V. HUBUNGAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN DAERAH,
5.4 Pengaruh Tata Kelola Pemerintahan dan Infrastruktur
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Analisis pengaruh tata kelola pemerintahan terhadap pertumbuhan ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui penyediaan infrastruktur menggunakan teknik ekonometrik two stage least square (2SLS). Metode two stage least square merupakan metode ordinary least square (OLS) yang dilakukan dalam dua tahap. Langkah pertama yaitu mengestimasi persamaan pertama, yaitu infrastruktur, dengan OLS biasa, selanjutnya adalah memprediksi
suatu variabel pada persamaan pertama yang nantinya hasil prediksi tersebut akan digunakan sebagai variabel yang sama pada persamaan kedua.
Nilai korelasi antar infrastruktur tinggi dan signifikan (Lampiran 4), sehingga jika ketiga infrastruktur dimasukkan secara bersama-sama akan terjadi multikolonieritas. Hal ini akan menyebabkan estimasi koefisien bisa berbeda tanda, seperti koefisien infrastruktur listrik yang bernilai negatif sebagaimana pada Lampiran 5. Untuk menghilangkan pengaruh multikolonieritas, maka dibentuk tiga model pertumbuhan untuk masing-masing infrastruktur. Hasil eksplorasi model dengan 2SLS didapatkan model terbaik seperti pada Tabel 27.
Berdasarkan hasil estimasi model pertumbuhan ekonomi pada Tabel 27, terlihat bahwa tata kelola pemerintahan daerah berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan Pemda yang tidak meningkatkan biaya bagi pelaku usaha. Sedangkan tata kelola berpengaruh tidak langsung melalui infrastruktur jalan dan listrik.
Tabel 27 Hasil estimasi model pertumbuhan (gPDRBKap1011)
Variable Model 1 Model 2 Model 3
lnPDRBKap10 -1,684*** -1,890*** -2,097***
Q40: Tidak ada konflik lahan -0,044** -0,042** -0,042**
Q54R2: Perizinan efisien -0,031** -0,032** -0,033**
Q68R1: Kebijakan tidak meningkatkan biaya 0,028** 0,028** 0,026**
Q106: Pemakaian genset 0,029** 0,028** 0,030*** lnJLN 0,382** lnAIR 0,312 lnLISTRIK 0,826** lnMYS 1,724 2,385 1,750 lnBM 0,220 0,177 0,152 Constant 6,447 5,637 6,130
Keterangan: ** dan *** masing-masing menyatakan signifikansi pada 5%, dan 1% Sumber: Hasil olahan
Ketiadaan konflik lahan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini mungkin dikarenakan pola hubungan ini tidak mencerminkan hubungan kausal, sehingga bisa jadi untuk daerah-daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi lah yang sering terjadi konflik lahan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mendorong peningkatan permintaan lahan sehingga akan meningkatkan peluang terjadinya konflik lahan.
Perizinan yang efisien juga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini lebih dikarenakan pada daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, yang berarti banyaknya pelaku usaha yang mengurus perizinan justru dimanfaatkan oleh oknum aparat guna mengenakan biaya yang lebih tinggi untuk mempelancar proses perizinan.
Adanya pengaruh negatif ketiadaan konflik lahan dan perizinan yang efisien mengindikasikan bahwa terjadinya pencari rente pada daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini menegaskan penelitian sebelumnya oleh McCulloch dan Malesky (2011), bahwa pada daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi peluang bagi pihak-pihak yang ingin mencari keuntungan bagi dirinya sendiri semakin besar.
Kebijakan pemda yang tidak meningkatkan biaya bagi pelaku usaha berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada taraf 5 persen, ceteris paribus. Karena kebijakan pemda tidak meningkatkan biaya bagi pelaku usaha, hal ini menjadi stimulus bagi pelaku usaha untuk meningkatkan usahanya, sehingga perekonomian bergerak lebih cepat yang artinya pertumbuhan ekonomi meningkat.
Pemakaian genset berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Genset digunakan karena tidak tersedia listrik yang memadai untuk melakukan usaha. Hal ini wajar mengingat tingkat elektrifikasi di Indonesia masih rendah, mmasih banyak daerah yang belum mempunyai akses listrik yang memadai. Namu bagi pelaku usaha, walaupun tidak tersedia listrik, usaha tetap harus berjalan sehingga digunakan genset sebagai substitusi listrik PLN. Sehingga wajar jika semakin tinggi pemakain genset maka semakin tinggi laju perekonomian. Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa semakin tinggi pemakain genset berarti lebih bagus, karena akan tetap lebih efisien jika tersedia listrik.
Peningkatan infrastruktur jalan dan listrik akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Ketersediaan akses jalan akan mendorong efisiensi perekonomian sehingga output akan meningkat dan ekonomi tumbuh. Begitu juga dengan infrastruktur listrik, karena listrik merupakan energi penggerk usaha maka semakin tinggi akses listrik maka kegiatan usaha akan meningkat dan terjadi pertumbuhan ekonomi.
(dal am Mi ly arrupi ah)
Rata-rata lama sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini mungkin dikarenakan rata-rata lama sekolah yang mencerminkan kualitas penduduk masih rendah. Menurut Tournemaine (1997), penduduk yang berkualitas akan mendorong pertumbuhan dengan peningkatan produktivitas dan inovasi. Jika penduduknya berkualitas maka pertambahan jumlah penduduk akan mendorong pertambahan output lebih besar daripada pertambahan penduduk itu sendiri sehingga pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Berdasarkan kualitasnya, penduduk Indonesia masih rendah kualitasnya. Pada tahun 2010 rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia baru 7,9 tahun atau setara dengan SLTP kelas 8. Hal ini wajar mengingat sekitar 60 persen dari penduduk Indonesia masih berpendidikan SLTP ke bawah.
Belanja modal tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini mungkin dikarenakan penggunaan data yang pendek yaitu rata- rata pertumbuhan tiga tahun dan hanya satu tahun nilai belanja modal, padahal pengaruh dari belanja modal seperti pembangunan infrastruktur pengaruhnya tidak dirasakan pada saat itu. Selain itu bisa juga karenakan nilai belanja yang kecil, dengan proporsi belanja pemerintah daerah masih didominasi untuk pemenuhan belanja rutin (Gambar 18).
300.000,00
Belanja Pembangunan (Modal)
250.000,00 Belanja Rutin 200.000,00 150.000,00 100.000,00 50.000,00 - 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Gambar 18 Perkembangan alokasi belanja APBD Kabupaten/Kota periode 2001- 2010
Signifikansi pengaruh infrastruktur jalan dan listrik terhadap pertumbuhan ekonomi menegaskan adanya pengaruh tidak langsung dari tata kelola pemerintahan. Peubah tata kelola pemerintahan yang secara tidak langsung
PertumbuhanEk
onomi
Lama pemadaman listrik (-) Infrastruktur Listrik
memengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan infrastruktur jalan adalah adanya diskusi kebijakan publik, ketegasan kepala daerah terhadap tindak pemberantasan korupsi, dan secara negatif oleh waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan jalan, dan. Sedangkan tata kelola pemerintahan memengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan infrastruktur listrik dengan adanya pemberian fasilitas pendukung usaha dan secara negatif oleh lamanya pemadaman listrik. Selanjutnya hubungan antara tata kelola pemerintahan, infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi dapat digambarkan seperti pada Gambar 19.
Tata kelola pemerintahan
Tidak ada konflik tanah (-)
Perizinan yang efisien (-)
Kebijakan tidak meningkatkan
biaya
Pemakaian genset
Pemberian fasilitas pendukung
Diskusi kebijakan publik
Lama perbaikan jalan (-)
Ketegasan kepala daerah Infrastruktur Jalan
terhadap korupsi
Gambar 19 Hubungan tata kelola pemerintahan, infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang disampaikan dan pembahasan yang dilakukan, ada tiga hal yang dapat disimpulkan:
1. Kualitas institusi daerah dan penyediaan infrastruktur baik jalan, air bersih, maupun listrik di Indonesia belum merata, baik antar wilayah administrasi maupun geografis. Kualitas institusi dan penyediaan infrastruktur di kota lebih baik dibandingkan kabupaten, dan kabupaten/kota di Jawa lebih baik dibandingkan kabupaten/kota di luar Jawa.
2. Tata kelola pemerintahan daerah secara disagregat mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui penyediaan infrastruktur jalan dan listrik. Hal ini menjawab mengapa hubungan secara agregat dan langsung penelitian sebelumnya tidak diketemukan hubungan yang signifikan. Tata kelola pemerintahan daerah berpenagruh secara tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan infrastruktur jalan dengan adanya diskusi kebijakan publik, lama perbaikan jalan dan ketegasan kepala daerah terhadap tindak pemberantasan korupsi. Ketegasan kepala daerah terhadap tindak pemberantasan korupsi akan meningkatkan efektifitas belanja infrastruktur jalan. Sedangkan tata kelola pemerintahan berpengaruh secara tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan fasilitas pendukung untuk berusaha. Penyediaan infrastruktur air bersih lebih dipengaruhi oleh tata kelola perusahaan. Adapun tata kelola pemerintahan berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan Pemda yang tidak meningkatkan biaya bagi pelaku usaha.
6.2 Implikasi Kebijakan
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang dituliskan sebelumnya, beberapa kebijakan dapat dituliskan sebagai berikut:
1. Pemerintah pusat perlu mendorong pelaksanaan reformasi birokrasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan daerah terutama untuk