• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TEOLOGI ISLAM Pendahuluan.

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Pembahasan 1 Ilmu Tauhid

2. Ilmu Kalam

Ilmu Kalam pada dasarnya ialah ilmu yang membahas segala yang berkaitan dengan keyakinan tentang Tuhan. Berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ulama, antara lain:

- Al Kalam ialah ilmu yang membahas tentang zat Allah Ta’ala, sifat-sifatnya dan hal-hal yang mungkin dari al mabda’ dan al ma’ad menurut undang- undang keislaman.117

- Ilmu Kalam ialah ilmu yang membicarakan tentang penetapan aqidah- aqidah keagamaan ( Agama Islam) dengan dalil-dalil yang yakin.118

- Ilmu Kalam ialah suatu ilmu yang membicarakan tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan tentang tentang sifat-sifat yang wajib dilenyapkan daripada-Nya, juga membicarakan tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, meyakinkan apa yang wajib ada pada diri mereka, apa yang boleh dihubungkan (nisbah) kepada diri mereka119 dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.

117

Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ali Al-Jurjani, Al Ta’rifat Liddari At tunisyiyah, 1971, hlm: 98

118Ibid

, hlm:102

119

Muhammad Abduh,Risalah at-Tauhid,Terjemahan H.Pirdaus. (Jakarta: Bulan Bintang, 1969), hlm:25

- Ilmu Kalam ialah ilmu yang mengandung argumentasi-argumentasi tentang aqidah iman dengan menggunakan dalil-dalil aqli dan menolak pembawa

bid’ah, penyeleweng aqidah dari mazhab salaf dan ahlu sunnah. Inti dari pada aqidah ini ialah Tauhid120.

Walaupun masih ada batasan pengertian lainnya, akan tetapi pada dasarnya adalah sama, yaitu berkisar pada persoalan keyakinan tentang Tuhan dan keesaan-Nya, baik dalam zat, sifat dan perbuatan-Nya, tentang Rasul-Rasul, sifat-sifat-Nya, baik yang wajib, mustahil jaiz bagi-Nya, serta kebenaran keutusannya demikian juga tentang kebenaran berita yang dibawanya sekitar alam ghaib, seperti akhirat dan isinya.

Asal usul sebutan Ilmu Kalam

Arti Kalam dalam Bahasa Arab ialah perkataan, firman, ucapan dan pembicaraan. Dalam ilmu nahu atau ilmu bahasa al Kalam ialah kata-kata yang tersusun (kalimat) yang mengandung pengertian. Dalam kalangan ahli tafsir dan ahli agama umumnya, Kalam diartikan Firman Allah, Kalamullah yaitu wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dan dikumpulkan menjadi Al-Qur’an. Kemudian dipakai untuk menunjukkan salah satu sifat Allah yaitu

sifat berbicara (berfirman). Dalam Al-Qur’an perkataan kalamullah ini banyak

ditemui antara lain: … dan Allah telah berkata kepada Musa dengan langsung. (Q.S.4:164). “Rasul-Rasul itu kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat…” (Q.S.2:253). “Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya

kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar Firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka

mengetahuinya” (Q.S.2:75)

Perkataan al Kalam yang menunjukkan suatu cabang ilmu agama yang berdiri sendiri seperti yang dikenal sekarang ini, untuk ini pertama kali dipakai pada masa Abbasiyah, khususnya pada masa khalifah Al Makmun (198-218

120

H=813-833H), yang dipelofori oleh tokoh-tokoh Mu’tazilah setelah mereka mempelajari buku-buku filsafat yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada masa itu, dimasa mereka memadukan methode filsafat dengan Ilmu Kalam sehingga menjadi ilmu yang berdiri sendiri yang dinamakan dengan “Ilmu Kalam”. Sejak itu dipakailah istilah Al Kalam untuk ilmu yang berdiri sendiri.

Sebelum itu, pembicaraan mengenai beberapa thema yang berkaitan

dengan masalah aqidah Islam disebut dengan istilah “Al Fiqhu Fiddin” sebagai imbangan dari “Al Fiqhu Fil Ilmi” yang berisi pembicaraan tentang Fiqh (ilmu

hukum), mereka (para ahli kalam) berkata; ”Pembicaraan tentang dasar-dasar Agama lebih utama dari pada pembicaraan tentang Fiqh. Karena itu Abu Hanifah menamakan kitabnya tentang aqidah Al Fiqhu al Akbar)121.

Sebab-sebab dinamakan Ilmu Kalam

- Persoalan yang paling terkenan dan banyak menimbulkan perbedaan

pendapat dikalangan ulama dalam abad pertama ialah apakah “Kalam Allah” (Wahyu) yang dibacakan itu (Al-Qur’an) baru atau Qodim? Tapi

kalau yang dimaksud dengan “Kalam” kata-kata manusia maka ia disebut Ilmu Kalam karena para ahli kalam berdiskusi (berdebat) dengan menggunakan kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing. Ahli debat yang pintar dalam kata-kata ini disebut

Mutakallimin.

- Ilmu ini banyak menggunakan dalil-dalil akal (ratio), dimana bekasnya nampak jelas dari perkataan setiap para ahli yang turut berbicara tentang ilmu itu, dan sedikit sekali menggunakan dalil naqal (Al-Qur’an dan Sunnah

Rasul), kecuali setelah ada ketetapan pokok pertama ilmu itu.

- Dalam membicarakan dalil tentang pokok-pokok (usul) agama lebih menyerupai logika (mantiq) sebagaimana yang biasa dilakukan oleh ahli pikir dalam menjelaskan seluk-beluk hujjah tentang pemikirannya. Kemudian istilah mantiq diganti dengan “Kalam”. Untuk membedakan

121Ibid

antara kedua ilmu itu, maka pembuktian-pembuktian seperti itu dinamakan Ilmu Kalam.

Sebab-Sebab Lahirnya Ilmu Kalam

Kita tidak akan dapat memahami persoalan-persoalan Ilmu Kalam dengan sebaik-baiknya tanpa mengetahui lebih dahulu sebab-sebab yang mempengaruhi lahirnya dan kejadian-kejadian yang menyertai pertumbuhannya. Sebab-sebab itu sebenarnya banyak sekali, akan tetapi pada garis besarnya dapt dogolongkan kepada dua bagian, yaitu sebab-sebab yang datang dari dalam yakni dari Islam dan kaum Muslimin itu sendiri. Dan sebab- sebab yang datang dari luar, yaitu karena adanya kontak dengan kebudayaan- kebudayaan lain seperti agama-agama yang bukan Islam.122

Sebab-sebab dari dalam, yaitu :

a. Perbedaan tentang penakwilan sebagian nash-nash agama.123

Al-Qur’an sebagai sumber ajaran agama Islam, disamping berisi

ajaran kepada Tauhid, juga mendorong manusia menggunakan akal dan pikirannya untuk mengenang diri sendiri dan dunia sekelilingnya. Disamping itu juga Al-Qur’an berisikan tentang ayat-ayat yang sifatnya dapat dipahami secara tekstual dan ada yang memahaminya harus dengan pemahaman kontekstual. Dengan demikian sering terjadi penakwilan yang berbeda diantara Mutakallimin dalam memahami konsep keagamaan. Sepanjang perbedaan tersbut tidak bertentangan dengan nash disinilah para

Mutakalliminmenggunakan Ijtihad akal. b. Pertentangan politik.124

Pertentangan politik diantara kaum Muslimin mempunyai pengaruh terhadap lahirnya Ilmu Kalam, terutama dalam soal Imamah atau khalifah (kepala Negara) setelah Nabi wafat. Hal ini terjadi karena Rasul tidak mengangkat seorang pengganti secara langsung, dan tidak pula menetapkan

122

A. Hanafi,PengantarTeologi Islam,(Jakarta : Bulan Bintang 1962), hlm : 13.

123

Abu al-Wafa Al-Ghanimi,Ilmu al Kalam waba’du Muskilatihi, (Mesir 1966), hlm : 7

124

cara tertentu mengenai pengangkatan seseorang yang akan dijadikan pemimpin atau khalifah sesudah beliau. Setelah Rasul wafat, masing-masing menginginkan agar penggantian Rasul diangkat dari pihak Muhajjirin dan Anshor. Dalam situasi yang demikian Umar langsung membaiat Abu Bakar ra. dan diikuti oleh sahabat-sahabat lainnya. Pasca kepemimpinan Abu Bakar digantikan oleh Umar dengan sistem musyawarah demikian juga halnya dengan khalifah Usman. Persoalan mulai timbul pada masa kepemimpinan Usman. Yang mana pemerintahannya mulai tidak sesuai dengan apa yang dijalankan oleh khalifah sebelumnya. Berikutnya pada masa kepemimpinan Ali pertikaian politik mulai bercampur kepada permasalahan Teologi. Sampai pada akhirnya muncullah berabgai aliran dalam Teologi Islam.

Sebab-sebab dari luar, yaitu :

a. Setelah Islam melus banyak orang-orang dari agama-agama lain masuk Islam seperti Yahudi, Masehi dengan membawa agama dan peradaban yang mereka miliki sebelumnya, seperti peradaban Yunani yang dibawa oleh orang-orang Suryani, peradaban yang dibawa oleh orang-orang Masehi yang telah memfilsafatkan agamanya dan mempunyai filsafat sebagai alat untuk memperkuat kepercayaan mereka.

b. Kaum Muslimin terutama golongan Muktazilah memusatkan perhatiannya untuk penyiaran Islam dan membela aqidah Islam dari orang-orang yang memusuhinya, mereka menyadari untuk dapat menghadapi lawan-lawanya harus terlebih dahulu mengetahui pendapat-pendapat lawan beserta dalil- dalilnya yang lebih cenderung mengaktualkan pemikiran akal.

c. Adanya pengaruh filasafat dan logika dikalangan kaum Muslimin dalammenyerang kepercayaan-kepercayaan Atheis. Hal ini disebabkan orang-orang Atheis, Yahudi, Masehi dan Majusi yang menggunakan filsafat

dan logika sebagai alatnya. Keadaan ini mengharuskan sebagian Ulama Islam mempelajari dengan keras filsafat dan logika.

d. Pengaruh penterjemahan.

Kaum Muktazilah mulai menterjemahkan buku-buku filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani kedalam bahasa Arab, terpengaruh oleh pemakaian rasio atau akal yang mempunyai kedudukan tinggi dalam kebudayaan Yunani Klasik. Pemakaian dan kepercayaan rasio ini dibawa oleh kaum Muktazilah kedalam lapangan Teologi Islam dan dengan demikian Teologi mereka menganbil corak Teologi Liberal, dalam arti bahwa sungguhpun kaum Muktazilah banyak menggunakan rasio mereka tidak meninggalkan wahyu. Dalam pemikiran-pemikiran mereka selamanya terikat kepada wahyu yang ada dalam Islam.125

Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Kalam

Dasar Ilmu Kalam adalah hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan atau pokok aqidah Islam, penetapan serta penolakan terhadap pemikiran-pemikiran yang bertolak belakang dengan dasar-dasar pemikiran dalil naqli dan dalil aqli. Tujuan Ilmu Kalam adalah menopang aqidah agama dengan dalil-dalil aqli yang objek pembahasannya pada dasarnya ialah Allah dan sifat-sifat-Nya serta hubungan Allah dengan alam dan manusia yang hidup dipermukaan bumi ini sesuai dengan apa yang diturunkan Allah dalam kitab-kitab-Nya. Karena itu para Mutakallimin memahami aqidah Islam sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur’an sebagai satu hal yang telah ditetapkan dan tidak ada kemungkinan

keraguan didalamnya; seperti adanya Allah, keesaan-Nya, keadilan-nya dan

125

kebangkitan-Nya diakhirat kemudian mereka berusaha memperkuatnya dengan argumentasi rasional.126

Untuk itu ruang lingkup Ilmu kalam dapat dibagi kedalam tiga bagian: a. Ma’rifatul Mabda’; mengetahui Allah dan sifat-sifat-Nya, dinamakan

“Qismul Ilahiyaat”.

b. Ma’rifatul Wasithoh; beriman dengan utusan-utusan, Malaikat, kitab-kitab dan kewajiban-kewajiban, bagian ini dinamakan “Qismun nubuwwat”.

c. Ma’rifatul Ma’ad; beriman dan mempercayai hari kebangkitan, hisab, balasan dan sebagainya. Bagian ini dinamakan “Qismussam’iyyat”.127