• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Pengumpulan Data

4. Pengukuran

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : a. Data anthropometric

Data anthropometric pada penelitian ini berupa data berat badan (kg) dan tinggi badan (m2) yang kemudian diolah menjadi data status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Hasil IMT didapatkan dari pembagian antara berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2) dan

menghasilkan IMT (kg/m2). Selanjutnya, hasil perhitungan IMT tersebut dikategorikan sesuai kategori IMT.

1) Kuesioner

Kuesioner pada penelitian ini terbagi atas beberapa bagian. 1) Bagian pertama berisikan data karakteristik individu, yaitu : nama lengkap, usia responden, tanggal lahir responden serta PAR-Q Test yang akan diisi sendiri oleh responden. 2) Bagian kedua pada kuesioner adalah pengukuran dan pencatatan hasil anthropometric dan persen lemak tubuh yang akan diisi oleh petugas penelitian 3) Bagian ketiga kuesioner yang berisikan kuesioner aktivitas fisik yang merupakan adaptasi dari kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ)(WHO, 2005).

2) Bioelectrical Impedance Analyses (BIA)

Data status gizi pada penelitian ini selain anthropometric adalah persen lemak tubuh yang diukur menggunakan alat BIA 2pod. Pengukuran dilakukan oleh peneliti dan petugas yang membantu yang dilakukan setelah pengisian kuesioner. Persen lemak tubuh digunakan untuk menentukan status gizi responden yang berkaitan dengan kebugaran pada mahasiswa tersebut.

b. Data Kebugaran

Data primer kebugaran dikumpulkan dengan pengukuran kebugaran menggunakan metode 20 m shuttle run test berupaNilai VO2maks. Responden diminta untuk berlari bolak-balik dengan jarak 20m sesuai dengan irama yang dibunyikan menggunakan peluit petugas. Selama tes 20m shuttle run berlangsung, petugas pengumpul data menghitung jumlah

lap yang berhasil responden capai hingga responden tersebut tidak mampu untuk untuk berlari lagi atau merasa kelelahan atau responden tertinggal sebanyak 2 lap secara berturut-turut. Dalam satu kali tes ini dapat dilakukan oleh 7-8 responden sekaligus. Adapun prosedur yang perlu dipatuhi oleh peserta tes kebugaran adalah:

1) Peserta diperiksa dalam kondisi tidak gelisah, tenang dan cukup tidur sebelum tes dilakukan

2) Makan pagi secukupnya dan makan 2-3 jam sebelum tes 3) Tidak boleh berolahraga 24 jam sebelum tes dilakukan

4) Tidak boleh merokok sekurang-kurangnya 30 menit sebelum tes dilakukan

5) Tidak boleh mengonsumsi obat-obatan selama 24 jam sebelum tes 6) Menggunakan baju olahraga dan sepatu olahraga

Instrumen yang digunakan berupa stopwatch, tali, pemutar musik, lintasan serta lembar checklist yang berisikan level dan jumlah shuttle yang harus ditempuh dalam setiap level. Pelaksanaan 20 m shuttle run testseperti berikut:

1) Tes lari mengikuti hitungan bleep, peserta tes mulai berlari/jogging, dari garis pertama ke garis

2) Kecepatan berlari harus diatur konstan dan tepat tiba di garis, lalu berbalik arah (pivot) ke garis asal. Jika peserta tes sudah sampai di garis sebelum terdengar bunyi bleep, peserta tes harus menunggu di belakang garis, dan baru berlari lagi saat bunyi bleep. Begitu seterusnya, peserta tes berlari bolak-balik sesuai dengan irama bleep.

3) Lari bolak-balik ini terdiri dari beberapa tingkatan (level). Setiap tingkatan terdiri dari beberapa balikan (shuttle). Setiap level ditandai dengan 3 kali bleep (seperti tanda turalit), sedangkan setiap shuttle ditandai dengan satu kali bleep.

4) Peserta tes berlari sesuai irama bleep sampai tidak mampu mengikuti kecepatan irama tersebut (pada saat bleep terdengar, peserta tes belum sampai di garis). Jika dalam 2 kali berturut-turut peserta tes tidak berhasil mengejar irama bleep, maka peserta tes tersebut dianggap sudah tidak mampu mengikuti tes, dan peserta tersebut harus berhenti. Lakukan pendinginan dengan cara berjalan, jangan langsung berhenti/duduk.

c. Data Status Merokok

Data tentang status merokok diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesionerberupa pengakuan responden terkait status merokok tersebut.

d. Data Aktivitas Fisik

Data tentang aktivitas fisik diperoleh melalui wawancara dengan memberikan kuesioner International Physical Activity Questioner Short Form (IPAQ-SF) kepada responden. Pada variable aktivitas fisik, pengukuran menggunakan instrumen berstandar international yaitu IPAQ-SF dengan tingkat validitas (r= 0,40) (Lee dkk., 2011) dan reabilitas yang cukup besar yaitu 0,70–0,87 (Papathanasiou dkk., 2009). Oleh sebab itu, kuesioner IPAQ pada penelitian ini sudah dapat digunakan tanpa melalui tahap uji validitas dan reabilitas kembali.

Kuesioner tersebut terdiri dari beberapa pertanyaan tentang aktivitas fisik, yaitu waktu olah raga, waktu luang, aktivitas disekolah, dan aktivitas kesenangan lainnya dalam satu minggu. Aktivitas fisik yang dilakukan ditanyakan frekuensinya dalam satu minggu dan berapa menit dalam satu kali mereka melakukan aktivitas tersebut. Setelah itu seluruh aktivitas yang pernah dilakukan dalam satu minggu dijumlahkan seluruhnya. Nilai total aktivitas fisik dapat dilihat dalam MET-s menit/minggu yang berdasarkan pada penjumlahan dari aktivitas berjalan, sedang dan berat. Kategori rendah (jika jumlah aktivitas fisik yang dilakukan < 600 dalam menit), sedang (jumlah aktivitas fisik yang dilakukan > 600 dalam menit) dan berat (jika jumlah aktivitas fisik yang dilakukan >3000 dalam menit)(IPAQ, 2005). e. Data Kapasitas Vital Paru

Pengukuran kapasitas vital paru yang dilakukan dengan menggunakan alat Spirometer dan kemudian hasil dari tes tersebut dicatat dan dihitung sehingga mendapatkan hasil yang sudah dikategorikan.

f. Data Asupan Gizi

Pengukuran asupan gizi pada penelitian ini menggunakan beberapa instrumen berupa :

1) Kuesioner Food Record dan Recall 3x24 Jam

Data asupan gizi responden diketahui dengan kombinasi metode record dan recall 24 jam yang dilakukan selama 3 hari dalam waktu yang berlainan.Record dilakukan oleh responden itu sendiri dan Recall dilakukan oleh mahasiswi peminatan Gizi kesehatan Masyarakat.Metode recall ini berupa wawancara menanyakan makanan yang responden konsumsi selama 24 jam sebelum wawancara

dilakukan serta takaran konsumsinya. Sebelum wawancara dimulai, hasil Record responden akan diminta oleh petugas recall atau peneliti guna mencocokkan hasil recall yang akan berlangsung dengan hasil record responden sehari sebelum recall dilakukan. Selain itu, pada saat wawancara Recall, peneliti menggunakan Food modelsebagai panduan dalam menentukan besar porsi makanan yang dikonsumsi responden. Food model merupakan alat tiga dimensi yang menyerupai bentuk dan ukuran yang sama makanan sesungguhnya. Alat ini memudahkan responden untuk memperkirakan besar, bentuk serta jumlah porsi makanan yang mereka makan sehari-hari.

Hal ini bertujuan untuk mengurangi bias dari kekuatan ingatan responden. Selanjutnya, hasil Recall 24 jam segera diketik dan diolah dengan menggunakan software yaitu Nutrisurvey 2007 (versi Indonesia). Sehingga segera diperoleh jumlah zat gizi yang responden konsumsi dalam satuan gr.

E. Teknik Manajemen dan Analisa Data

Dokumen terkait