• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKU Ke-1 : Angka Kelahiran Total (Total fertility Rate/TFR) per WUS (15-49

Dalam dokumen SAMBUTAN. Ir. D. Tino Tandayu, M.Erg NIP (Halaman 62-66)

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Utara

A.1. Pencapaian Indikator Kinerja Sasaran Program/Kegiatan

A.1.1. IKU Ke-1 : Angka Kelahiran Total (Total fertility Rate/TFR) per WUS (15-49

Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate yang sering disingkat TFR adalah jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa usia suburnya (antara umur 15-49 tahun). Indikator ini penting dan strategis untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu negara ataupun seluruh negara dalam mengendalikan jumlah penduduknya melalui program Keluarga Berencana. Selain itu, Angka Kelahiran Total memiliki peran penting dalam pembangunan negara khususnya dalam mendukung terciptanya periode bonus demografi yang lebih panjang sehingga jendela kesempatan (window of opportunity) memiliki peluang untuk terbuka. Bonus demografi, yakni kondisi dimana proporsi penduduk usia non produktif (penduduk berusia dibawah 15 tahun dan di atas 65 tahun) lebih rendah daripada proporsi penduduk usia produktif (penduduk berusia 15-64 tahun), dapat memiliki periode yang lebih panjang apabila TFR dapat ditekan sehingga dalam jangka panjang proporsi penduduk usia non produktif yang menjadi beban dapat menurun atau terjaga agar tidak lebih tinggi daripada proporsi penduduk produktif.

Grafik 3.1. Capaian TFR per WUS (15-49 tahun) Tahun 2021 Provinsi Sulawesi Utara dibandingkan dengan Target Provinsi Tahun 2021, Target Nasional dan Target Tahun 2024

1,99

2,24

2,07 2,07

Target Tahun 2024 Target Nasional Target Provinsi Realisasi Tahun 2021

55

2019 2020 2021

2,54

2,56 2,07

Grafik 3.2. Tren Capaian TFR

Berdasarkan pada Grafik 3.1. dapat dilihat bahwa realisasi IKU Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) per WUS 15-49 tahun Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Utara di tahun 2021 sebesar 2,07 dan angka ini telah sesuai dengan target Provinsi sebesar 2,07 dengan capaian kinerja sebesar 100%. Dalam hal pelaksanaan program tentunya angka ini menunjukkan keberhasilan dimana Provinsi telah memenuhi target yang telah diberikan. Selain itu jika dibandingkan dengan target Nasional 2,24 capaian TFR Provinsi Sulawesi Utara mencapai 108,21% sedangkan untuk capaian TFR jika dibandingkan dengan target jangka menengah tahun 2024 adalah sebesar 96,13%. Disisi lain angka realisasi TFR Tahun 2021 untuk Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Utara bukan harus dijadikan sebagai suatu euphoria, hal ini dikarenakan masih terdapat tantangan dan pekerjaan rumah yang besar jika melihat pada target TFR tahun 2024 sebesar 1,99. Berbagai inovasi tentunya harus terus dilakukan dalam mencapai keberhasilan pencapaian indikator Kinerja tersebut.

Pada grafik 3.2. menjelaskan adanya tren realisasi TFR dalam 3 tahun terakhir dimana di tahun 2019 realisasi TFR sebesar 2,54, ditahun 2020 sebesar 2,56 dan ditahun 2021 sebesar 2,07.

Melihat data tersebut menjelaskan bahwa adanya tren naik dalam arti negatif dan turun dalam arti positif. Dimana di tahun 2020 TFR mengalami kenaikan dan di tahun 2021 mengalami penurunan, angka penurunan ini merupakan hal yang sangat baik dikarenakan semakin rendah angka TFR yang diperoleh maka semakin baik Program Bangga Kencana di suatu daerah. Jika melihat dari tren capaian TFR menunjukkan nilai yang positif dimana dari segi persentase realisasi capaian TFR yang diperoleh ditahun 2021 jika dibandingan dengan capaian di tahun 2020 mencapai 123,67% dan untuk capaian kinerjanya sebesar 121,91% (dengan data capaian kinerja di tahun 2020 sebesar 82,03%).

Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab keberhasilan pencapaian TFR di Provinsi Sulawesi Utara :

56 1. Peningkatan pelaksanaan program kemitraan melalui pelayanan KB pada momentum hari besar seperti peringatan hari Kontrasepsi sedunia, hari vasektomi sedunia, hari keluarga Nasional dan TNI KB-Kesehatan;

2. Adanya peningkatan akses informasi tentang peran program KB di era Pandemi sehingga meningkatnya pengetahuan dari para ibu, dimana penundaan kehamilan sangat penting dilakukan dimasa ini. Selama kehamilan ada berbagai perubahan yang terjadi pada ibu hamil, termasuk hormonal dan keadaan fisik sehingga menempatkan ibu hamil menjadi kondisi yang rentan;

3. Peningkatan pemahaman dari para masyarakat tentang pentingnya kesejahteraan dan ketahanan keluarga dimasa Pandemi hal ini dikarenakan pada masa ini menyebabkan terjadinya perekonomian yang sulit sehingga diperlukan perencanaan jumlah anak yang ideal;

4. Keterjaminan Alokon di Faskes melalui Persentase Faskes teregister yang mendapat ketersediaan Alokon Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).

Aspek manfaat atas capaian keberhasilan terhadap penurunan TFR di Provinsi Sulawesi Utara adalah meningkatnya kualitas hidup keluarga, melalui peningkatan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Disamping peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia sebagai hasil akhir dari terkendalinya jumlah penduduk. Sedangkan dalam penggunaan dan pemanfaatan anggaran Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Utara berhasil mengoptimalkan dan menggunakan anggaran se-efisien mungkin, meskipun telah dilakukan refocusing anggaran untuk penanganan covid-19.

A.1.2. IKU Ke-2 : Angka Prevalensi Kontrasepsi Modern (Modern Contraceptive Prevalence Rate/mCPR)

Prevalensi kontrasepsi modern (mCPR) adalah persentase pasangan usia subur (PUS) yaitu pasangan suami istri berstatus kawin, istrinya berusia 15-49 tahun, yang sedang menggunakan alat/cara KB modern berupa sterilisasi wanita (MOW), sterilisasi pria (MOP), Pil, IUD, Suntik, Susuk KB (Implant) dan kondom atau angka mCPR dapat diartikan sebagai perbandingan antara PUS yang menjadi peserta KB modern (peserta KB yang saat ini menggunakan salah satu alat kontrasepsi) dengan jumlah PUS, dinyatakan dalam persentase. Secara matematis rumus untuk menghitung prevalensi kontrasepsi modern adalah sebagai berikut:

CPR = Jumlah PUS yang sedang ber KB cara modern x 100%

Jumlah PUS

57

2019 2020 2021

61,6 61,3 56,2

Grafik 3.3. Capaian Persentase Pemakaian Kontrasepsi Modern Provinsi Sulawesi Utara dibandingkan dengan target Provinsi tahun 2021, target Nasional dan target tahun 2024

Grafik 3.4. Tren Capaian mCPR

Pada Grafik 3.3. dapat dilihat bahwa realisasi mCPR untuk BKKBN Provinsi Sulawesi Utara sebesar 56,2% dari target Provinsi sebesar 63,63% dengan persentasi capaian sebesar 88,32%.

Dalam hal pelaksanaan program tentunya angka ini belum menunjukkan sebuah keberhasilan dimana Provinsi belum dapat memenuhi target yang telah diberikan. Selain itu, jika dibandingkan dengan target Nasional capaian mCPR Provinsi Sulawesi Utara mencapai 90,41% sedangkan untuk capaian mCPR jika dibandingkan dengan target jangka menengah tahun 2024 adalah sebesar 86,57%. Jika membandingkan capaian keberhasilan indikator Kinerja dalam dua tahun terakhir menunjukkan nilai realisasi capaian mCPR diperoleh ditahun 2021 sebesar 91,68% dan untuk capaian kinerja 91,1% (data capaian kinerja di tahun 2020 sebesar 96,95%).

Berdasarkan tren realisasi mCPR dalam 3 tahun terakhir menunjukkan adanya penurunan dari tahun ketahun dimana penurunan terjadi sangat signifikan di tahun 2021, melihat data tersebut dapat dijelaskan bahwa mCPR di Provinsi Sulawesi Utara belum berhasil tercapai sesuai target yang ditetapkan disamping itu terjadi penurunan dalam setiap tahunnya. Melihat pada kondisi

64,92

62,16

63,63

56,2

Target Tahun 2024 Target Nasional Target Provinsi Realisasi Tahun 2021

58 ini tentunya terdapat hal-hal yang mempengaruhi penurunan persentase pemakaian kontrasepsi modern di Provinsi Sulawesi Utara yaitu sebagai berikut :

1. Masih terdapatnya penggunaan kontrasepsi tradisional bagi para pasangan usia subur, dikarenakan kurangnya ketersediaan pelayanan di fasilitas kesehatan;

2. Belum optimalnya para tenaga medis dalam memberikan KIE yang didukung media yang menarik dalam membantu para PUS menentukan kontrasepsi modern;

3. Belum optimalnya pelayanan KB di Faskes dimasa Pandemi karena terkait sarana APD dan terdapat para tenaga yang tidak dapat memberikan pelayanan terkait sertifikat kompetensi;

4. Belum optimalnya penyebarluasan informasi melalui POKTAN yang ada di setiap Kab/Kota.

Berdasarkan beberapa penyebab yang ada, maka diperoleh alternatif solusi untuk peningkatan mCPR di Provinsi Sulawesi Utara sebagai berikut :

1. Memanfaatkan dana BOKB baik dari segi kegiatan sosialisasi maupun melalui kegiatan pelayanan KB dengan menggunakan dana penggerakan pelayanan KB MKJP (peningkatan akses layanan KB);

2. Mengoptimal peran dan fungsi petugas lapangan KB yang ada di Kabupaten/Kota dalam membantu penyebarluasan informasi tentang metode kontrasepsi modern kepada masyarakat sesuai dengan wilayah tanggung jawab;

3. Melakukan koordinasi kemitraan dengan organisasi IBI dan P2KS dalam penerbitan sertifikat kompetensi dan perencanan pelaksanaan kegiatan pelatihan bagi para bidan.

Aspek manfaat atas capaian mCPR di Provinsi Sulawesi Utara adalah dapat mengurangi dampak dari '4 terlalu’ yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, dan terlalu banyak anak.

Sehingga kondisi ini akan lebih menjamin kesehatan ibu dan anak serta mengurangi peningkatan angka kematian ibu dan anak. Dengan capaian mCPR yang baik akan mendorong kualitas tumbuh kembang anak yang optimal melalui pola asuh yang benar. Dalam mendorong pencapaian mCPR tersebut, Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Utara telah berhasil mengoptimalkan dan menggunakan anggaran dengan efisien meskipun terdapat beberapa kegiatan yang mendukung peningkatan mCPR ini yang di refocusing anggarannya untuk penanganan covid-19.

A.1.3. IKU Ke-3 : Persentase Kebutuhan ber-KB yang Tidak Terpenuhi (Unmet Need)

Dalam dokumen SAMBUTAN. Ir. D. Tino Tandayu, M.Erg NIP (Halaman 62-66)