• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah Terkait Urusan Pilihan Pemerintah Daerah Kabupaten Siak

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

3.1 Permasalahan Pembangunan

3.1.2 Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah Terkait Urusan Pilihan Pemerintah Daerah Kabupaten Siak

Urusan pilihan menurut Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007, adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi dan ciri khas dan potensi daerah yang bersangkutan. Dalam PP tersebut terdapat delapan bidang atau sektor yang menjadi urusan pilihan dan menjadi tanggungjawab pemerintah daerah. Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah Terkait Urusan Pilihan Pemerintah Daerah Kabupaten Siak dijabarkan sebagai berikut:

3.1.2.1 Pertanian,

Tanaman Pangan dan Hortikultura

1. Masih tingginya serangan dan gangguan hama dan penyakit terutama pada lahan sawah yang ditanami 2 kali setahun, akibat dari luas lahan yang ditanami padi jauh lebih rendah dibandingkan dengan luas yang yang tersebar.

2. Terjadinya alih fungsi lahan tanaman pangan menjadi non pangan, dimana luas lahan sawah pada tahun 2007 seluas 10.900 hektar namun pada tahun 2012 tersisa hanya 5.279 hektar atau terjadi penurunan sebanyak 6.670 hektar atau turun 61,19 persen dari tahun 2007.

3. Kurangya tenaga kerja di sub sektor tanaman pangan, terutama pada pengolahan lahan dan penanaman.

4. Sistem pengairan tanaman pangan yang belum optimal, sehingga sebagian besar sawah yang ada merupakan sawah tadah hujan sebanyak 88,77 persen dari luas lahan sawah yang ada. Maka upaya melakukan penanaman 2 hingga 3 kali setahun belum dapat dilakukan secara optimal.

5. Teknologi budidaya terutama dalam penanaman yang masih manual sehingga curahan tenaga kerja masih sangat tinggi sehingga upaya pencapaian target penanaman 3 kali setahun masih sangat terbatas.

III - 17 6. Produksi pangan belum mencukupi kebutuhan penduduk sehingga

memerlukan program yang lebih khusus dan intensif.

7. Masih tingginya kehilangan produksi hasil pertanian khususnya tanaman padi.

8. Isu pertanian Tradisional di semua sub sektor yang ditandai: a. Produkivitas yang rendah.

b. Pengelolaan usaha subsisten.

c. Investasi Infrastruktur Agribisnis yang masih terbatas.

d. Limited Level of technology (pengembangan, penguasaan dan penerapan).

e. Upah murah dan Nilai Tukar Petani rendah. 9. Isu konflik lahan pertanian.

10. Terdapatnya irigasi sederhana yang belum dimanfaatkkan oleh petani dalam pengembangan tanaman pangan khususnya tanaman padi.

Peternakan

1. Masihnya tingginya penyakit rabies diakibatkan masih kurangnya kordinasi dengan instansi terkait dalam penanganan penyakit tersebut. Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap penyakit rabies serta cakupan vaksinasi yang rendah karena kuranya kemampuan SDM di tingkat lapang dan tingginya reproduksi HPR.

2. Masih berjangkitnya flu burung akibat kurang kesadaran masyarakat terhadap AI. Serta tidak adanya konpensasi terhadap unggas yang dimusnahkan. Kebutuhan daging dan telur meningkat, baru terpenuhi 3,2 kg/kapita/thn dan standar nasional 10,3 kg/kapita/thn.

3. Kebutuhan 3.885 ton/thn dan produksi hanya 1.207,74 ton/ha dan telur produksi 103,22 ton dan kebutuhan 2.829 ton.

4. Kebutuhan bibit ternak yang meningkat sebagai dampak peningkatan populasi dan produksi ternak.

5. Produktivitas ternak yang masih rendah karena manajemen usaha ternak yang belum mengacu pada (good agricultural practices).

6. Belum tersedianya sentra produksi peternakan yang sesuaikan dengan tofografi dengan demografi penduduk.

Kehutanan

1 Rendahnya produktivitas perkebunan rakyat akibat tidak akuratnya data luasan dan umur tanaman sehingga program peingkatan produktivitas dengan menggunakan konsep terobosan belum dapat dilakukan.

III - 18 3 Isu moratorium kehutanan yang belum mengacu pada RTRW.

4 Tumpang tindih kepemilikan lahan perkebunan terutama dengan masyarakat.

5 Pembakaran lahan pembukaan perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit.

6 Isu konflik lahan perkebunan dan kehutanan.

7 Konservasi kawasan hutan dan rehabililitasi kerusakan hutan. 8 Tingginya tingkat kebakaran hutan setiap tahun sehingga

menimbulkan dampak polusi udara yang melebihi ambang batas. 9 Tingginya tingkat kerusakan lahan gambut sehingga menyebabkan

terjadinya pengurangan areal tangkapan air.

10 Tingginya konversi hutan menjadi areal perkebunan sehingga menyebabkan terjadinya penurunan atau degradasi plasma nutfah.

3.1.2.2 Energi dan Sumberdaya Mineral

1 Tingkat elektrifikasi pada rumah tangga yang rendah selain di daerah perkotaan dan daerah yang jauh dari akses jalan lintas. Rendahnya elektrifikasi ini menyebabkan menurunnya produktifitas masyarakat karena waktu beraktifitas yang lebih pendek, dan ekonomi biaya tinggi karena harus membayar listrik lebih mahal jika menggunakan genset. 2 Belum dimanfaatkan industri biogas sebagai alternatif pemenuhan

kebutuhan energi masyarakat dan belum optimalnya pemanfaatan tenaga surya untuk kepentingan penerangan dan fasilitas umum. 3 Selain itu, tingkat kesejahteraan masyarakat pun menjadi lebih rendah

karena pendidikan dan penghasilan akan menurun.

3.1.2.3 Pariwisata

1. Inventarisasi dan identifikasi objek wisata dan pelaku usaha wisata (Wisata alam, serta flora dan fauna, museum, peninggalan sejarah, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan).

2. Bagaimana meningkatkan jumlah investasi dalam kepariwisataan.

3. Bagaimana meningkatkan pelaku usaha masyarakat lokal dalam kepariwisataan. 4. Bagaimana meningkatkan jumlah aparatur pemerintah yang memiliki pemahaman

dan wawasan dalam kewirausahaan.

5. Bagaimana meningkatnya jumlah masyarakat yang memiliki pemahaman dan wawasan dalam kewirausahaan.

III - 19 7. Bagaimana meningkatkan kunjungan wisata.

8. Berkembangnya usaha pariwisata yang berpola kemitraan.

9. Bagaimana meningkatkan kualitas objek wisata yang berwawasan lingkungan dan kulturbudaya lokal.

10. Bagaimana meningkatkan daya tarik objek wisata dengan di dasari kultur budaya daerah.

11. Bagamana merancang pertambahan jumlah dan peran serta seniman, budayawan dan sastrawan.

12. Bagaimana meningkatkan jumlah grup seni dan sanggar sastra.

13. Bagaimana mewujudkan kultur masyarakat yang lebih baik dalam menggali nilai-nilai sejarah melalui pembinaan secara terkoordinir dengan instansi terkait.

14. Bagaimana meningkatkan jumlah produk wisata dan dan produk yang akan dibawa oleh wisatawan.

15. Peningkatan infrastruktur pariwisata, peta wisata dan sarana serta prasarana. 16. Peningkatan promosi wisata dan paket wisata bekerjasama dengan agent wisata

luar negeri.

17. Peningkatan kemampuan SDM pariwisata melalaui training, magang dan sekolah profesi.

3.1.2.4 Kelautan dan Perikanan

1. Belum terpenuhinya tingkat konsumsi ikan masyarakat sebesar 27 kg per kapita pertahun (Kebutuhan 9.296 ton/thn dan produksi 2.106 ton/th, kekurangan 7.190 ton/th atau 77.35%).

2. Belum tersedianya sentra produksi perikanan darat dengan memanfaatkan sungai dan danau sebagai sentra produksi.

3. Belum adanya program yang berkesinambungan terutama dalam peningkatan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan potensi pengembangan perikanan yang dibarengi dengan proses pendampingan.

3.1.2.5 Perdagangan

1. Isu daya saing (Global, Nasional, Daerah, Sektor ekonomi (industri), perusahaan dan produk dan masyarakat).

2. Kemandirian usaha yang masih rendah terutama yang berusaha untuk orientasi export.

3. Produk perdagangan yang didagangkan harus mengacu pada industri ramah lingkungan (global Warming) dan ekologi pertanian

III - 20 4. Isu industri dengan nilai tambah yang rendah, kualitas rendah dan high cost economy akibat keterbatasan infrastruktur dan kebijakan perdagangan

5. Isu keinginan konsumen yang dilayani dengan baik, harga produk yang relatif murah.

6. Prasarana export dan import barang jadi yang termuat container yang harus terpusat atau terkonsentrasi pada pelabuhan yang memadai. 7. Larangan dan pembatasan import untuk mengisi container yang

kembali dari penggunaan export barang.

3.1.2.6 Perindustrian

1. Terbatasnya industri ungulan dan kompetensi daerah, sehingga memerlukan pengembangan industri kreatif dari pengembangan potensi yang ada.

2. Isu kawasan industri (Insentif PPh dan Insentif PPh untuk Transfer Barang dalam KEK, Insentif PBB untuk periode tertentu dan Insentif PPN, Cukai, Penundaan Tarif Bea Masuk Insentif Pajak Daerah dan Pembebasan PPN-BM Fasilitasi Prosedur Perizinan Pengunaan Lahan). 3. Pengelolaan kawasan industri (sebagai pusat kegiatan hilirisasi industri

yang terintegrasi hulu – hilir untuk meningkatkan efisiensi rantai nilai Hulu – hilir. Kawasan Industri kelapa Sawit terintegrasi membutuhkan kedekatan dengan sumber bahan baku yang akan memberikan kepastian, efisiensi dan efektivitas bagi investor serta meningkatkan daya saing).

3.1.2.7 Ketransmigrasian

1. Kajian arah baru untuk melihat relevansi dan revitalisasi transmigrasi menjadi penting dilakukan jika dikaitkan dengan masalah dan isu-isu sensitif terkait dengan persoalan perbatasan, hak ulayat yang seringkali menimbulkan ketegangan antar negara, penduduk lokal dan pendatang.

2. Isu ekonomi masyarakat transmigrasi berkaitan keberhasilan dan kegagalan sebagai bagian dari pelaksnaan program pembangunan di era otonomi daerah.

3. Model pengembangan masyarakat transmigrasi belum dijadikan acuan pengembangan masyarakat lokal terutama yang berada dipinggiran sungai siak.

III - 21