BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
B. Analisis dan Pembahasan
2. Identifikasi Subsektor Basis Ekonomi Kreatif
Identifikasi subsektor basis dilakukan dengan menggunakan formula LQ, yakni membandingkan secara relatif nilai tambah suatu subsektor ekonomi kreatif terhadap nilai tambah total ekonomi kreatif provinsi (PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi) dibandingkan dengan nilai tambah subsektor ekonomi kreatif yang sama di tingkat nasional terhadap nilai tambah total ekonomi kreatif nasional (PDB Ekonomi Kreatif). Berdasarkan hasil perhitungan LQ, terdapat subsektor unggulan di setiap provinsi dan konsisten selama tahun 2010-2016, kecuali provinsi Jawa Barat, dimana terdapat perubahan subsektor basis. Perhintungan LQ pada tahun 2016 ditunjukkan pada Tabel 4.11, dan hasil perhitungan lengkap untuk tahun 2010-2016 terdapat pada Lampiran 1.
336,167,550
345,631,598
309,135,594
282,711,259
281,743,785
256,294,459
247,337,582 200,000,000
250,000,000 300,000,000 350,000,000 400,000,000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
81 Tabel 4.11
Nilai LQ 5 Provinsi
No. Subsektor Provinsi
SUMUT JABAR DIY JATIM BALI
1 Arsitektur 1,39* 0,50 0,41 0,65 0,38
2 Desain Interior 0,40 0,54 0,29 0,22 0,57
3 Desain Komunikasi Visual 0,68 0,18 0,35 0,37 0,42
4 Desain Produk 0,36 0,18 0,06 0,28 0,13
5 Film, Animasi, dan Video 0,60 0,93 4,92* 0,54 0,46
6 Fotografi 0,84 0,27 0,63 0,34 0,88
7 Kriya 1,07* 0,98 0,60 1,33* 1,26*
8 Kuliner 1,53* 0,92 1,44* 1,41* 1,50*
9 Musik 0,82 0,70 0,54 0,74 0,37
10 Fashion 0,15 1,89* 0,38 0,40 0,29
11 Aplikasi dan Game Developer 0,46 0,30 4,78* 0,81 0,61
12 Penerbitan 0,68 0,63 0,78 0,35 0,67
13 Periklanan 0,81 0,34 0,12 0,65 0,35
14 Televisi dan Radio 0,32 0,31 0,24 0,35 0,10
15 Seni Pertunjukan 0,74 0,86 1,73* 0,58 1,89*
16 Seni Rupa 0,75 0,51 7,06* 0,66 2,16*
Sumber: Hasil pengolahan data sekunder untuk LQ tahun 2016.
Provinsi Sumatera Utara memiliki 3 subsektor basis (LQ>1) yang konsisten selama tahun 2010-2016, yaitu: (1) Kuliner dengan nilai LQ terbesar pada tahun 2016 yaitu 1,53; (2) Arsitektur dengan nilai LQ sebesar 1,39; dan (3) Kriya dengan nilai LQ 1,07. Hasil perhitungan ini sesuai dengan data jumlah usaha/ perusahaan yang berada di Pulau Sumatera pada tahun 2016, dimana paling banyak adalah subsektor Kuliner dengan jumlah 1.065.482; Arsitektur sebanyak 893; dan Kriya sebanyak 137.051 unit usaha (Bekraf, 2017). Sementara itu, subsektor non-basis (LQ<1) dengan nilai LQ terendah adalah subsektor Fashion sebesar 0,15 pada tahun 2016.
Provinsi Jawa Barat memiliki 1 subsektor basis (LQ>1) yang konsisten selama tahun 2010-2016, yaitu Fashion dengan nilai LQ terbesar pada tahun 2016 yaitu 1,89. Hal ini sesuai dengan data jumlah usaha/ perusahaan Fashion di Jawa Barat yang tercatat paling banyak dibandingkan dengan provinsi lainnya, yaitu sebanyak 228.848 unit usaha. Fashion juga berkontribusi sebesar 34,7% terhadap PDRB Ekonomi Kreatif Jawa Barat, lebih besar dibandingkan dengan provinsi lainnya yang hanya di bawah 6%.
Sementara itu, terjadi penurunan nilai LQ, dimana subsektor basis menjadi subsektor non-basis dalam 2 tahun terakhir (Lihat Lampiran 1), yaitu: (1)
82 Film, Animasi, & Video yang memiliki nilai LQ>1 sepanjang tahun 2010-2014, kemudian pada tahun 2015-2016 menjadi 0,98 dan 0,93; (2) Kriya dengan nilai LQ>1 pada tahun 2010-2014, kemudian menurun menjadi 0,98 pada tahun 2015-2016; angka tersebut menjadikan subsektor Film, Animasi,
& Video, dan Kriya tidak lagi termasuk dalam subsektor basis ekonomi kreatif Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, terlihat bahwa hanya provinsi Jawa Barat yang tidak memiliki subsektor basis Kuliner. Meskipun pada tahun 2016 pendapatan Kuliner senilai Rp 78.389,58 miliar, namun kontribusinya hanya 40,96% terhadap PDRB Ekraf Jawa Barat, lebih kecil dibandingkan dengan 4 provinsi lainnya yang masing-masing berkontribusi di atas 60%.
Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki 5 subsektor basis (LQ>1) yang konsisten selama tahun 2010-2016, yaitu: (1) Seni Rupa dengan nilai LQ terbesar pada tahun 2016 yaitu 7,06; (2) Film, Animasi, & Video dengan nilai LQ sebesar 4,92; (3) Aplikasi & Game Developer dengan nilai LQ 4,78; (4) Seni Pertunjukan dengan nilai LQ 1,73; dan (5) Kuliner dengan nilai LQ 1,44. Sementara itu, subsektor non-basis (LQ<1) yang memiliki nilai LQ terendah adalah subsektor Desain Produk sebesar 0,06 dan Periklanan 0,12 pada tahun 2016.
Provinsi Jawa Timur memiliki 2 subsektor basis (LQ>1) yang konsisten selama tahun 2010-2016, yaitu: (1) Kuliner dengan nilai LQ terbesar pada tahun 2016 yaitu 1,41; dan (2) Kriya dengan nilai LQ sebesar 1,33.
Sementara itu, subsektor non-basis (LQ<1) dengan nilai LQ terendah adalah subsektor Desain Interior sebesar 0,22 dan Desain Produk 0,28 pada tahun 2016.
Provinsi Bali memiliki 4 subsektor basis (LQ>1) yang konsisten selama tahun 2010-2016, yaitu: (1) Seni Rupa dengan nilai LQ terbesar pada tahun 2016 yaitu 2,16; (2) Seni Pertunjukan dengan nilai LQ sebesar 1,89; (3) Kuliner dengan nilai LQ sebesar 1,50; dan (4) Kriya dengan nilai LQ sebesar 1,26. Hasil perhitungan ini sesuai dengan data jumlah usaha/
perusahaan yang ada di Bali, dimana subsektor Seni Rupa adalah yang terbanyak dibandingkan dengan provinsi lainnya dengan jumlah sebanyak
83 3.643 unit usaha, dan Kriya sebanyak 162.318 unit usaha (Bekraf, 2017).
Sementara itu, subsektor non-basis (LQ<1) dengan nilai LQ terendah adalah subsektor Televisi & Radio sebesar 0,1 dan Desain Produk 0,13 serta Fashion 0,29 pada tahun 2016.
b. Dynamic Location Quotient (DLQ)
Dynamic Location Quotient (DLQ) digunakan untuk mengetahui proporsi antara laju pertumbuhan subsektor terhadap laju pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi, dibandingkan dengan laju pertumbuhan subsektor yang sama di tingkat nasional terhadap PDB (Nasional). Hasil perhitungan DLQ ditunjukkan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Nilai DLQ 5 Provinsi
No. Subsektor Nilai DLQ Provinsi
SUMUT JABAR DIY JATIM BALI
1 Arsitektur 0,966 1,052* 0,902 0,957 0,892
2 Desain Interior 0,888 1,009* 0,923 0,816 0,911
3 Desain Komunikasi Visual 0,857 0,905 0,939 0,860 0,814
4 Desain Produk 1,001* 0,918 1,238* 0,920 0,969
5 Film, Animasi, dan Video 0,775 0,916 1,043* 1,030* 0,824
6 Fotografi 0,969 0,959 1,050* 0,997 1,008*
7 Kriya 0,959 0,966 0,887 0,956 1,049*
8 Kuliner 1,081* 1,119* 1,024* 1,103* 1,048*
9 Musik 0,903 0,957 0,908 0,849 0,887
10 Fashion 0,856 0,951 1,057* 0,918 0,960
11 Aplikasi dan Game Developer 0,926 0,975 1,360* 0,847 0,883
12 Penerbitan 0,914 0,898 1,077* 0,875 1,003*
13 Periklanan 0,911 0,955 0,951 1,049* 0,852
14 Televisi dan Radio 0,718 0,893 0,673 0,701 0,715
15 Seni Pertunjukan 0,844 0,945 0,883 0,818 0,873
16 Seni Rupa 1,052* 0,951 0,997 0,898 0,981
Sumber: Hasil pengolahan data sekunder
Berdasarkan hasil perhitungan DLQ, Provinsi Sumatera Utara memiliki subsektor dengan nilai DLQ>1 sebanyak 3 subsektor: Desain Produk;
Kuliner; dan Seni Rupa. Provinsi Jawa Barat memiliki 3 subsektor:
Arsitektur; Desain Interior; dan Kuliner. Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki 6 subsektor: Desain Produk; Film, Animasi dan Video; Fotografi; Kuliner, Fashion, Aplikasi dan Game Developer, dan Penerbitan. Provinsi Jawa Timur memiliki 3 subsektor: Film, Animasi dan Video; Kuliner; dan Periklanan. Dan Provinsi Bali memiliki 4 subsektor: Fotografi; Kriya;
84 Kuliner; dan Penerbitan. Nilai DLQ>1 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan subsektor ekonomi kreatif di tingkat provinsi terhadap laju PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi, lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan subsektor yang sama di tingkat nasional terhadap PDB (Nasional).
c. Gabungan LQ dan DLQ
Berdasarkan gabungan nilai Location Quotient (LQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ) maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
Tabel 4.13
Klasifikasi LQ dan DLQ Sumatera Utara
Kriteria LQ > 1 LQ < 1
DLQ > 1 1. Kuliner 1. Desain Produk
2. Seni Rupa
DLQ < 1 1. Arsitektur
2. Kriya
1. Desain Interior
2. Desain Komunikasi Visual 3. Film, Animasi, dan Video 4. Fotografi
5. Musik 6. Fashion
7. Aplikasi dan Game Developer 8. Penerbitan
9. Periklanan 10. Televisi dan Radio 11. Seni Pertunjukan Sumber: Hasil pengolahan data sekunder
Berdasarkan klasifikasi LQ & DLQ Sumatera Utara pada Tabel 4.13, terlihat bahwa subsektor Kuliner merupakan subsektor ekonomi kreatif unggulan di provinsi Sumatera Utara dan masih akan terus unggul di masa mendatang karena memiliki nilai LQ>1 dan DLQ>1. Subsektor Arsitektur dan Kriya adalah subsektor unggulan yang berpotensi tidak menjadi unggul lagi di Sumatera Utara karena miliki nilai LQ>1 namun DLQ<1.
Sebaliknya, subsektor Desain Produk dan Seni Rupa adalah subsektor non-basis yang memiliki potensi untuk menjadi subsektor non-basis/ unggulan di masa mendatang karena memiliki LQ<1 dan DLQ>1. Sisanya, 11 subsektor lainnya merupakan subsektor non-basis yang belum memiliki potensi menjadi unggulan di masa mendatang karena memiliki nilai LQ<1 dan DLQ<1.
85 Tabel 4.14
Klasifikasi LQ dan DLQ Jawa Barat
Kriteria LQ > 1 LQ < 1
1. Desain Komunikasi Visual 2. Desain Produk
3. Film, Animasi, dan Video 4. Fotografi
5. Kriya 6. Musik
7. Aplikasi dan Game Developer 8. Penerbitan
9. Periklanan 10. Televisi dan Radio 11. Seni Pertunjukan 12. Seni Rupa Sumber: Hasil pengolahan data sekunder
Berdasarkan klasifikasi pada LQ & DLQ Jawa Barat pada Tabel 4.14, terlihat bahwa subsektor Fashion adalah subsektor unggulan yang berpotensi tidak menjadi unggul lagi di Jawa Barat pada masa mendatang karena memiliki nilai LQ>1 namun DLQ<1. Sedangkan subsektor Arsitektur, Desain Interior dan Kuliner merupakan subsektor non-basis yang memiliki potensi untuk menjadi subsektor basis/ unggulan di masa mendatang karena memiliki LQ<1 dan DLQ>1. Sisanya, 12 subsektor lainnya merupakan subsektor non-basis yang belum memiliki potensi menjadi unggulan di masa mendatang karena memiliki nilai LQ<1 dan DLQ<1.
Tabel 4.15
Klasifikasi LQ dan DLQ D.I. Yogyakarta
Kriteria LQ > 1 LQ < 1
3. Desain Komunikasi Visual 4. Kriya
5. Musik 6. Periklanan 7. Televisi dan Radio Sumber: Hasil pengolahan data sekunder
86 Berdasarkan klasifikasi LQ & DLQ D.I. Yogyakarta pada Tabel 4.15, terlihat bahwa subsektor Film, Animasi, dan Video; Kuliner; dan Aplikasi dan Game Developer merupakan subsektor ekonomi kreatif unggulan di provinsi D.I. Yogyakarta dan masih akan terus unggul di masa mendatang karena memiliki nilai LQ>1 dan DLQ>1. Sedangkan Subsektor Desain Produk, Fotografi, Fashion, Penerbitan, Seni Pertunjukan dan Seni Rupa adalah subsektor non-basis yang memiliki potensi untuk menjadi subsektor basis/ unggulan di masa mendatang karena memiliki LQ<1 dan DLQ>1.
Sisanya, 7 subsektor lainnya (Arsitektur, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Kriya, Musik, Periklanan, serta Televisi dan Radio) merupakan subsektor non-basis yang belum memiliki potensi menjadi unggulan di masa mendatang karena memiliki nilai LQ<1 dan DLQ<1.
Tabel 4.16
Klasifikasi LQ dan DLQ Jawa Timur
Kriteria LQ > 1 LQ < 1
DLQ > 1 1. Kuliner 1. Film, Animasi, dan Video
2. Periklanan
DLQ < 1 1. Kriya
1. Arsitektur 2. Desain Interior
3. Desain Komunikasi Visual 4. Desain Produk
5. Fotografi 6. Musik 7. Fashion
8. Aplikasi dan Game Developer 9. Penerbitan
10. Televisi dan Radio 11. Seni Pertunjukan 12. Seni Rupa Sumber: Hasil pengolahan data sekunder
Berdasarkan klasifikasi LQ & DLQ Jawa Timur (Tabel 4.16), Kuliner merupakan subsektor ekonomi kreatif unggulan di provinsi Jawa Timur dan masih akan terus unggul di masa mendatang karena memiliki nilai LQ>1 dan DLQ>1. Sedangkan Kriya adalah subsektor unggulan yang berpotensi tidak menjadi unggul lagi di Jawa Timur karena miliki nilai LQ>1 namun DLQ<1. Sebaliknya, Film, Animasi & Video; dan Periklanan adalah subsektor non-basis yang berpotensi menjadi basis/ unggulan di masa mendatang karena memiliki LQ<1 dan DLQ>1. Sisanya, 12 subsektor
87 lainnya merupakan subsektor non-basis yang belum berpotensi menjadi unggulan di masa mendatang karena memiliki nilai LQ<1 dan DLQ<1.
Tabel 4.17
Klasifikasi LQ dan DLQ Bali
Kriteria LQ > 1 LQ < 1
3. Desain Komunikasi Visual 4. Desain Produk
5. Film, Animasi, dan Video 6. Musik
7. Fashion
8. Aplikasi dan Game Developer 9. Periklanan
10. Televisi dan Radio Sumber: Hasil pengolahan data sekunder
Berdasarkan klasifikasi LQ & DLQ Bali pada Tabel 4.17, terlihat bahwa subsektor Kriya dan Kuliner merupakan subsektor ekonomi kreatif unggulan di provinsi Bali dan masih akan terus unggul di masa mendatang karena memiliki nilai LQ>1 dan DLQ>1. Sedangkan subsektor Seni Pertunjukan dan Seni Rupa adalah subsektor unggulan yang berpotensi tidak menjadi unggul lagi di Bali karena miliki nilai LQ>1 namun DLQ<1.
Sebaliknya, subsektor Fotografi, dan Penerbitan adalah subsektor non-basis yang memiliki potensi untuk menjadi subsektor basis/ unggulan di masa mendatang karena memiliki LQ<1 dan DLQ>1. Sisanya, 10 subsektor lainnya merupakan subsektor non-basis yang belum memiliki potensi menjadi unggulan di masa mendatang karena memiliki nilai LQ<1 dan DLQ<1.