga. Tubuh mensuplai glukosa yang berasal dari hati dalam bentuk glikogen kedalam otot (BoyledanLong, 2010). Jika energi yang terbentuk hanya digunakan sebagian untuk melakukan aktivitas fisik, maka kelebihannya disimpan dalam bentuk glikogen di hati (70g), otot (20g) dan jaringan lemak cadangan. Semakin lama durasi, intensitas dan frekuensi aktivitas atau olahraga, semakin besar tubuh membutuhkan suplai glukosa.Seseorang yang melakukan aktivitas fisik antara 2-4 jam pada tingkat ringan sampai berat setelahnya dapat menurunkan cadangan karbohidrat serta glikogen dalam tubuh (Fatmah, 2011). Sehingga, kegiatan seperti berlari akan lebih cepat menguras cadangan glikogen dibandingkan dengan jogging atau jalan cepat yang menuntut tubuh menggunakan glikogen secara konservatif.

(54)

dilakukan oleh Sugiarsi (2012) menyatakan bahwa terdapat 28,3% ibu PKK yang tidak bugar akibat asupan karbohidrat yang tidak cukup. Hal ini dapat terjadi karena karbohidrat berfungsi pada proses metabolik dari anabolisme dan katabolisme menjaga persediaan karbohidrat tubuh, memastikan persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan fungsi senyawa penting lainnya(Sugiarsi, 2012). Fungsi lain dari karbohidrat diantaranya sebagai penghemat protein selama proses produksi energi, membantu dalam pembakaran lemak, sumber energi, membantu fungsi usus, membantu serta proses absorpsi kalsium (Wilkins, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 64 karyawan Indocement di Bogor diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupankarbohidrat dengan kebugaran (p >0,05). Hasil yang tidak signifikan kemungkinan karena terdapatnya faktor lain yang lebih mempengaruhi nilai VO2maks subjek seperti faktor genetika serta konsumsi pangan pada masa lampau yang tidak diukur dalam penelitian (Kharisma TamimidanRimbawan, 2015).

2) Protein

(55)

hidrolisis yang terjadi pada ikatan peptida antara asam-asam amino. Saat protein meninggalkan lambung, protein biasanya dalam bentuk proteosa, pepton, polipeptida besar, dan sekitar 15% asam amino. Setelah masuk ke usus halus, hasil pemecahan parsial dibantu oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan karboksipeptidase pankreas untuk melakukan hidrolisis terhadap hasil pemecahan parsial protein menjadi asam amino. Asam amino mengikuti aliran yang sama dengan yang ditempuh monosakarida. Dalam waktu yang bersamaan, dipeptida dan tripeptida dibawa oleh sel epitel melalui transport aktif. Dipeptida dan tripeptida dihidrolisis menjadi asam amino di dalam sel dan melewati kapiler yang ada di dalam villi. Dari kapiler, asam amino diangkut ke dalam darah menuju ke hati melalui sistem peredaran darah portamenuju otot(Elizabeth J.Corwin, 2009).

(56)

dengan baik, protein hanya menyumbang 5% dari kebutuhan bahan bakar untuk energi (BoyledanLong, 2010).

(57)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 80 anak dan remaja di Georgia, AS diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dan kebugaran (daya tahan kardiovaskuler) dengan pola hubungan negatif, yakni semakin tinggi asupan protein maka kebugaran responden tersebut akan semakin rendah (Bernard Gutin dkk., 2002). Penelitian lain yang juga mendukung hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat 3,3% ibu PKK yang tidak bugar akibat asupan protein yang tidak cukup (Sugiarsi, 2012). Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan kebugaran pada pekerja Indocement di Bogor (p>0,05) (Kharisma TamimidanRimbawan, 2015). Penelitian yang juga sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Anam dkk (2010) yang menunjukkan bahwa asupan protein tidak mempengaruhi daya tahan jantung dan paru dengan nilai p= 0,461. Penelitian lain juga mendapatkan hasil yang sama, yakni konsumsi protein tidak berhubungan dengan kesegaran kardiorespirasi atlet sepakbola PERSIBA Bantul (p-value = 0,378) (Fery Lusviana Widiany dkk., 2014).

3) Lemak

(58)

vitamin larut lemak. Sekitar 3-7% berasal dari lemak tidak jenuh dan10% diantaranya berasal dari lemak jenuh serta kolesterol (Fatmah, 2011).

Konsumsi kolesterol dibatasi yaitu tidak lebih dari 300mg per hari. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah penumpukan kolesterol di beberapa organ tubuh yang tentunya akan membahayakan kesehatan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010). Seseorang dapat menyimpan 25-30pon lemak tubuh tetapi pada karbohidrat hanya tersimpan sekitar 1 pon. Bila mengonsumsi lemak kurang dari kebutuhan kalori total tidak akan memberi keuntungan pada kinerja dan kebugaran fisik. Demikian pula dengan mengonsumsi lemak lebih dari 35% dari kebutuhan kalori total maka akan berbahaya untuk kesehatan. HDL (High Density Lipoprotein) dan LDL (Low Density Lipoprotein) adalah jenis lemak yang berkombinasi dengan protein yang disebut lipoprotein. Apabila mengandung banyak sedikit lemak dan banyak protein disebut HDL dan bila banyak mengandung lemak dan kurang protein disebut LDL (Murray, 2009). Olahraga aerobik secara teratur dapat meningkatkan kadar HDL. Kolesterol dibutuhkan olah tubuh untuk membangun membran sel, sintesis vitamin D, hormon adrenal, estrogen dan hormon lain serta membangun garam empedu (Murray, 2009).

(59)

dapat mengkonversi cadangan glikogen menjadi glukosa untuk digunakan sebagai energi. Selain itu, Trigliserida otot juga bisa dikonversi menjadi asam lemak dan digunakan untuk energi, 5) Otot-otot yang bekerja dapat mengambil glukosa dan asam lemak yang beredar di tubuh dari dalam darah dan metabolisme mereka sebagai energi. Otot dilatih untuk mampu menggunakan lemak sebagai sumber energi, sehingga ketika latihan dapat menggunakan lebih lemak untuk energi daripada glukosa (BoyledanLong, 2010). Hal tersebut dapat menghemat pasokan glikogen untuk jangka waktu yang lama.

(60)

Konsumsi tinggi lemak berdampak buruk pada tubuh karena tidak dapat menghasilkan VO2maks lebih dari 60%. Konsumsi tinggi lemak (>30% total kalori) diketahui menurunkan asupan karbohidrat, sehingga glikogen otot tidak dapat dijaga. Selain itu, asupan makanan tinggi lemak juga dapat menyebabkan obesitas, meningkatkan risiko jantung koroner, stroke dan kanker. Hasil penelitian yang dilakukan Sugiarsi (2012) diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan kebugaran kelompok ibu PKK di Kecamatan Banjarsari.

Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi susu rendah lemak sebagai pengganti susu yang biasa dikonsumsi mahasiswa. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Kameswara (2015) bahwa terdapat perbedaaan nilai VO2maks dan jarak tempuh lari atlet pada pemberian susu rendah lemak (p<0,05). Pemberian susu rendah lemak dapat meningkatkan nilai VO2 maks dan jarak tempuh lari yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian minuman lainnya (Iqbal Kameswara P.S., 2015).

4) Air

(61)

yang dihasilkan oleh kerja otot (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013a). Tubuh akan memanas akibat pelepasan energi selama beraktivitas termasuk kehilangan air melalui keringat.

Kuantitas keringat yang dihasilkan bergantung pada intensitas dan durasi aktivitas atau latihan. Hal tersebut biasa terjadi pada atlet. Semakin intens latihan, semakin tinggi panas yang dihasilkan dan semakin banyak keringat yang dikeluarkan (Fatmah, 2011). Jika tidak segera mengganti air yang hilang, volume plasma dalam tubuh akan berkurang dan tubuh akan menarik air dari otot-otot dan organ. Ketika air ditarik dari otot, maka terjadi kram yang bersamaan dengan prematur kelelahan dan penurunan kinerja serta penurunan kadar plasma darah (BoyledanLong, 2010).

(62)

5) Vitamin & Mineral

Aktivitas fisik mampu meningkatkan kegiatan metabolisme zat gizi yang diikuti oleh meningginnya kebutuhan zat-zat gizi oleh tubuh termasuk vitamin. Vitamin adalah penghubung dan regulator yang memproduksi energi. Mineral merupakan zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang kecil dan hanya 4% keberadaaannya didalam tubuh. Mineral membantu dalam reaksi fungsional tubuh, seperti memelihara keteraturan metabolisme (Fatmah, 2011). Adapun fungsi vitamin dan mineral selama melakukan aktivitas fisik, diantaranya:

Tabel 2.5

Fungsi Vitamin dan Mineral

Vitamin atau mineral Fungsi

Thiamin, riboflavin, Energy-releasing reactions pantothenic acid, niacin, magnesium

Melepaskan energi

Vitamin B6, zinc Membangun protein otot

Folate, vitamin B12, copper Membangun sel darah merah untuk membawa oksigen

Biotin Mensistesis lemak dan glikogen

Vitamin C Pembentukan kolagen untuk integritas jaringan sendi dan lainnya serta kemampuan antioksidan dapat mengurangi kerusakan jaringan oksidatif

Vitamin E Melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif

Iron Transpor oksigen didalam darah ke otot Calcium, vitamin D, vitamin A,

phosphorus

Membangun struktur tulang, kontraksi otot dan transmisi saraf

Sodium, potassium, chloride Pemeliharaan keseimbangan cairan ; transmisi impuls saraf untuk kontraksi otot

Chromium Asistensi insulin

(63)

Menurut Gibson (2005) metode untuk pengukuran asupan gizi terbagi atas empat level. Pada penelitian ini, metode yang akan peneliti gunakan untuk mengetahui jumlah asupan energi dan zat gizi makro yang dikonsumsi responden yaitu asupan harian individu level empat (asupan zat gizi individu untuk mengetahui hubungannya dengan kebugaran mahasiswa prodi Kesehatan Masyarakat). Pada level ini metode yang dapat digunakan bervariasi yaitu Food Record, Food recall 24 jam, Semi Quantitative Food Frequency Questioner dan Dietary History(Gibson, 2005). Namun, metode yang digunakan peneliti adalah record dan recall 3 x 24 jam yang dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu. Data yang didapatkan dari Record dan Recall 3 x 24 jam dapat dikonversikan menjadi energi dan nurient intake dengan menjumlah konsumsi makanan individu sesuai dengan jumlah yang dikonsumsinya yang akan dimasukan kedalam softwareyaitu Nutrysurvey 2007 (versi Indonesia).

(64)

a) Vitamin B1

Thiamin merupakan vitamin yang larut dalam air,sehingga mudah rusak akibat proses pengolahan. Data rekaman diet menyatakan bahwa cara pengolahan makanan sangat berpengaruh pada nilai biologis vitamin B1 dalam tubuhdihitung berdasarkan komposisi bahan makanan mentah tiap 100 gram bahan(Institute Of Medicine, 2005).

(65)

b) Zat Besi

Zat Besi (Fe) adalah merupakan mikromineral yang paling banyak dalam tubuh manusia. Orang dewasa mengandung Fe dalam tubuhnya antara 2,5 – 4g dimana 2,0 – 2,5g dalam sirkulasi yakni dalam sel darah merah sebagai komponen hemoglobin (Hb) dan 25% merupakan cadangan (iron storage) yang terdiri dari feritin dan haemosiderin terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang (Hartati dkk., 2012). Zat besi sangat diperlukan dalam haemopoiesis (pembentukan darah) yaitu dari sintesa hemoglobin (Hb). Besi dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), dari penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil penyerapan pada saluran pencernaan. Dari ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan sumber utama. Bentuk-bentuk senyawa dari fe diantaranya senyawa heme (hemoglobin, mioglobin, enzim heme) dan poliporfirin (tranfirin, ferritin, dan hemosiderin) (Almatsier, 2010).

c) Mangan

(66)

Jumlah mangan yang besar terdapat dalam tulang, hati, ginjal, pankreas dan pituitaria, tetapi sedikit terdapat pada daging, ikan dan produk susu. Mn juga banyak terdapat pada kacang-kacangan, biji-bijian utuh, dan sayuran. Mn ber fungsi dalam metabolisme intermedier dengan mengaktifkan beberapa enzime.Mangan terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam mitokondria dan berfungsi sebagai faktor penting untuk pengaktifan glikosiltransferase yang berperan sebagai sintesis oligosakarida, glikoprotein, dan proteoglikan. Mangan diperlukan untuk aktifitas superoksida dismutase. Mangan diserap dengan baik melalui usus halus dengan mekanisme yang serupa dengan besi, termasuk transfer melalui sel mukosa ke dalam darah portal. Pada kenyataannya absorpsi Mn2+ meningkat pada defisiensi besi dan dapat dihambat oleh besi. Adanya etanol dalam usus jelas menambah absorpsi Mn2+. Ion mangan dikirim ke hati melalui sirkulasi portal dan disana segera mengadakan keseimbangan dengan Mn2+(Hall dan Guyton, 2008).

4. Umur

(67)

Berdasarkan uji korelasi bivariate penelitian (HarmanidanMansyur, 2013) diperoleh hubungan negatif lemah dan bermakna antara usia dan nilai prediksi VO2maks yang berkaitan dengan kebugaran anggota klub jantung sehat. Hasil tersebut berarti semakin tua seseorang makin rendah nilai prediksi VO2maksnya. Hal tersebut disebabkan semakin bertambahnya usia responden, maka fungsi kardiovaskuler nya semakin menurun.Berbeda dengan Harmanida, penelitian (Prabowo, 2014) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rentang umur terhadap kebugaran anggota klub jantung sehat Mugas Kota Semarang Tahun 2013.

Pada umumnya, semakin tua seseorang, akan terjadi penurunan kebugaran yang disertai dengan penuruan status kesehatan. Gejala tersebut ditandai dengan kurangnya elastisitas jaringan ikat, pengurangan kepadatan kapiler di banyak jaringan, aktivitas mitosis sel menjadi lebih lambat dan sel-sel permanen hilang. Perubahan terkait usia seseorang yang terjadi di jantung, antara lain (Prabowo, 2014): 1) penurunan curah jantung istirahat dan maksimum, 2) penurunan nadi maksimum, 3) peningkatan waktu kontraksi dan relaksasi otot jantung, 4) peningkatan kekakuan otot jantung saat fase diastole, 5) penurunan jumlah sel otot fungsional dan 6) akumulasi pigmen dalam sel otot jantung.

5. Pendidikan

(68)

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan baik spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan serta keterampilan yang dibutuhkan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014). Pendidikan di Indonesia terbagi atas pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang dilaksanakan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, seperti pendidikan jasmani.

Penelitian yang dilakukan oleh Jose´(2008) pada 1709 wanita usia 18-88tahun di Spanyol menunjukkan bahwa tingkat kebugaran seseorang berhubungan dengan tingkat pendidikannya, yaitu orang dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki tingkat kebugaran lebih tinggi dibandingkan orang dengan pendidikan rendah. Hasil uji statistik menunjukkan nilai variabel kebugaran dalam kelompok wanita tingkat pendidikan rendah dengan Pvalue=0,001. Hal tersebut disebabkan karena orang dengan pendidikan tinggi cenderung menggunakan waktu kosong untuk melakukan kegiatan latihan fisik (Jose´ M. Saavedraa dkk., 2008).

(69)

aktifnya Klub Senam Jantung Sehat dan membawa dampak positif terhadap tingkat kesehatan responden tanpa melihat perbedaan riwayat pendidikannya.

Penelitian Harmani dan Mansyur (2008) sejalan dengan penelitian Anita (2004) tentang hubungan variabilitas denyut jantung dengan fungsi kognitif. Hasil penelitian Anita (2004) menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara fungsi kognitif dengan variabilitas denyut jantung serta VO2maks. Walaupun kedua kelompok responden telah mendapatkan edukasi tentang kebugaran sehingga mereka memiliki pengetahuan yang sama yaitu tingkat kebugaran.

6. Status Merokok

Kebiasaan merokok mempengaruhi daya tahan kardiovaskuler karena 4% pada asap tembakau mengandung karbonmonoksida (CO). Afinitas (daya ikat CO pada hemoglobin) sebesar 200-300 kali lebih besar dibandingkan dengan oksigen. Hal tersebut dapat diartikan bahwa CO mampu mengikat hemoglobin lebih cepat dibandingkan dengan oksigen sehingga CO didalam darah menghambat pengangkutan oksigen ke jaringan tubuh. Terhambatnya pengangkutan oksigen akan mengurangi suplai oksigen dari darah menuju jaringan dan sel tubuh. selain karbonmonoksida, zat aditif lain yang terdapat didalam rokok dan merugikan tubuh adalah nikotin. Nikotin menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan menghalangi laju peredaran darah. Hal tersebut dapat mengganggu bahkan menurunkan tingkat kebugaran jasmani seseorang akibat dari rusaknya metabolisme oksigen didalam darah (Aula, 2010).

(70)

Adult Tobacco Survey (GATS), (GATS, 2011:1). Hasil penelitian Hapsari (2014) diperoleh bahwa ada perbedaan yang nyata atau signifikan pada kebugaran siswa putra kelas IX di SMP N 1 Tlogowungu Pati antara siswa perokok dan bukan perokok. Hasil Uji T-test independent diperoleh nilai p (0,004) < α (0,05). Berdasarkan hasil tes penilaian kebugaran menunjukkan bahwa perbedaan pada penilaian kebugaran, antara siswa perokok dan bukan perokok yang termasuk dalam kategori bagus kebugaran nya 21,7% pada siswa perokok dan 65,2% pada siswa bukan perokok, dan terdapat 17,4% siswa perokok memiliki kebugaran yang kurang (Hapsari, 2014).Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eli Erawati (2014) pada 40 dosen laki-laki di Universitas RIAU menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan ketahanan kardiorespirasi (kebugaran) dengan kekuatan korelasi sedang dan arah korelasi negatif.

Gambar

Gambaran Distribusi Kebugaran  pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 103
Gambaran Distribusi Asupan Zat Gizi  pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat
Tabel 2.1 ..............................................................................................................................................
Estimasi Nilai VOTabel 2.1 2maks berdasarkan level 20 m shuttle run test
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang diperoleh adalah:(1) Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara mahasiswa yang memperoleh pembelajaran concept attainment model

Segenap Staf Pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Hal mendalam dan spesifik yang dapat diteliti ialah mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi gambaran nilai profesional keperawatan yang dimiliki mahasiswa Program

Laporan Penelitian berjudul PREVALENSI KETIADAAN OTOT PALMARIS LONGUS PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2010

Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswa peminatan gizi program studi kesehatan masyarakat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tujuan untuk mengetahui

Dari hasil penelitian program studi yang paling mendekati Prodi Matematika FST yang paling diminati oleh Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah adalah Prodi Fisika

Pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh antara kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, dan sikap terhadap niat mahasiswa

Hubungan Pengetahuan dengan Minat Mengikuti Vaksinasi COVID-19 Dari hasil penelitian, sebagian besar responden yang berpengetahuan kurang tidak berminat mengikuti vaksinasi