• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan dan Perkembangan Kajian Teologi dalam Islam.

STUDI TEOLOGI ISLAM Pendahuluan.

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Pembahasan 1 Ilmu Tauhid

4. Pertumbuhan dan Perkembangan Kajian Teologi dalam Islam.

Islam adalah agama samawi yang diwahyukan Allah swt. Kepada nabi Muhammad saw untuk umat Islam disegala zaman dan tempat. Inti dari pokok dari ajarannya adalah tauhid. Meskipun ajaran pokok Islam adalah aqidah, namun masalah pertama yang muncul dikalangan umut Islam bukan masalah teologi. Agak aneh kiranya tulisan Prof. Dr. Harun Nasution kalau dikatakan bahwa Islam sebagai agama. Persoalan yang pertama-tama timbul adalah bidang politik dan bukan bidang teologi.128

Memang fakta sejarah menunjukkan persoalan yang pertama muncul dikalangan umat Islam yang menyebabkan kaum muslimin terpecah ke dalam beberapa firqah adalah persoalan politik. Dari masalah ini kemudian lahir beberapa kelompok dan aliran teoligi dengan pandangan yang pendapat yang berbeda.

Teologi Islam belum dikenal pada masa nabi Muhammad saw dari sahabat-sahabatnya, melainkan baru dikenal pada masa sesudahnya. Teologi islam tidak sekaligus timbul, dan pada masa-masa berdirinya belum jelas dasar- dasarnya. Baru setelah melalui beberapa fase, maka barulah dikenal berbagai golongan dan aliran-aliran teologi.

Setelah Rasullulah wafat, timbullah siapa yang berhak memegang khalifah sesudahnya? Dengan berlalunya masa, muncullah dengan apa yang

disebut “ peristiwa Ali kontra Usman” yang telah banyak menimbulkan

persengketaan dan perdebatan dikalangan umat Islam untuk diketahui siapa yang benar dan siapa yang salah.

Pertama yang diperselisihkan soal-soal imamah dan syarat-syaratnya

serta siapa yang berhak memegangnya. Golongan Syi’ah memonopolikan

imamah tersebut kepada Ali dan keturunaanya, sedangkan golongan khawarij

dan mu’tazilah menganggap bahwa orang yang terbaik dan paling cakap dan

mampu. Dalam hal ini menurut mayoritas kaum muslimin yang pendapatnya moderat, yang berhak memangku jabatan tersebut ialah orang yang paling

128

cakap dari golongan Quraisy karena rasul sendiri mengatakan imam-imam itu dari Quraisy.129

Pembunuhan terhadap Usman merupakan perelisihan yang berlarut- larut, bahkan menjadi pemicu perang saudara sesama muslim kejadian ini menimbulkan penilaian yang paling bertentangan dengan berbagai persoalan tergantung sudut pandang dan kepentingan masing -masing. Penilain itu terfokus pada perbuatan dosa sebagai akibat pembunuhan “politik” yang

Tepat diklasifiaksikan ke dalam dosa besar, dosa kecil dan kafir, wajar saja bila kemudian persoalan-persoalan ini memenuhi wacaran keislaman dalam berbagai buku keagaman saat itu. Pada gilirannya , timbul permasalahn yang mengambil bentuk pertanyaan. Dari manakah sumber perbuatan manusia? Tuhankah atau manusia itu sendiri? Dari sini lahir golongan Jabariah dan Qadariah. Keseluruhan ilustrasi tersebut merupakan faktor-faktor yang melahirkan ilmu Kalam.130

Gencarnya tuduhan kafir terhadap kaum muslim yang membuat dosa besar, yang dilancarkan oleh kaum khawarij disertai dengan gerakan-gerakan yang bersifat politis, mendapat tanggapan dari golongan umat Islam yang lain. Menurut golongan ini, muslim yang membuat dosa besar tidak kafir, ia tetap

mu’min. Masalah dosa besar yang dilakukannya diserahkan kepada Allah swt.

Apakah Tuhan mengampuni atau tidak, semua itu urusan Allah semata,

kelompok ini dikenal dengan nama Murji’ah.

Tiada lama kemudiaan muncul pula kelompok lain yaitu Mu’tazilah menurut golongan ini, muslim yang berbuat dosa besar tidak mu’min dan tidak

pula kafir, ia berada diantar keduannya. Dengan demikian dalam waktu yang

tidak lama muncul tiga aliran yaitu Khawarij, Murji’ah dan Mu’tazilah.

Ketika Umat Islam bersentuhan dengan Filsafat Yunani dan banyak buku filsafat an ilmu pengetahuan Yunani diterjamahkan dalam bahasa Arab, mereka mengenal dan mengetahui filsafat dan ilmu pengetahuan itu. Meraka melihat bahwa akal dan rasio memainkan peranan penting dan mempunyai

129

A. Hanafi,PengantarTeologi Islam, (Pustaka al-Husni Cet.II, 1980), hlm.180

130

kedudukan yang tinggi dalam kebudayan Yunani kalsik. Pengenalan dan pengetahuan tersebut membawa pengaruh bagi penganut Mu’tazilah sehingga

merekapun banyak menggunakan rasio dan akal pikiran dalam memehami dan memecahkan problem-problem teologi. Karena itu mereka disebut “ kaum rasionalis Islam”.

Dalam perjalanan sejarah. Aliran Mu’tazilah pernah mengalami masa

kejayaan. Yaitu ketika al-Ma’mum, khalifah dinasti Abbasiyah ketujuh menjadikan Mu’tazilah sebagai mahzab resmi Negara. Kesempatan ini

dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh Mi’tazilah untuk menyebarluaskan paham

mereka kepada kaum muslimin, bahwa mereka melakukan pemaksaan. Dengan dukungan al-Ma’mum para pejabat dan ulama dipaksa untuk menerima dan mengikuti ajaran mu’tazilah.

Tindakan kekerasan dan pemaksaan yang dilakukkan Mu’tazilah

membuat keresahan di tengah masyarakat dan menyebabkan sejumlah besar kaum muslimin antipati terhadap Mu’tazilah. Sebagian besar mereka bukan menerima tapi menolak ajaran Mu’tazilah tersebut dengan menyenangi tokoh- tokohnya. Apalagi banyak tokoh ulama yang menentang aliran ini, diantaranya adalah tokoh kharismatik Ahmad bin Hambal. Karena itu pada tahun 856 M, khalifah al-mutawakil mencabut ketetapan Mu’tazilah sebagai mahzab resmi

Negara. Sejak itu aliran ini mengalami kemunduran.

Reaksi terhadap paham Mu’tazilah muncul dimana-mana dan berlangsung dalam waktu yang cukup alam, sekalipun aliran ini sudah dibatalkan al-Mutawakil sebagai mahzab resmi negara. Salah satu bentuk reaksi tersebut ialah lahirnya aliran teologi baru yang dipelopori oleh Abu Hasan al-

Asy’ari di basrah dan Abu mansyur al-maturidi di Samarkand. Aliran ini populer dengan nama Ahlussunah wal Jama’ah inilah yang dianut mayoritas

kaum muslimin hingga sekarang.

Dari uaraian singkat di atas terlihat bahwa bermula dari persoalan politik muncul kelompok yang melahirkan aliran teologi kelompok ini kemudian mendapat tanggapan dari pihak lain dan melahirkan aliran teologi yang baru

dan ahlussunah wal jama’ah. Disamping itu pada kaum khawarij juga muncul

satu kelompok pendukung setia aliran Ali ra. kelompok ini dikenal dengan

nama Syia’ah. Meskipun pada mulanya Syia’ah lebih merupakan kelompok politik sebagai lawan dari kelompok Mu’awiyah dan Khawarij. Namun dalam perkembangan berikutnya Syi’ah juga merupakan salah satu aliran dalam

teologi Islam.131