V. HUBUNGAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN DAERAH,
5.1 Hubungan Tata Kelola Pemerintahan dengan Penyediaan
Infrastruktur di Indonesia
Hubungan antara tata kelola pemerintahan dengan penyediaan infrastruktur pada bagian ini dieksplorasi dengan korelasi pearson. Ada tiga aspek tata kelola pemerintahan yang diduga terkait dengan penyediaan infrastruktur, yaitu: interaksi Pemda dengan pelaku usaha, kapasitas dan integritas kepala daerah, dan kebijakan infrastruktur.
Hambatan yang paling banyak dikeluhkan oleh para pelaku usaha adalah mengenai kondisi infrastruktur. Untuk itu dimensi interaksi Pemda dengan pelaku usaha menggambarkan bagaimana dari interaksi yang terjalin tersebut Pemda merespon dan menyelesaikan permasalahan yang ada.
Masalah penyediaan infrastruktur sangat terkait dengan birokrasi dan keberpihakan. Untuk itu dengan kapasitas dan integritas kepala daerah diduga akan berpengaruh terhadap penyediaan infrastruktur melalui kebijakan dan tindakan yang bebas korupsi mengingat penyediaan infrastruktur sangat rawan terhadap terjadinya korupsi.
Aspek kebijakan infrastruktur diharapkan menjadi pelengkap untuk memberikan gambaran terhadap penyediaan infrastruktur selama ini. Aspek ini merupakan potret penilaian pelaku usaha terhadap kondisi infrastruktur yang ada. Interaksi Pemerintah Daerah dengan Pelaku Usaha
Berdasarkan nilai korelasi pearson pada Tabel 13, terlihat bahwa dari sembilan variabel hanya ada tiga variabel interaksi Pemda dengan pelaku usaha yang berhubungan signifikan dengan infrastruktur jalan, yaitu adanya pengertian Pemda mengenai kebutuhan pelaku usaha, adanya diskusi permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha, dan adanya penyediaan fasilitas pendukung oleh Pemda. Adapun infrastruktur air bersih dan listrik hanya berkorelasi secara signifikan dengan pengetahuan pelaku usaha mengenai keberadaan forum komunikasi.
Tabel 13 Nilai korelasi infrastruktur jalan dengan variabel interaksi Pemda dengan pelaku usaha tahun 2010
Variabel interaksi Pemda dengan pelaku usaha Infrastruktur
Jalan Air Listrik
Q61: Keberadaan forum komunikasi 0,094 0,189*** 0,172***
Q62R1: Kepala daerah memberi solusi 0,057 0,037 0,056
Q62R2: Solusi sesuai dengan harapan 0,041 0,037 0,005
Q62R3: Institusi terkait menindaklanjuti 0,068 0,042 -0,005
Q64R1: Pemda mengerti kebutuhan 0,106* 0,040 0,082
Q64R2: Mendiskusikan kebijakan publik 0,080 0,043 0,072
Q64R3: Mendiskusikan permasalahan 0,116* 0,049 0,034
Q64R5: Penyediaan fasilitas pendukung 0,118* 0,088 0,094
Q71: Hambatan keseluruhan isu interaksi Pemda -0,028 -0,170 -0,016
dengan pelaku usaha
Keterangan: *, dan *** masing-masing merupakan tingkat signifikansi taraf 10% dan 1%. Sumber: Data olahan
Adanya pengertian Pemda akan kebutuhan pelaku usaha diharapkan akan meningkatkan respon Pemda dengan mengeluarkan kebijakan yang mendukung dunia usaha. Sedangkan adanya diskusi akan permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha juga diharapkan akan dapat dicarikan solusi bersama untuk mengatasinya sehingga kegiatan usaha dapat berjalan dengan lancar.
Pemberian fasilitas dari Pemda yang mendukung dunia usaha, maka akan meningkatkan kinerja perusahaan yang pada gilirannya akan meningkatkan output dan PDRB per kapita meningkat. Ketentuan mengenai fasilitas dukungan terhadap dunia usaha diatur di dalam Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, sebagaimana telah dilakukan dua kali perubahan, yaitu melalui Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, dan perubahan kedua melalui Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Menurut peraturan presiden tersebut, terdapat tiga fasilitas kunci yang telah disediakan, yaitu: (i) Dana Tanah (the Land Funds) merupakan dana yang dialokasikan untuk membantu investor dalam pembiayaan pengadaan tanah dan untuk mengatasi masalah ketidakpastian harga tanah., (ii) Pembiayaan
Infrastruktur (the Infrastructure Fund), (iii) Dana Penjaminan (the Guarantee Fund). Ketiga fasilitas tersebut telah berdiri dan beroperasi secara penuh dalam mendukung program Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS). Oleh karena itu, semakin banyak pemberian fasilitas yang mendukung dunia usaha, maka akan membantu kinerja perusahaan sehingga perusahaan bekerja dengan lebih efisien yang pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat daerah.
Kapasitas dan Integritas Kepala Daerah
Kinerja pemerintahan, selain dipengaruhi oleh terlembaganya suatu sistem, juga tergantung pada pejabat pemerintah yang menjalankannya. Suatu sistem yang sudah terlembaga dengan baik dapat memberikan batas dan rambu-rambu yang kuat untuk meminimalisasi penyimpangan para pejabat pelaksananya. Namun dalam suatu sistem yang lemah, peran para pejabat yang melaksanakannya bisa mengabaikan sistem yang ada. Beberapa studi menunjukkan temuan tentang pentingnya peran kepala daerah (bupati/walikota) dalam tata kelola pemerintahan. Hasil studi JPIP tahun 2007 di Jawa Timur menemukan bahwa pengambil keputusan utama lahirnya inovasi daerah berada di tangan kepala daerah hingga mencapai 73 persen.
Namun, berdasarkan nilai korelasi pearson pada Tabel 14, diketahui bahwa tidak ada satu pun varibel integritas dan kapasitas kepala daerah yang berkorelasi nyata terhadap infrastruktur jalan, air, dan listrik. Hal ini diduga karena hubungan antara integritas dan kapasitas tidak berdiri sendiri, tetapi bergantung pada variabel struktural lainnya, seperti potensi wilayah dan APBD. Kepala daerah pada intinya hanya sebagai pengelola suatu daerah. Untuk pengembangan infrastruktur, seperti jalan, yang sifatnya barang publik, kepala daerah akan sangat bergantung kepada besaran APBD yang dikelolanya. Semakin besar APBD yang dikelolanya, dengan integritas dan kapasitasnya akan meningkatkan keberpihakan sehingga alokasi belanja infrastruktur jalan juga semakin besar. Namun jika APBD yang dikelolanya kecil, walaupun kepala daerahnya berintegritas tentunya akan mengalami kendala pendanaan, apalagi banyak alokasi lain yang juga urgen untuk kesejahteraan masyarakat. Sehingga kepala daerah yang berintegritas dan
berkapasitas merupakan syarat perlu pembangunan infrastruktur, dan masih bergantung pada faktor lainnya.
Tabel 14 Korelasi infrastruktur dengan variabel-variabel integritas dan kapasitas kepala daerah tahun 2010
Variabel kapasitas dan integritas kepala daerah Infrastruktur
Jalan Air Listrik
Q79R1: Pemahaman kepala daerah mengenai
persoalan pelaku usaha
Q79R2: Pejabat daerah ditunjuk berdasarkan
keterampilan yang relevan
Q79R3: Kepala daerah tegas terhadap tindakan
pemberantasan korupsi
Q79R4: Kepala daerah tidak melakukan tindakan
korupsi
Q79R5: Kepala daerah merupakan figur pemimpin
yang kuat
Q82: Dampak keseluruhan kapsitas dan integritas
0,081 0,069 0,094 0,002 0,071 0,070 0,032 0,075 0,011 0,017 -0,058 0,022 0,031 0,104 0,079 0,029 0,017 0,082 kepala daerah
Sumber: Data olahan
Kebijakan Infrastruktur
Akses infrastruktur yang digunakan dalam penelitian ini sejalan dengan penilaian pelaku usaha mengenai kondisi infrastruktur di daerah. Artinya, semakin baik tingkat akses masing-masing infrastruktur juga dinilai semakin bagus kondisi infrastrukturnya oleh para pelaku usaha. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi positif dan signifikan antara ketiga jenis infrastruktur yang dikaji dengan variabel kondisi infrastruktur (Tabel 15). Hubungan searah dan nyata antara infrastruktur fisik dan persepsi pelaku usaha memperkuat kualitas data yang digunakan.
Tabel 15 Korelasi infrastruktur dengan variabel-variabel kebijakan infrastruktur tahun 2010
Variabel kebijakan infrastruktur Infrastruktur
Jalan Air Listrik
Q114a: Kondisi infrastruktur 0,158** 0,305*** 0,243***
Q114b: Lama perbaikan -0,099 -0,091 -0,002
Q106: Pemakaian genset -0,132
Q108: Lama pemadaman listrik -0,254***
Keterangan: ** dan *** masing-masing merupakan tingkat signifikansi taraf 5% dan 1%. Sumber: Data olahan
Indeks Tata Kelola Pemerintahan
Secara agregat tata kelola pemerintahan berhubungan positif dengan penyediaan infrastruktur, seperti terlihat pada Tabel 16. Adapun dari tiga aspek tata kelola yang diduga berhubungan dengan infrastruktur hanya aspek kebijakan infrastuktur yang berkorelasi nyata secara statistik.
Tabel 16 Korelasi infrastruktur dengan indikator tata kelola tahun 2010
Indikator Infrastruktur
Jalan Air bersih Listrik
Interaksi Pemda denga pelaku usaha 0,089 -0,007 0,015
Kapasitas dan integritas kepala daerah 0,025 0,038 0,038
Kebijakan infrastruktur 0,171*** 0,207*** 0,309***
Indeks tata kelola pemerintahan 0,157** 0,157** 0,172***
Keterangan: *, **, *** masing-masing merupakan tingkat signifikansi taraf 10%, 5%, dan 1%. Sumber: Data olahan