• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1°–4° Lintang Utara dan 98°–100° Bujur Timur. Provinsi Sumut berbatasan dengan daerah perairan dan laut serta dua provinsi lain: sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Aceh; di sebelah timur dengan Malaysia di Selat Malaka; di sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat; dan di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Provinsi Sumatera Utara terdiri atas 25 Kabupaten dan 8 Kota.

Selanjutnya Kabupaten/ Kota tersebut terdiri atas 449 kecamatan. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 72.981,23 km2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/ kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Langkat dengan luas 6.262,00 km2 (8,58% dari luas provinsi), diikuti

57 Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.134,00 km2 (8,40%), kemudian Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 6.030,47 km2 (8,26%). Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Tebing Tinggi dengan luas 31,00 km2 (0,04%).

Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Kepadatan penduduk pada tahun 2010 sebesar 188 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk selama 2000-2010 sebesar 1,22% per tahun. Pada Tahun 2016, penduduk Sumatera Utara berjumlah 14.102.911 jiwa yang terdiri dari 7.037.326 jiwa penduduk laki-laki dan 7.065.585 jiwa perempuan atau dengan rasio jenis kelamin/ sex ratio sebesar 99,60.

Pada Tahun 2016, angkatan kerja di Sumatera Utara sebagian besar berpendidikan SMA, mencapai 36,28%. Selanjutnya, setingkat SD kebawah dan SMP masing-masing sekitar 31,11% dan 21,23%, sedangkan sisanya 11,38% berpendidikan di atas SMA. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sumatera Utara sebesar 70,00 yang secara nasional peringkatnya berada pada posisi ke-12 dari 34 provinsi di Indonesia.

Anggaran Pendapatan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016 tercatat sebesar Rp 9,97 triliun, yang terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp4,63 triliun, dana perimbangan sebesar Rp 2,27 triliun, dan sisanya dari lain-lain pendapatan daerah yang sah. Adapun anggaran belanja pada tahun 2016 tersebut adalah sebesar Rp 9,95 triliun, yang terdiri atas belanja tidak langsung sebesar Rp7,06 triliun, dan belanja langsung sebesar Rp2,89 triliun. Untuk pembayaran belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan Pemerintah Desa sebesar Rp2,48 triliun.

PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2016 sebesar Rp 628,39 triliun. Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan kontributor utama dengan peranan mencapai 21,65%.

Selanjutnya diikuti oleh kategori Industri Pengolahan sebesar 19,98% dan kategori Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 17,89%. Sementara itu, kategori-kategori lainnya

58 memberikan total kontribusi sebesar 40,48% terhadap perekonomian di Sumatera Utara. Berdasarkan harga konstan tahun 2010, PDRB Sumatera Utara pada tahun 2016 sebesar Rp 463,78 triliun.

Pengeluaran rata-rata perkapita sebulan penduduk Sumatera Utara menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016 di daerah perkotaan/ perdesaan pada tahun 2016 sebesar Rp853.756 yang terdiri dari pengeluaran untuk makanan sebesar Rp472.220 (55,31%) dan bukan makanan sebesar Rp381.537 (44,69%).

Gambar 4.1

Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke Sumatera Utara 2010-2016 (Jiwa)

Sumber: BPS Provinsi

Wisatawan mancanegara yang datang langsung ke Sumatera Utara (Gambar 4.1) tahun 2016 sebanyak 233.643 orang atau mengalami kenaikan sebanyak 1,92% dibandingkan tahun sebelumnya.

Gambar 4.2

Pengguna Internet Sumatera Utara 2010-2016 (%)

Sumber: Statistik Telekomunikasi Indonesia, BPS.

Pertumbuhan pengguna internet di Sumatera Utara selama 2010-2016 cukup pesat (pada Gambar 4.2), dimulai dari hanya 9,68% pada tahun 2010, menjadi 20,41% pada tahun 2016.

191,466

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

9.68 11.36 13.27 12.76 14.40

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

59 2. Provinsi Jawa Barat

Jawa Barat yang merupakan provinsi dengan letak di bagian barat Pulau Jawa ini terletak di antara 5º50’-7º50’ Lintang Selatan dan 104º48’-108º48’

Bujur Timur. Batas Wilayah Provinsi Jawa Barat sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta; sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah; sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia; sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Banten.

Secara administratif, Jawa Barat terbagi menjadi 27 Kabupaten/ Kota, atau terdiri dari 18 Kabupaten dan 9 Kota, yang membawahi 627 kecamatan, 3.291 desa dan 2.672 kelurahan, dengan kota Bandung sebagai ibukota Provinsi. Tiga kabupaten terluas di Jawa Barat adalah Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Garut, luasnya mencapai 31,26% terhadap total wilayah Jawa Barat. Untuk daerah 3 kota terluas di Jawa Barat yaitu Kota Bekasi, Kota Depok, dan Kota Tasikmalaya.

Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, pada tahun 2016 diperkirakan mencapai 47,38 juta jiwa, terdiri atas laki-laki sebanyak 24,01 juta jiwa dan perempuan sebanyak 23,37 juta (sex ratio sebesar 102,75 yang artinya terdapat 102 penduduk laki-laki dalam setiap 100 penduduk perempuan). Jumlah angkatan kerja sebanyak 21,07 juta orang, dimana 19,20 juta orang (91,1%) di antaranya bekerja di berbagai sektor usaha, sedangkan sisanya 1,87 juta (8,89%) masih menganggur. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Barat meningkat dari 66,67 pada tahun 2011 menjadi 70,05 pada tahun 2016.

Pada tahun 2016, PDRB (ADHB) mencapai Rp. 1.653 triliun, dan PDRB (ADHK) sebesar Rp 1.275,5 triliun. Realisasi APBD Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016 mencapai Rp 26.806,85 miliar. PAD penyumbang terbesar yaitu sebesar Rp 16.180,20 milyar (60,36%), dengan komponen pajak daerah berkontribusi sebesar 14.930,51 miliar. Jenis pengeluaran terbesar berasal dari Belanja Tidak Langsung yaitu sebesar Rp 21.755,51 miliar (75,05%), sedangkan belanja langsung sebesar Rp 6.847,77 miliar.

Selama periode 2010-2015, pertumbuhan kunjungan wisatawan ke Jawa Barat (Gambar 4.3), cenderung meningkat secara perlahan di angka 1,9 juta,

60 namun kemudian meningkat lebih dari dua kali lipat di tahun 2016 dari 2,027 juta jiwa menjadi 4,428 juta jiwa. Demikian juga jumlah wisatawan domestik, selalu mengalami peningkatan dari 45,54 juta orang menjadi 59,64 juta orang (Provinsi Jawa Barat Dalam Angka, BPS, 2016).

Gambar 4.3

Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke Jawa Barat 2010-2016 (Jiwa)

Sumber: BPS Provinsi

Pertumbuhan pengguna internet di Jawa Barat selama 2010-2016 cukup pesat (pada Gambar 4.4), dimulai dari hanya 12,91% pada tahun 2010, menjadi sebanyak 27,92% pada tahun 2016.

Gambar 4.4

Pengguna Internet Jawa Barat 2010-2016 (%)

Sumber: Statistik Telekomunikasi Indonesia, BPS.

3. Provinsi D.I. Yogyakarta

Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara astronomis terletak pada posisi 7°33’- 8°12’ Lintang Selatan dan 110°00’-110°50’ Bujur Timur.

Posisi geografis DIY berada di bagian tengah Pulau Jawa, tepatnya di sisi bagian selatan. Seluruh wilayah administrasi DIY dikelilingi oleh wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Wilayah bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, bagian utara berbatasan dengan Kabupaten

722,715

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

12.91 13.73

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

61 Magelang dan Boyolali, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Wonogiri. Sementara, wilayah bagian selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.

Wilayah administrasi DIY terbagi menjadi 5 kabupaten/ kota, yakni Kulon Progo, Bantul, Gunungkidul, Sleman, dan kota Yogyakarta, dengan pusat pemerintahan berada di Kota Yogyakarta. Jumlah kecamatan pada sebanyak 78 kecamatan dan terbagi menjadi 438 desa/ kelurahan. Daerah dengan wilayah terluas adalah Gunungkidul sebesar 1.485,4 km2 (46,6%

dari luas DIY), sementara, Kota Yogyakarta memiliki wilayah terkecil sebesar 32,5 km2 (1,02%).

Berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk Kabupaten/ Kota Provinsi D.I.

Yogyakarta 2010-2035 jumlah penduduk DIY tahun 2016 tercatat 3.720.912 jiwa, dengan persentase jumlah penduduk laki-laki 49,45% dan penduduk perempuan 50,55%. Dengan luas wilayah 3.185,80 Km2, kepadatan penduduk tercatat 1.168 jiwa per Km2. Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2016, persentase penduduk DIY umur 15 tahun ke atas menurut kegiatan adalah 71,96% merupakan angkatan kerja yaitu 70,00%

bekerja dan 1,96% pengangguran, sedangkan bukan angkatan kerja sebesar 28,04%, yaitu berstatus sekolah 3,37%, mengurus rumah tangga 14,77%

dan lainnya 3,91%.

Berdasarkan data RAPBD D.I. Yogyakarta tahun 2016, realisasi penerimaan daerah tercatat sebesar Rp 3,4 triliiun, berasal dari PAD sebesar 46,86%. Dana Perimbangan sebesar 30,06%, serta dari penerimaan lainnya yang sah sebesar 23,09%. Sedangkan rencana anggaran belanja tahun 2016 tercatat sebesar Rp 3,496 triliiun (Provinsi D.I. Yogyakarta Dalam Angka, BPS, 2016).

Perekonomian D.I. Yogyakarta (PDRB ADHK) tahun 2016 tumbuh sebesar 5,05%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,95%. Nilai PDRB (ADHB) D.I. Yogyakarta pada tahun 2016 tercatat sebesar Rp 110.098 juta, atau naik 8,53% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 101.448 juta. Di sisi lain, peran sektor Pertanian sebagai penyumbang terbesar dalam perekonomian Provinsi D.I. Yogyakarta

62 semakin tergeser oleh sektor lain. Rata-rata pengeluaran per kapita penduduk pada tahun 2016 tercatat sebesar Rp 1.070.963 perbulan, yang terdiri dari pengeluaran makanan sebesar Rp. 434.005(40,52 %) dan non-makanan sebesar Rp. 636.958 (59,48 %).

Gambar 4.5

Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke D.I. Yogyakarta 2010-2016 (Jiwa)

Sumber: BPS Provinsi

Wisatawan mancanegara yang datang langsung ke D.I Yogyakarta (Gambar 4.5) terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, dan pada tahun 2016 sebanyak 355.313 orang, atau mengalami kenaikan sebanyak 15,18%

dibandingkan tahun sebelumnya.

Gambar 4.6

Pengguna Internet D.I. Yogyakarta 2010-2016 (%)

Sumber: Statistik Telekomunikasi Indonesia, BPS.

Pertumbuhan pengguna internet di D.I. Yogyakarta selama 2010-2016 (Gambar 4.6) cukup pesat dan menjadikannya sebagai provinsi dengan proporsi pengguna internet tertinggi dibandingkan 4 provinsi lainnya.

Tumbuh dari 21,08% pada tahun 2010, menjadi 38,84% pada tahun 2016.

4. Provinsi Jawa Timur

Provinsi Jawa Timur secara astronomis terletak pada 111,00°-114,4°

Bujur Timur dan 7,12°-8,48° Lintang Selatan. Batas daerah: Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Selatan. Di sebelah timur

152,843 169,565

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

21.08 22.52 25.12 26.46

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

63 berbatasan dengan Pulau Bali. Di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.

Provinsi Jawa Timur dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu Jawa Timur daratan dan Pulau Madura. Luas wilayah Jawa Timur mencakup 90% dari seluruh luas wilayah Provinsi Jawa Timur, sedangkan luas Pulau Madura hanya sekitar 10%. Luas wilayah Provinsi Jawa Timur yang mencapai 47.799,75 km2, terbagi menjadi 38 Kabupaten/ Kota: 29 Kabupaten dan 9 Kota.

Jumlah penduduk Jawa Timur dari hasil proyeksi yaitu sebesar 39.075.152 jiwa pada tahun 2016 atau naik 0,59 % dibandingkan tahun 2015 sebesar 38.847.561. Kota Surabaya mempunyai jumlah penduduk yang paling besar, yaitu 2.862.406 jiwa, diikuti Kabupaten Malang 2.544.315 jiwa dan Kabupaten Jember 2.419.000 jiwa. Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas di Jawa Timur yang termasuk angkatan kerja sejumlah 20.274.681 orang, sedangkan yang bukan angkatan kerja sejumlah 9.610.164 orang, dengan pendidikan tertinggi paling banyak yaitu SD sebanyak 5.595.549 jiwa, kemudian disusul oleh SMP dan SMA dengan masing-masing sejumlah 3.696.203 jiwa dan 3.060.797 jiwa. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2016 yaitu 27.764,32 ribu jiwa dengan penduduk miskin terbanyak yaitu terdapat di Provinsi Jawa Timur sebesar 4.638,53 ribu jiwa. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Timur mencapai 69,74 pada tahun 2016.

Banyaknya sekolah SD selama periode 2015/2016 yang tercatat pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, sebanyak 19.533 sekolah dengan jumlah murid 3.170.002; SMP sebanyak 4.606 sekolah dengan jumlah murid 1.223.632 dan SMA sebanyak 1.566 sekolah dengan murid sebanyak 505.837. Sementara itu, jumlah MI sebanyak 7.424 sekolah dengan murid 906.183; MTs sebanyak 3.628 sekolah dengan murid 597.480 dan MA sebanyak 1.654 sekolah dengan murid 290.629 orang.

Realisasi pendapatan daerah pada tahun 2016 sekitar 79,61 triliun rupiah. Sementara realisasi belanja sekitar 82,91 triliun rupiah. Pengeluaran

64 rata-rata perkapita penduduk per bulan di Jawa Timur tahun 2016 pada kelompok makanan sebanyak 49,08% dan kelompok bukan makanan sebanyak 50,92% dengan distribusi terbanyak pada kelompok perumahan, bahan bakar, penerangan, dan air sekitar 48,82%, diikuti kelompok aneka barang dan jasa sekitar 25,52%.

Angka PDRB Jawa Timur (ADHB) selama kurun waktu tiga tahun terakhir adalah masing-masing Rp 1.537.947,63 miliar (2014), Rp 1.692.903,00 (2015), dan Rp 1.855.042,70 miliar (2016). Sementara angka PDRB Jawa Timur (ADHK 2010), selama kurun waktu tiga tahun terakhir masing-masing Rp 1.262.684,50 miliar (2014), Rp 1.331.394,99 miliar (2015) dan Rp 1.405.236,11 miliar (2016).

PDRB (ADHB) menurut pengeluaran di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016, urutan pertama konsumsi rumah tangga sebesar Rp 1.108.304,19 miliar, diikuti oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar Rp 518.525,40 miliar. Sedangkan pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami penurunan dari tahun 2015 sebesar Rp 109.053,28 miliar menjadi Rp 106.701,74 miliar pada tahun 2016. Peranan sektoral terhadap pembentukan PDRB ADHB menurut lapangan usaha tahun 2016, terbesar pada kategori industri pengolahan (28,92%), perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor (18%), diikuti pertanian, kehutanan dan perikanan (13,31%), pengadaan air dan pengolahan sampah, limbah dan daur ulang (0,09%). Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tahun 2016, terutama didukung oleh pertumbuhan pada kategori Pertambangan dan Penggalian (14,18%), Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (8,49%), serta Informasi dan Komunikasi (7,57%).

Wisatawan mancanegara yang datang ke Jawa Timur (Gambar 4.7) meningkat pada 2010-2013 dengan angka tertinggi sebanyak 255.041 orang pada tahun 2013. Namun pada tahun 2014-2015 mengalami penurunan, dan hanya sebanyak 200.851 orang pada tahun 2015. Kemudian meningkat kembali pada tahun 2016 menjadi 220.570 orang, dimana wisatawan dengan VISA sebanyak 64.272 orang dan tanpa VISA sebanyak 156.298 orang (Provinsi Jawa Timur Dalam Angka, BPS, 2016).

65 Gambar 4.7

Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke Jawa Timur 2010-2016 (Jiwa)

Sumber: BPS Provinsi

Pertumbuhan pengguna internet di Jawa Timur selama 2010-2016 cukup pesat (pada Gambar 4.8), dimulai dari hanya 8,97% pada tahun 2010, menjadi 24,12% pada tahun 2016.

Gambar 4.8

Pengguna Internet Jawa Timur 2010-2016 (%)

Sumber: Statistik Telekomunikasi Indonesia, BPS.

5. Provinsi Bali

Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal dengan sebutan Pulau Dewata (Paradise Island). Provinsi kepulauan dengan luas wilayah terkecil di Indonesia, yang hanya seluas 5.636,66 km (0,29% dari luas kepulauan Indonesia), namun dengan keindahan budaya dan alamnya, Bali terpilih sebagai Pulau Terbaik DestinAsian Readers Choice Awards selama 12 tahun berturut-turut, dan sebagai Destinasi Terbaik di Dunia 2017 versi Trip Advisor.

Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Secara geografis, Bali terletak di antara Provinsi Nusa Tenggara Barat di bagian timur, Jawa Timur di sebelah barat, Samudera Hindia di bagian selatan, dan Laut Bali di bagian utaranya. Secara astronomis, Provinsi Bali terletak pada

168,888

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

8.97 10.65

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

66 08°03’40”–08°50’48” Lintang Selatan dan 114°25’53”–115°42’40” Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis layaknya wilayah lain di Indonesia. Provinsi Bali diresmikan pada tahun 1959, dengan Ibukota berada di Kota Denpasar. Provinsi Bali terbagi dari 8 kabupaten dan 1 kota, yang memuat 57 kecamatan dan 716 desa/ kelurahan. Meliputi Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Buleleng, Karangasem, dan Kota Denpasar.

Berdasarkan angka proyeksi penduduk tahun 2016 tercatat jumlah penduduk di Bali sebanyak 4.200,1 ribu jiwa yang terdiri dari 2.115,0 ribu jiwa (50,36%) penduduk laki-laki dan 2.085,1 ribu jiwa (49,64%) penduduk perempuan (sex ratio: 101,43). Dengan luas wilayah 5.636,66 km2, maka kepadatan penduduk di Bali telah mencapai 745 jiwa/km2. Pada tahun 2016, penduduk usia kerja di Bali sebanyak 2.463.039 orang, terdiri dari penduduk yang sudah bekerja 2.416.555 orang (98,11%) dan jumlah pengangguran terbuka mencapai 46.484 orang (1,89%).

Berdasarkan data Dinas Pendidikan Provinsi Bali, selama tahun 2016/2017 jumlah murid SD/MI mencapai 418.444 siswa, jumlah guru 27.655 orang (rasio: 15,13; artinya, tiap guru SD/MI dapat mengajar rata-rata 15 murid). Pada tingkat SLTP/MTs, jumlah murid sebanyak 204.789 orang, jumlah guru 13.387 orang (rasio: 15,30). Jumlah murid SMU/MA mencapai 88.937 orang, jumlah guru 4.969 orang (rasio: 17,90). Jumlah murid pada jenjang SMK sebanyak 92.088 orang, jumlah guru 3.681 orang (rasio: 25,02).

Berdasarkan hasil Susenas, jumlah penduduk miskin pada September 2016 bertambah 43,85 ribu orang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada September 2015. Pada tahun 2016, garis kemiskinan perkotaan sebesar Rp 357.427 dan pedesaan Rp 328.033. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Bali pada tahun 2015 mencapai 73,27, lalu meningkat pada tahun 2016 menjadi 73,6. Jika dilihat dari komponen penyusunnya, angka harapan hidup sebesar 71,41 tahun, harapan lama sekolah sebesar 13,04 tahun, rata-rata lama sekolah sebesar 8,36 tahun, dan rata-rata pengeluaran per kapita disesuaikan sebesar Rp 13,28 juta.

67 Realisasi penerimaan Pemprov Bali selama tahun anggaran 2016 mencapai Rp 5,25 triliun, dengan belanja daerah mencapai Rp 5,42 triliun.

Pada tahun anggaran 2016, PAD Bali sebesar Rp 3,04 triliun, atau memberi kontribusi sekitar 57,90% dari total penerimaan. Sedangkan pengeluaran tertinggi digunakan untuk belanja tidak langsung yang mencapai Rp 3,86 triliun (71,22%), sisanya sebanyak Rp 1,56 triliun (28,78%) digunakan untuk belanja langsung.

Gambar 4.9

Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke Bali 2010-2016 (Jiwa)

Sumber: BPS Provinsi

Wisatawan mancanegara yang datang ke Bali (Gambar 4.9) selalu meningkat setiap tahunnya, dan menjadikan provinsi Bali sebagai destinasi wisata utama dengan jumlah wisatawan mancanegara terbanyak di antara 4 provinsi, dan 29 provinsi lainnya di Indonesia. Pada tahun 2016, kunjungan wisman ke Bali mencapai 4,92 juta orang, atau meningkat 23,13% dari tahun 2015 yang sebanyak 4 juta orang (Provinsi Bali Dalam Angka, BPS, 2016).

Gambar 4.10

Pengguna Internet Bali 2010-2016 (%)

Sumber: Statistik Telekomunikasi Indonesia, BPS.

Pertumbuhan pengguna internet di Bali selama 2010-2016 cukup pesat (pada Gambar 4.10), dari hanya 13,13% pada tahun 2010, menjadi sebanyak 33,87% pada tahun 2016.

2,576,142 2,826,709 2,949,332 3,278,598

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

13.13 15.23

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

68 B. Analisis dan Pembahasan

1. Perkembangan Ekonomi Kreatif Daerah a. Provinsi Sumatera Utara

Pertumbuhan ekonomi kreatif di Provinsi Sumatera Utara dibandingkan dengan ekonomi kreatif di tingkat nasional ditunjukkan oleh Gambar 4.11, dimana pertumbuhan provinsi Sumatera Utara berada di angka 4,93% pada tahun 2011 dan terus mengalami peningkatan hingga 6,64% pada tahun 2016 dan melebihi pertumbuhan ekraf nasional. Sementara pertumbuhan ekraf tingkat nasional cenderung menurun sejak 2011-2015, dan kemudian meningkat lagi pada tahun 2016.

Gambar 4.11

Pertumbuhan Ekraf Sumatera Utara (ADHK) 2011-2016

Sumber: Bekraf, 2017, diolah

Tabel 4.1 menunjukkan PDRB sektor ekonomi kreatif Provinsi Sumatera Utara cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, dan pada tahun 2016 nilainya sebesar Rp 29.923,8 miliar, atau berkontribusi sebesar 4,76% terhadap total PDRB Provinsi Sumatera Utara. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara secara konsisten didominasi oleh 3 subsektor, yakni: Kuliner senilai Rp 19.970,52 miliar (66,73% ); Kriya senilai Rp 5.290,72 miliar (17,68%), dan; Penerbitan Rp 1.311,79 miliar (4,38%) pada tahun 2016.

Tabel 4.1

PDRB Ekraf Sumatera Utara (ADHB) 2013-2016 (Miliar Rp)

No. Subsektor 2013 2014 2015 2016

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%

Ekraf Sumut Ekraf Nasional

69

6 Fotografi 80,74 88,37 96,47 105,79

7 Kriya 3.976,75 4.389,93 4.832,38 5.290,72

8 Kuliner 14.339,90 16.410,40 18.253,06 19.970,52

9 Musik 79,05 90,09 100,28 109,21

10 Fashion 708,22 762,51 833,07 901,87

11 Aplikasi dan Game Developer 185,83 201,37 221,28 241,40

12 Penerbitan 965,29 1.065,80 1.193,63 1.311,79

13 Periklanan 135,61 151,59 165,02 180,32

14 Televisi dan Radio 612,58 656,20 692,79 732,35

15 Seni Pertunjukan 42,45 47,33 50,97 54,60

16 Seni Rupa 35,07 37,43 40,18 43,09

a. PDRB Ekraf SUMUT 21.863,40 24.702,10 27.363,10 29.923,80

b. PDRB Non-Ekraf SUMUT 447.600,60 497.252,80 544.358,90 598.470,30

c. PDRB PROV SUMUT 469.464,00 521.955,00 571.722,00 628.394,20

d. Kontribusi Ekraf/PDRB Prov (%) 4,66 4,73 4,79 4,76

Sumber: Bekraf, 2017, diolah.

Dari sisi ketenagakerjaan, ditunjukkan oleh Tabel 4.2, pada tahun 2016 sektor ekonomi kreatif mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 543.179 orang atau senilai 3,21% terhadap total tenaga kerja ekraf di tingkat nasional, atau senilai 9,07% terhadap total tenaga kerja di Provinsi Sumatera Utara. Dimana angka jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif tersebut mengalami penurunan sebanyak 62.940 orang (10,38%) dibandingkan tahun 2015.

Tabel 4.2

Tenaga Kerja Ekraf Sumatera Utara 2011-2016 (Jiwa)

Tahun Ekraf

Sumber: BPS dan Bekraf, 2017, diolah.

Dilihat dari sisi ekspor, (Gambar 4.12) ekspor ekraf provinsi Sumatera Utara cenderung mengalami penurunan, dari sebesar Rp 83.191.025 US$ pada tahun 2010, menjadi Rp 54.025.861 US$ pada tahun 2015. Namun meningkat kembali pada tahun 2016 menjadi sebesar Rp 56.810,908 US$, dengan distribusi subsektor: Kriya (81,4%), Kuliner (14,48) Fashion (4,11%), dan Penerbitan (0,0073%).

70 Gambar 4.12

Ekspor Ekraf Sumatera Utara (US$)

Sumber: Bekraf, 2017, diolah.

Pada tahun 2016, tercatat jumlah usaha/ perusahaan ekonomi kreatif di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 401.105, dimana sebanyak 16,45% telah menerapkan e-commerce (Bekraf, 2017).

b. Provinsi Jawa Barat

Pertumbuhan ekonomi kreatif di Provinsi Jawa Barat dibandingkan dengan ekonomi kreatif di tingkat nasional ditunjukkan oleh Gambar 4.13, dimana pertumbuhan provinsi Jawa Barat berada dari titik yang hampir sama dengan ekraf nasional, yaitu di angka 6,35% pada tahun 2011, namun mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2012 menjadi 4,12%.

Kemudian terus mengalami peningkatan kembali hingga mencapai 6,66%

pada tahun 2016 dan melebihi pertumbuhan ekraf nasional.

Gambar 4.13

Pertumbuhan Ekraf Jawa Barat (ADHK) 2011-2016

Sumber: Bekraf, 2017, diolah.

Tabel 4.3 menunjukkan PDRB sektor ekonomi kreatif Provinsi Jawa Barat cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, dan pada tahun 2016 nilainya sebesar Rp 191.338,31 miliar, atau berkontribusi sebesar

83,191,025

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

6.35

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%

Ekraf Jabar Ekraf Nasional

71 11,58% terhadap total PDRB Provinsi Jawa Barat. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Barat menunjukkan secara konsisten didominasi oleh 3 subsektor, yakni: Pada tahun 2016, Kuliner senilai Rp 78.389,58 miliar (40,96%), meskipun nilainya sangat besar namun kontribusinya terhadap PDRB lebih kecil dibandingkan dengan 4 provinsi lainnya yang berkontribusi di atas 60%; sebaliknya, Fashion dengan nilai Rp 66.399,46 miliar (34,7%) menjadikan Jawa Barat sebagai provinsi dengan nilai fashion terbesar dibandingkan dengan 4 provinsi lainnya yang hanya di bawah 8% terhadap PDRB. Selanjutnya, Kriya dengan nilai Rp 28.685,24 miliar (14,99%) pada tahun 2016.

Tabel 4.3

PDRB Ekraf Jawa Barat (ADHB) 2013-2016 (Miliar Rp)

No. Subsektor 2013 2014 2015 2016

1 Arsitektur 1.493,91 1.689,43 1.89820 2.021,66

2 Desain Interior 121,90 128,12 138,22 149,14

3 Desain Komunikasi Visual 15,47 17,28 19,13 21,02

4 Desain Produk 68,27 72,91 77,04 81,07

5 Film, Animasi, dan Video 213,74 238,88 264,46 292,01

6 Fotografi 174,21 189,34 205,53 224,23

7 Kriya 22.411,73 24.790,46 26.710,90 28.685,24

8 Kuliner 51.902,74 59.777,75 68.798,15 78.389,58

9 Musik 451,72 514,08 581,52 658,31

10 Fashion 49.338,99 56.190,80 61.851,30 66.399,46

11 Aplikasi dan Game Developer 758,37 845,63 942,84 1.069,28

12 Penerbitan 5.763,71 6.226,38 6.692,13 7.279,84

13 Periklanan 374,91 425,06 462,56 501,26

14 Televisi dan Radio 3.528,13 3.985,13 4.428,28 4.922,97

15 Seni Pertunjukan 314,29 353,89 392,85 437,87

16 Seni Rupa 166,17 176,46 189,26 205,36

a. PDRB Ekraf JABAR 137.098,26 155.621,60 173.652,36 191.338,31

b. PDRB Non-Ekraf JABAR 1.121.891,07 1.230.203,48 1.351.179,84 1.461.251,13

c. PDRB PROV JABAR 1.258.989,33 1.385.825,03 1.524.832,20 1.652.589,44

d. Kontribusi Ekraf/PDRB Prov (%) 10,89 11,23 11,39 11,58

Sumber: Bekraf, 2017, diolah.

Dari sisi ketenagakerjaan, ditunjukkan oleh Tabel 4.4, pada tahun 2016, sektor ekonomi kreatif mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 3.808.368 orang atau senilai 22,52% terhadap total tenaga kerja ekraf di tingkat nasional, atau senilai 19,83% terhadap total tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat.

72 Tabel 4.4

Tenaga Kerja Ekraf Jawa Barat 2011-2016 (Jiwa)

Tahun Ekraf

Sumber: BPS dan Bekraf, 2017, diolah.

Dilihat dari sisi ekspor, (Gambar 4.14) ekspor ekonomi kreatif provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan sepanjang 2010-2014 dari sebesar 4.916.765.635 US$ menjadi 6.559.144.042 US$. Namun pada tahun 2015-2016 terjadi penurunan ekspor ekraf menjadi 6.387.752.133 US$ pada tahun 2016, dengan distribusi subsektor: Fashion (72,88% terhadap total ekspor), Kriya (18,37% terhadap total ekspor), Kuliner (8,5% terhadap total ekspor), Penerbitan (0,22%) terhadap total ekspor, Seni Rupa (0,0045% terhadap total ekspor), dan Musik (2,97e-7% terhadap total ekspor).

Gambar 4.14

Ekspor Ekraf Jawa Barat (US$)

Sumber: Bekraf, 2017, diolah.

Pada tahun 2016, tercatat jumlah usaha/ perusahaan ekonomi kreatif di Provinsi Jawa Barat sebanyak 1.504.069, dimana sebanyak 49,84% telah menerapkan e-commerce (Bekraf, 2017).

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

73 c. Provinsi D.I. Yogyakarta

Pertumbuhan ekonomi kreatif di Provinsi D.I. Yogyakarta dibandingkan dengan ekonomi kreatif di tingkat nasional ditunjukkan oleh Gambar 4.15, dimana pertumbuhan provinsi D.I. Yogyakarta berada di angka 5,25% pada tahun 2011, kemudian turun menjadi 4,49% pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 meningkat kembali sebesar 7,39%. Selanjutnya, perkembangan ekraf D.I. Yogyakarta cenederung mengalami penurunan seiring dengan ekraf level nasional, namun masih lebih tinggi (5,83%) dibandingkan dengan level nasional yang sebesar 4,95% pada tahun 2016.

Gambar 4.15

Pertumbuhan Ekraf DI Yogyakarta (ADHK) 2011-2016

Sumber: Bekraf, 2017, diolah.

Tabel 4.5 menunjukkan PDRB sektor ekonomi kreatif Provinsi D.I.

Yogyakarta cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, dan pada tahun 2016 nilainya sebesar Rp 17.751,3 miliar, atau berkontribusi sebesar 16,12% terhadap total PDRB Provinsi D.I. Yogyakarta. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi D.I. Yogyakarta secara konsisten didominasi oleh 3 subsektor, yaitu: Kuliner senilai Rp 11.774,7 miliar (66,33% terhadap PDRB Ekraf); Kriya senilai Rp 1.593,9 miliar (8,98% terhadap PDRB Ekraf);), dan; Aplikasi dan Game Developer sebesar Rp 1.305 miliar (7,35% terhadap PDRB Ekraf);) dan Fashion Rp 1.278,7 (7,2% terhadap PDRB Ekraf);) pada tahun 2016.

5.25

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%

Ekraf DIY Ekraf Nasional

74 Tabel 4.5

PDRB Ekraf D.I. Yogyakarta (ADHB) 2013-2016 (Miliar Rp)

No. Subsektor 2013 2014 2015 2016

11 Aplikasi dan Game Developer 872,30 1.019,60 1.173,10 1.305,00

12 Penerbitan 586,40 624,20 657,20 712,90

13 Periklanan 13,30 15,10 16,20 17,90

14 Televisi dan Radio 278,90 292,10 304,60 331,70

14 Televisi dan Radio 278,90 292,10 304,60 331,70