• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ilmu Sastra

Dalam dokumen Isi Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran (Halaman 159-164)

ةداعلا في Artinya, kami tidurkan mereka beberapa tahun yang berbilang. Penyebutan

E. Ilmu Sastra

Bahwa Nabi saw. bersabda, “Sampaikanlah dari saya walau satu ayat dan ceritakanlah Bani Israil dan tidaklah berdosa, siapa yang mendustakan saya maka hendaklah dia menyediakan tempat duduknya di Nereka”.183

Hadis ini menunjukkan para sahabat juga melakukan pengkisahan kepada sahabat yang lain tentang kehidupan Bani Israil. Begitupun, Nabi tetap memberikan batasan, supaya di antara sahabat yang menceritakan itu tidak mengatasnamakannya bilamana itu tidak ada disampaikan. Bani Israil itu bagi Nabi, para sahabat dan semua umatnya adalah bagian dari isi sejarah. Hadis ini juga berisikan isyarat dari Nabi saw. agar kejadian yang terjadi di masa lalu jangan dilupakan begitu saja. Semua itu tujuannya agar bisa dijadikan sebagai pelajaran untuk menghadapi masa-masa yang akan datang. Dengan demikian, ilmu sejarah adalah bagian dari ilmu yang terpenting dalam kajian pendidikan. Dan hukum mempelajarinya sudah disebutkan sebelumnya yaitu wajib kifayah.

E. Ilmu Sastra

Sastra adalah bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari). Kesusastraan adalah karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian,

183

keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.184 Dalam kajian Islam, ilmu sastra ini disebut dengan Ilmu Balagah. Ilmu ini adalah ilmu kesusasteraan yang agung tingkatannya, kuat akarnya, tinggi cabangnya, dan memberikan kepuasan tersendiri bagi orang yang telah mendalaminya.185

Ilmu ini adalah ilmu pengetahuan yang menjadikan seseorang mampu mengeluarkan ucapan yang fasih dari sumbernya, mampu memperlihatkan beberapa faedah dari rahasia-rahasianya. Selain dari induknya ilmu yaitu Ilmu Nahw dan Ilm Sarf, Ilmu Balāgah ini mencakup tiga macam ilmu. Pertama, ilmu ma’āni yaitu ilmu yang digunakan untuk menjaga kekeliruan dalam menyampaikan makna yang dikehendaki oleh orang yang berbicara untuk disampaikan ke hati pendengarnya. Kedua, ilmu bayān yaitu ilmu yang digunakan untuk menjaga agar suatu kalimat dijauhkan dari makna yang sulit artinya agar kalimat dujauhkan dari maksud yang tidak jelas. Ketiga, ilmu badī’ yaitu ilmu digunakan untuk membaguskan kalimat atau menjadikan kalimat semakin indah.186

Ilmu ini bertujuan untuk mengetahui dengan baik kemukjizatan Alquran melalui aspek kebaikan susunan dan sifatnya, keindahan kalimat, kehalusan bentuk ijaz yang telah diistimewakan oleh Allah dan segala hal yang telah dikandung oleh Alquran itu sendiri, yang berupa kemudahan susunan, keagungan kalimat-kalimatnya, kemanisan lafaz-lafaznya dan keselamatannya serta kebaikan-kebaikan lain yang melumpuhkan bangsa Arab untuk melawannya dan mencengangkan akal mereka karena kefasihan dan nilai sastranya.187 Selain dari itu, ilmu ini juga bertujuan untuk mengetahui rahasia balāgah dan fasāhah dalam bahasa Arab yang berupa prosa dan puisi agar dapat mengikutinya dan menyusun sesuai dengan aturannya serta membedakan antara kalimat yang bagus dengan yang bernilai rendah.188

184

Departemen, Kamus, h. 786.

185

Aḥmad Hāsyimi, Jawāhiru al-Balāgah (Mutiara Ilmu Balāgah) terj. M. Zuhri dan Ahmad Chumaidi (Surabaya: Mutiara Ilmu Surabaya, 1994 M), h. 10.

186 Ibid., h. 7. 187 Ibid., h. 35. 188 Ibid.

Terkait dengan kefasihan dalam berbicara ini disebutkan oleh Allah dalam Alquran surah al-Qaṣaṣ ayat 34. Ayat ini dijadikan oleh ahli sastra sebagai argumentasi tentang ilmu Balagah. Ayat yang dimaksudkan:

ِنوُبِ ذَكُي نَأ ُفاَخَأ ٓ ِ نِِإ ۖٓ ِنُِقِ د َصُي اٗءۡدِر َ ِعَِم ُهۡلِسۡرَأَف اَٗاَسِل ِ نِِم ُح َصۡفَأ َوُه ُنوُرََٰه ِخَِأَو

Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku". (QS. Al-Qaṣaṣ, 28: 34).

Ibnu Kaṡīr memberikan komentar tentang terhadap ayat ini dalam tafsir beliau dengan menuliskan:

لاسلا هيلع ،ىسوم نأ كلذو ، } ًنااحسِل ِ نيِم ُححصْفحأ حوُه ُنوُراحه يِخحأحو {

،ةغثل هناسل في ناك ،م

ىلع اهعضوف ةرملجا ذخأف ،ة ردلا وأ ةرمتلا يبو اهنيب يرُخ يح ،ةرملجا كلت لوانت ناك ام ببسب

يربعتلا في ةدش هيف لصحف ،هناسل

(Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku), yang sedemikian itu karena pada lisan Musa as. ada celat dikarenakan yang telah terjadi saat ia menelan (memasukkan ke mulut) bara api ketika dipilihkan kepadanya antara tamar dan bara, maka ia memilih bara dan ia letakkan ke lisannya. Maka ia merasa pedih karena ta’bīr itu.189

Ayat di atas ini menjelaskan betapa pentingnya kefasihan dalam berbicara. Nabi Musa bukan tidak fasih. Ia adalah salah satu dari dua puluh lima nama utusan Allah yang disebutkan dalam Alquran. Sifat cerdas yang wajib secara akidah dimiliki oleh setiap Nabi dan Rasul ada pada dirinya. Kecerdasan yang ada pada dirinya yang cerdas sebagai pilihan Allah, tentu juga fasih. Akan tetapi, karena menghadapi manusia yang sudah tidak lagi bersifat manusia biasa, maka ia meminta kepada Allah agar saudaranya Harun yang lebih fasih darinya diutus oleh Allah bersamanya.

Fasih dalam berbicara tentunya apa yang disampaikan mudah dipahami oleh orang yang mendengarnya dan kata yang disampaikan itu indah terdengar. Dalam dunia pendidikan, ini sangat dibutuhkan. Supaya bisa fasih tentu harus

189

memahami ilmu-ilmu yang menjadi sarana untuk sampai kepada kefasihan tersebut. Dan guna ilmu yang dimaksudkan itu tentu juga sebagai sarana untuk memahami Alquran agar kefasihan kata dan makna yang dikandungnya tidak rusak.

Ayat-ayat Alquran semuanya berisikan bahasa yang jelas dan tidak ada yang sia-sia di dalamnya. Ilmu yang dimaksudkan di atas lahir untuk mengetahui kemukjizatan Kitab Suci ini. Kalam Allah yang memiliki ketinggian sastra itu menjadi sebuah keheranan bagi kaum musyrik yang ada pada saat itu. Mereka tidak percaya itu buatan Nabi karena keindahan sastranya yang sungguh luar biasa. Walau demikian, mereka juga tidak percaya kalau itu datangnya dari Allah Swt. Akhirnya kebingungan dan keheranan itu, membuat mereka menuduh Nabi sebagai tukang sihir. Tuduhan itu didorong oleh hati mereka yang menolak ajakan Nabi Muhammad saw. untuk mengimani Tuhan yang Satu yaitu Allah Swt.

Disebabkan ayat-ayat yang diterima oleh Nabi mereka anggap sebagai hasil dari sihir yang mereka tuduhkan, maka Allah memberikan tantangan untuk mendatangkan satu ayat atas pengingkarannya. Apa yang terjadi? Semua mereka menyerah dan tidak sanggup melakukan walau satu ayatpun. Mereka Arab Jahiliah padahal terkenal dengan sya’ir-sya’ir mereka yang indah-indah. Akan tetapi keindahan dari lafaz-lafaz Alquran itu tidak sebanding dengan keindahan syair-syair yang mereka perlombakan setiap tahunnya. Ketidak mampuan itu karena sastra Alquran yang begitu luar biasa. Kejadian tersebut diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya:

ٱ ِ ذ ِ للَّ لَب ََِٰۗتۡوَمۡلٱ ِهِب َمِ ُكَ ۡوَأ ُضرَۡ ۡلۡٱ ِهِب ۡتَعِ طُق ۡوَأ ُلاَبِۡلۡٱ ِهِب ۡتَ ِ يرُس اٗناَءۡرُق ذنَأ ۡوَلَو

ۡمَلَفَأ ۗاًعيِ َجَ ُرۡمَ ۡلۡ

ۡيْاَي

ُءٓا َشَي ۡوذل نَأ ْآوُنَماَء َنيِلَّٱ ِسَٔ ٔذ

اَمِب مُهُبي ِصُت ْاوُرَفَك َنيِلَّٱ ُلاَزَي ذ لََّو ۗاٗعيِ َجَ َساذلنٱ ىَدَهَل ُ ذللَّٱَ

َعيِمۡلٱ ُفِلۡ ُي لَّ َ ذللَّٱ ذنِإ َِۚ ذللَّٱ ُدۡعَو َ ِتَِ ۡأَي َٰ ذتَِح ۡمِهِراَد نِ م اٗبيِرَق ُّلُ َتُ ۡوَأ ٌةَعِراَق ْاوُعَنَص

َدا

Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Quran itulah dia). Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri

atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS. Ar-Ra’d, 13: 31).

ٱ َكۡلِتَو َِۚ ذللَّٱ ِةَي ۡشَخ ۡنِ م ٗعَِ د َصَتُّم اٗعِشَٰ َخ ۥُهَتۡينَرذل لَبَج ََٰ َ َعَل َناَءۡرُقۡلٱ اَذََٰه اَ ۡلنَزنَأ ۡوَل

اَهُبِ ۡضََن ُلََٰثۡمَ ۡلۡ

َنوُرذكَفَتَي ۡمُهذلَعَل ِساذنلِل

Kalau sekiranya Kami turunkan Alquran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS. Al-Ḥasyr, 59: 21).

Keagungan Alquran ini menjadikan mereka tidak dapat untuk meluluskan tantangan yang disebutkan oleh Allah Swt. firmannya:

ۡثِمِب ْاوُتأَي نۡ َأ ََٰٓ َعَل ُّنِۡلۡٱَو ُسنِۡلۡٱ ِتَعَمَتۡجٱ ِنِئذل لُق

ۡمُه ُضۡعَب َن َكَ ۡوَلَو ۦِهِلۡثِمِب َنوُتأَي ۡ لَّ ِناَءۡرُقَ ۡلٱ اَذََٰه ِل

اٗيرِه َظ ضۡعَ ِلِ

Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al-Isra‘, 17: 88).

ِنوُد نِ م مُتۡع َطَتۡسٱ ِنَم ْاوُعۡدٱَو تَٰ َيَ َتَۡفُم ۦِهِلۡثِ م رَوُس ِ ۡشَۡعِب ْاوُتأَف ۡلُق ُۡۖهَٰىَ َتَۡفٱ َنوُلوُقَي ۡمۡ َأ

نِإ ِ ذللَّٱ

َيِۡقِدَٰ َص ۡمُتنُك

Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". (QS. Hūd, 11: 13).

ۡمُتنُك نِإ ِ ذللَّٱ ِنوُد نِ م مُتۡع َطَتۡسٱ ِنَم ْاوُعۡدٱَو ۦِهِلۡثِ م ةَرو ُسِب ْاوُتأَف ۡلُق ُۡۖهَٰىَ َتَۡفٱ َنوُلوُقَي ۡمۡ َأ

َيِۡقِدَٰ َص

Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya". Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar". (QS. Yūnus, 10: 38).

َءۡرُقۡلٱ َنوُرذبَدَتَي َلَٗفَأ

اٗيرِثَك اٗفََٰلِتۡخٱ ِهيِف ْاوُدَجَوَل ِ ذللَّٱ ِ ۡيرَغ ِدنِع ۡنِم َنَكَ ۡوَلَو ََۚنا

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. An-Nisā, 4: 82).

Ayat-ayat yang disebutkan di atas ini mengandung isyarat untuk memahami Alquran dengan baik dan benar. Agar semua kemukjizatan itu dapat ditangkap dengan baik dan tidak salah dalam memahami Alquran, maka ilmu sastra ini sangat dianjurkan untuk dipelajari. Dengan ilmu inilah, lautan ilmu yang luas dalam Alquran kemudian bisa diselami. Dengan cara demikian, maka lahirlah pemahaman yang menghantarkan manusia untuk lebih mentadabburi isi-isi dari kalam Allah Alquran. Ilmu bahasa sebagaimana disebutkan di atas, merupakan ilmu alat untuk memahami makna dan keluasan isi dari Alquran, maka mempelajarinya adalah kewajiban bagi kaum Muslim. Apakah imu nahw, sorf, ma’ani, bayan dan badi’, semuanya adalah alat yang digunakan untuk memahami Alquran dengan baik dan benar. Akan tetapi, kewajiban di sini, bagi pengkaji Kitab Suci dan Hadis-hadis Nabi, kewajibannya untuk setiap individu tersebut. Akan tetapi, secara umum hukum mempelajari ilmu ini adalah fardu kifayah.

Dalam dokumen Isi Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran (Halaman 159-164)