V. HUBUNGAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN DAERAH,
5.2 Hubungan Tata Kelola Pemerintahan dengan Pertumbuhan
di Indonesia
Akses Lahan dan Kepastian Hukum
Berdasarkan Tabel 17, dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu pun variabel akses lahan yang berhubungan signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini diduga karena masalah akses lahan belum menjadi masalah utama bagi pelaku usaha, apalagi untuk keperluan tempat usaha masih bisa dilakukan dengan cara sewa. Selain itu, dengan perkembangan teknologi beberapa jenis usaha tidak memerlukan lahan yang luas. Walaupun terdapat permasalahan akses lahan, pelaku usaha masih tetap dapat menjalankan usahanya, sehingga perekonomian tetap tumbuh.
Tabel 17 Korelasi akses lahan dan kepastian hukum dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2010
Variabel akses lahan dan kepastian hukum Korelasi Pearson
Q31: Lama penyelesaian sertifikat tanah -0,016
Q34: Kemudahan memperoleh tanah -0,046
Q38: Persepsi tidak ada penggusuran -0,091
Q40: Persepsi tidak ada konflik tanah 0,023
Q42: Hambatan keseluruhan isu tanah dan kepastian hukum -0,016
Perizinan Usaha
Tabel 18 menunjukkan bahwa hanya dua variabel aspek perizinan usaha yang berkorelasi positif dan signifikan dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu: banyaknya kepemilikan TDP dan pengetahuan mengenai adanya mekanisme pengaduan. Banyaknya kepemilikan TDP dapat mengindikasikan kemudahan pengurusan izin usaha sehingga akan mendorong investor untuk membuka usahanya di daerah, yang pada akhirnya akan mendongkrak perekonomian daerah tersebut.
Keberadaan mekanisme pengaduan dapat mengatasi permasalahan perizinan yang dihadapi oleh para pelaku usaha. Semakin banyak pelaku usaha yang mengetahui adanya mekanisme pengaduan maka pelaku usaha akan mengetahui kemana harus mengadu apabila mengalami kendala dalam pengurusan perizinan. Hal ini akan memudahkan penyelesaian permasalahan perizinan yang dihadapi, sehingga akan memperlancar kegiatan investasi yang pada akhirnya akan mendorong perekonomian.
Tabel 18 Korelasi perizinan usaha dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2010
Variabel perizinan usaha Korelasi Pearson
Q50aR1: Persentase perusahaan yang memiliki TDP 0,251***
Q51cR1: Persepsi kemudahan perolehan TDP -0,069
Q51dR1: Rata-rata waktu perolehan TDP 0,045
Q52cR1: Persepsi tingkat biaya yang memberatkan usaha -0,090
Q54R1: Persepsi bahwa pelayanan izin usaha adalah bebas KKN 0,016
Q54R2: Persepsi bahwa pelayanan izin usaha adalah efisien -0,001
Q54R3: Persepsi bahwa pelayanan izin usaha adalah bebas pungli 0,027
Q57: Persentase yang mengetahui adanya mekanisme pengaduan 0,224***
Q59: Persepsi tingkat hambatan izin usaha terhadap usahanya -0,050
Keterangan: *, **, *** masing-masing merupakan tingkat signifikansi taraf 10%, 5%, dan 1%. Sumber: Data olahan
Interaksi Pemerintah Daerah dengan Pelaku Usaha
Terdapat enam variabel interaksi Pemda dengan pelaku usaha yang signifikan (Tabel 19). Keberadaan forum komunikasi, adanya solusi dari kepala daerah, adanya tindak lanjut dari instansi terkait terhadap solusi yang diberikan, adanya pengertian Pemda akan kebutuhan pelaku usaha, adanya pelibatan pelaku usaha dalam pembuatan kebijakan publik, dan pemberian fasilitas pendukung bagi para pelaku usaha berkorelasi secara positif dengan pertumbuhan ekonomi.
Tabel 19 Korelasi interaksi pemerintah daerah-pelaku usaha dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2010
Variabel interaksi Pemda dengan pelaku usaha Korelasi Pearson
Q61: Keberadaan forum komunikasi 0,245***
Q62R1: Kepala daerah memberikan solusi pelaku usaha 0,117*
Q62R2: Solusi sesuai dengan harapan pelaku usaha 0,090
Q62R3: Institusi Pemda terkait menindaklanjuti 0,108*
Q64R1: Pemda mengerti kebutuhan pelaku usaha 0,120*
Q64R2: Mendiskusikan kebijakan publik 0,145**
Q64R3: Mendiskusikan permasalahan pelaku usaha 0,068
Q64R4: Mendiskusikan permasalahan pelaku usaha -0,020
Q64R5: Penyediaan fasilitas pendukung pelaku usaha 0,063
Q66: Kebijakan Pemda mendorong iklim investasi 0,131**
Q67: Kebijakan non-diskriminatif -0,119
Q68R1: Pemda tidak meningkatkan biaya usaha 0,011
Q68R2: Pemda tidak meningkatkan ketidakpastian usaha 0,056
Q71: Keseluruhan isu interaksi Pemda dengan pelaku usaha -0,055
Keterangan: *, **, *** masing-masing merupakan tingkat signifikansi taraf 10%, 5%, dan 1%. Sumber: Data olahan
Keberadaan forum komunikasi menjadi prasarana pelaku usaha untuk menyampaikan keluhannya terkait dengan hambatan usaha yang dihadapinya. Jika forum komunikasi ini efektif maka keluhan dan masukan dari pelaku usaha akan mendorong lahirnya kebijakan-kebijakan yang lebih memihak kepada kepentingan dunia usaha. Adanya solusi yang diberikan oleh kepala daerah terhadap setiaap permasalahan pelaku usaha juga akan mendukung berkembangnya dunia usaha. Tentu saja solusi yang diberikan oleh kepala daerah ini hanya akan efektif jika ada tindak lanjut dari instansi terkait. Untuk itu diperlukan pengawasan langsung oleh kepala daerah kepada setiap instansi agar setiap keputusan yang diambil dapat berjalan.
Salah satu ciri tata kelola pemerintahan yang baik adalah adanya pelibatan masyarakat dapat pembuatan kebijakan publik. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil sesuai dengan aspirasi masyarakat, sehingga kebijakan tersebut efektif dan dapat dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat, dalam hal ini pelaku usaha. Selain itu usaha yang dilakukan oleh Pemda untuk meningkatkan investasi seperti mengikuti pameran dapat mendorong invaetasi yang akan menggerakkan perekonomian.
Program Pengembangan Usaha Swasta
Berdasarkan hasil korelasi Perason pada Tabel 16, terlihat bahwa tidak ada variabel PPUS yang berhubungan secara signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini diduga karena informasi mengenai adanya PPUS tidak diketahui oleh para pelaku usaha. Secara rata-rata hanya sekitar 68 persen pelaku usaha yang mengetahui adanya PPUS. Bahkan terdapat 28 kabupaten/kota yang pelaku usahanya sama sekali tidak mengetahui bahwa Pemda setempat mempunyai PPUS, beberapa diantaranya: Kabupaten Solok, Kota Solok, Kota Pariaman, Kabupaten Tanggamus, dan Kabupaten Pringsewu.
Tabel 20 Korelasi program pengembangan usaha swasta dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2010
Variabel program pengembangan usaha swasta Korelasi Pearson
Q73a: Tingkat pengetahuan akan keberadaan PPUS 0,020
Q73b: Tingkat partisipasi dalam PPUS 0,100
Q74a: Tingkat manfaat PPUS terhadap pelaku usaha 0,039
Q75: Dampak PPUS terhadap kinerja perusahaan 0,020
Keterangan: *, **, *** masing-masing merupakan tingkat signifikansi taraf 10%, 5%, dan 1%. Sumber: Data olahan
Minimnya manfaat dan keikutsertaan PPUS ini perlu menjadi bahan untuk dievaluasi. Sedikitnya peserta dari perusahaan yang ikut dalam program pengembangan tersebut dapat terjadi karena terbatasnya informasi mengenai program atau mungkin besarnya biaya yang dikenakan untuk mengikuti program tersebut. Selain itu, kurang bermanfaatnya program ini dapat disebabkan oleh penyelenggaraan program yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha. Oleh karena itu, wajar jika PPUS yang diselenggarakan oleh Pemda memiliki tingkat partisipaasi dan manfaat yang rendah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keberadaan PPUS tidak mempunyai pengaruh terhadap pelaku usaha, sehingga tidak berdampak bagi pengembangan usaha dan peningkatan output secara keseluruhan, sehingga tidak memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Kapasitas dan Integritas Kepala Daerah
Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa hanya dua variabel integritas dan kapasitas kepala daerah yang mempunyai hubungan yang signifikan. Varibel
kepala daerah yang paham akan dunia usaha dan penunjukan pejabat berdasarkan kompetensinya berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi.
Tabel 21 Korelasi kapasitas dan integritas kepala daerah dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2010
Variabel kapasitas dan integritas kepala daerah Korelasi Pearson
Q79R1: Kepala daerah paham persoalan pelaku usaha 0,122*
Q79R2: Pejabat daerah punya keterampilan yang relevan 0,115*
Q79R3: Kepala daerah tegas terhadap korupsi 0,101
Q79R4: Kepala daerah tidak melakukan tindakan korupsi -0,022
Q79R5: Kepala daerah merupakan figur pemimpin yang kuat 0,103
Q82: Dampak keseluruhan kapsitas dan integritas kepala daerah 0,044
Keterangan: * merupakan tingkat signifikansi taraf 10%. Sumber: Data olahan
Kepala daerah yang paham akan kebutuhan pelaku usaha akan membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung kelancaran usaha, sehingga perekonomian akan meningkat. Sedangkan pejabat yang ahli tentunya akan bekerja dengan lebih cepat dan benar sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil akan dapat dijalankan secara efektif. Pejabat yang ahli juga akan lebih mengetahui permasalahan, sehingga dapat memberikan solusi yang tepat.
Keamanan dan Penyelesaian Konflik
Tabel 22 menunjukkan bahwa tidak ada variabel keamanan dan penyelesaian konflik yang berkorelasi secara signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini diduga karena keadaan keamanan dan penyelesaian konflik dinilai masih relatif baik oleh para pelaku usaha. Berdasarkan persepsi pelaku usaha tingkat kejadian pencurian di tempat usaha dinilai masih rendah.
Tabel 22 Korelasi keamanan dan penyelesaian konflik dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2010
Variabel keamanan dan penyelesaian konflik Korelasi Pearson
Q118bR1: Tingkat kejadian pencurian di tempat usaha -0,045
Q120R1: Polisi selalu bertindak tepat waktu 0,018
Q120R2: Solusi polisi menguntungkan perusahaan -0,009
Q120R3: Solusi polisi meminimalisir kerugian usaha 0,013
Q121R1: Polisi tepat waktu dalam menangani demosntrasi buruh 0,002
Q121R2: Solusi polisi meminimalisir waktu dan biaya 0,015
Q122: Keseluruhan keamanan dan penyelesaian masalah 0,042
Biaya Transaksi
Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa tidak ada satu pun variabel aspek biaya transaksi yang berkorelasi secara signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini diduga karena tingkat biaya transaksi masih dinilai relatif ringan oleh para pelaku usaha, sehingga tidak menjadi hambatan yang berarti.
Tabel 23 Korelasi biaya transaksi dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2010
Variabel biaya transaksi Korelasi Pearson
Q84cR1: Tingkat hambatan retribusi daerah 0,040
Q84cR2: Tingkat hambatan pajak daerah -0,022
Q86a: Tingkat pembayaran donasi terhadap Pemda -0,007
Q86cR1: Tingkat hambatan donasi resmi 0,041
Q86cR2: Tingkat hambatan donasi tidak resmi 0,006
Q90bR1: Tingkat pembayaran biaya informal terhadap polisi -0,046
Q92: Biaya transaksi keseluruhan tidak menghambat perusahaan -0,008
Sumber: Data olahan
Kebijakan Infrastruktur
Berdasarkan Tabel 24 dapat disimpulkan bahwa kualitas kelima jenis infrastruktur, yaitu jalan, penerangan jalan, air bersih, listrik, dan telepon, berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini diduga bahwa dengan kualitas infrastruktur baik maka kegiatan perekonomian berjalan dengan lebih efisien, output akan meningkat, dan ekonomi tumbuh. Hal ini juga sejalan dengan nilai korelasi antara akses infrastruktur fisik dengan persepsi kualitas infrastruktur yang signifikan.
Selain itu, lamanya pemadaman listrik berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin lama pemadaman listrik yang terjadi maka kegiatan produksi akan terganggu, output yang dihasilkan berkurang, sehingga secara umum ekonomi justru tumbuh negatif. Hal ini dikarenakan listrik merupakan energi utama yang digunakan dalam proses produksi. Sehingga apabila pasokan listrik berkurang, seperti karena terjadi pemadaman, maka proses produksi akan terhenti. Pemadaman listrik juga menyebabkan pelaku usaha harus mengeluarkan pengeluaran lebih jika ingin tetap berproduksi, misalnya dengan membeli atau menyewa diesel. Hal ini akan membebani proses produksi, sehingga yang terjadi justru inefisiensi.
Tabel 24 Korelasi kebijakan infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2010
Variabel kebijakan infrastruktur Korelasi Pearson
Q114aR1: Kondisi infrastruktur jalan 0,219***
Q114aR2: Kondisi infrastruktur penerangan jalan 0,195***
Q114aR3: Kondisi infrastruktur air bersih 0,135**
Q114aR4: Kondisi infrastruktur listrik 0,200***
Q114aR5: Kondisi infrastruktur telepon 0,196***
Q114bR1: Lama perbaikan infrastruktur jalan (-) -0,077
Q114bR2: Lama perbaikan infrastruktur penerangan jalan (-) -0,041
Q114bR3: Lama perbaikan infrastruktur air bersih (-) -0,010
Q114bR4: Lama perbaikan infrastruktur listrik (-) -0,028
Q114bR5: Lama perbaikan infrastruktur telepon (-) -0,006
Q106: Pemakaian genset (-) -0,072
Q108: Lama pemadaman listrik (-) -0,181***
Q116: Dampak keseluruhan isu infrastruktur 0,121*
Keterangan: *, **, *** masing-masing merupakan tingkat signifikansi taraf 10%, 5%, dan 1%. Sumber: Data olahan
Indeks Tata Kelola Pemerintahan Daerah
Secara agregat kemudahan perizinan usaha dan kondisi infrastruktur akan mendorong peningkatan perekonomian, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tata kelola pemerintahan daerah secara keseluruhan berkorelasi positif, yang berarti bahwa semakin baik tata kelola pemerintahan daerah maka ada kecendurungan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut juga semakin tinggi (Tabel 25).
Tabel 25 Korelasi indeks tata kelola dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2010
Indikator tata kelola pemerintahan daerah Korelasi Pearson
Akses Lahan Usaha dan Kepastian Usaha -0,095
Izin Usaha 0,156**
Interaksi Pemda dan Pelaku Usaha 0,092
Program Pengembangan Usaha Swasta 0,096
Kapasitas dan Integritas Bupati/Walikota 0,088
Biaya Transaksi -0,090
Kebijakan Infrastruktur Daerah 0,191***
Keamanan dan Penyelesaian Sengketa 0,004
Kualitas Peraturan Derah -0,073
Indeks Tata Kelola Ekonomi Daerah 0,169***
Keterangan: ** dan *** masing-masing merupakan tingkat signifikansi taraf 5% dan 1%.
Hubungan antara tata kelola pemerintahan dengan pertumbuhan ekonomi diatas menyiratkan bahwa walaupun secara disagregat terdapat hubungan yang nyata, namun secara agregat belum tentu hubungannya nyata. Hal ini diduga sebagai salah satu sebab penelitian McCulloch dan Malesky (2011) hanya menemukan hubungan yang sedikit dengan variabel agregat.