• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KONSEP GREEN BUILDING DALAM MENDUKUNG KONSERVASI LINGKUNGAN

Teguh Prihanto

Ketua Divisi Arsitektur Hijau & Transportasi Internal Badan Pengembangan Konservasi Universitas Negeri Semarang

Gedung IT Lantai 1 Kampus Unnes Sekaran Semarang 50229 Email: rihants@gmail.com

Abstrak

Penerapan konsep green-office sangat dirasakan pentingnya guna mendukung gerakan green buildingatau bangunan hijau yang selama ini sering kita dengungkan. Banyak keuntungannya yang diperoleh antara lain produktifitas dari penghuni gedung yang semakin meningkat hingga isu pengurangan degradasi lingkungan yang juga tidak kalah pentingnya. Dalam membahas dan menentukan bagaimana Green-Office perlu ditinjau dari beberapa hal antara lain: (1) space planning/facility planning; (2) jenis bahan/material dan equipment yang digunakan; (3) cara pengunaan/operation; dan (4) perilaku penggunanya. Beberapa tema tentang isu-isu lingkungan hidup dan bangunan ramah lingkungan, antara lain: (1) Bangunan Hijau , Harapan Untuk Masa Depan; (2) Mengapa harus bergaya hidup ‘Green’ ?; (3)Green Workshop; (4)How Green Are We?; (5) Sustainable & Green Building. Kontribusi bangunan hijau terhadap perubahan iklim adalah memainkan peranan penting dalam menciptakan perubahan, hal ini didasarkan pada alasan bahwa manusia menghabiskan hampir sebagian besar hidupnya di dalam bangunan. Bangunan hijau memiliki tujuan untuk menuju lingkungan yang netral karbon, yang meliputi: tata guna lahan, efisiensi energi, efisiensi air, efisiensi material, kualitas udara ruang dan manajemen lingkungan. Adapun manfaat bangunan hijau adalah : (1) Kesehatan dan keselamatan sosial; (2) Lingkungan; (3) Ekonomi; (4) Komunitas dan interaksi; dan (5) Produktivitas. Dengan implementasi konsep-konsep green buildingterhadap gedung-gedung operasional, akan memberikan dorongan positif terhadap upaya-upaya konservasi lingkungan secara berkelanjutan.

Kata kunci:green building, konservasi, lingkungan

PENDAHULUAN

Berdasarkan data yang didapatkan dari Departemen Sumber Daya Energi dan Mineral, menyebutkan bahwa bangunan gedung menyumbang emisi CO2 terbesar dalam sektor konsumsi

energi untuk sumber daya listrik dibandingkan sektor lain, seperti transportasi dan industri. Terutama bangunan yang berdaya guna komersial seperti halnya perkantoran, pertokoan, pusat perbelanjaan, hotel dan apartemen.

Penerapan konsep green-office sangat dirasakan pentingnya guna mendukung gerakan green building atau bangunan hijau yang selama ini sering kita dengungkan. Banyak keuntungannya yang diperoleh antara lain produktifitas dari penghuni gedung yang semakin meningkat hingga isu pengurangan degradasi lingkungan yang juga tidak kalah pentingnya. Dalam membahas dan menentukan bagaimana Green-Office perlu ditinjau dari beberapa hal antara lain: (1) space

planning/facility planning; (2) jenis bahan/material dan equipment yang digunakan; (3) cara

pemahaman tentang arti pentingnya penerapan konsep green-office di kantor-kantor. Beberapa tema tentang isu-isu lingkungan hidup dan bangunan ramah lingkungan, antara lain: (1) Bangunan Hijau , Harapan Untuk Masa Depan; (2) Mengapa harus bergaya hidup ‘Green’?; (3)Green Workshop; (4) How Green Are We?; (5)Sustainable & Green Building

BANGUNAN HIJAU , HARAPAN UNTUK MASA DEPAN

Beberapa alasan utama perlunya bangunan hijau adalah : adanya Ancaman pemanasan bumi, populasi penduduk dunia yang terus bertambah dan kualitas udara yang semakin buruk. Menurut

Environmental Protection Agency of America(EPA), Kualitas udara dalam ruangan 2-5 kali lebih buruk

dari pada udara di luar, bahkan bisa lebih. Sektor bangunan yang berkontribusi negatif terhadap lingkungan.

Gambar 1.Kontribusi negatif sektor bangunan terhadap lingkungan

Diperlukan langkah bijak dalam mengontrol manusia dalam mengurangi laju eksploitasi bumi

Gambar 2.Hubungan antara Bangunan dengan Perubahan Iklim

Kontribusi bangunan hijau terhadap perubahan iklim adalah memainkan peranan penting dalam menciptakan perubahan, hal ini didasarkan pada alasan bahwa manusia menghabiskan hampir sebagian besar hidupnya di dalam bangunan. Bangunan hijau memiliki tujuan untuk menuju lingkungan yang netral karbon, yang meliputi: tata guna lahan, efisiensi energi, efisiensi air, efisiensi material, kualitas udara ruang dan manajemen lingkungan. Adapun manfaat bangunan hijau adalah : (1) Kesehatan dan keselamatan sosial; (2) Lingkungan; (3) Ekonomi; (4) Komunitas dan interaksi; dan (5) Produktivitas. Tidak ada data yang signifikan bahwa peningkatan nilai setelah sertikasi bangunan hijau, NAMUN mereka mendapatkan manfaat dari

penghematan yang signifikan terhadap biaya operasi bangunan.

Tabel 1.Aspek bangunan hijau dan implementasinya

Aspek Implementasi

Tata Guna Lahan a. Lokasi bangunan yang terbaik adalah lokasi yang dekat dengan pelayanan publik dan transportasi. b. Minimalisasi dampak terhadap lingkungan dengan

menghindari pembukaan lahan baru dan area hijau. Efisiensi Energi a. Penggunaan peralatan yang hemat energi, seperti

lampu dan alat elektrik lainnya

b. Penggunaan sub-metering sebagai pemantauan penggunaan listrik

c. Meminimalkan penggunaan listrik melalui pencahayaan dan penghawaan alami

d. Menggunakan sumber energi alternatif yang terbaharukan

Efisiensi Air a. Rainwater harvesting, pemanfaatan air hujan untuk air toilet dan penyiraman tanaman

b. Pengendalian air limpasan hujan

c. Pemasangan meter air sebagai alat kontrol d. Penggunaan peralatan yang hemat air

contoh : penggunaan shower, toilet dual-flush, kran

auto-off, dan sebagainya

Efisiensi Material a. Penggunaan material daur ulang

b. Material yang digunakan bebas dari bahan perusak ozon

c. Penggunaan material lokal d. Pemakaian material bersertifikat

e. Penggunaan bahan finishing yang aman Kualitas Udara

Ruang

a. Penggunaan produk ramah lingkungan khususnya untuk interior yang (non chemical pollutant)

b. Perawatan yang ramah lingkungan c. Reduksi kebisingan dan polusi udara

d. Perancangan bukaan untuk memastikan adanya sirkulasi udara serta pencahayaan alami

Manajemen Lingkungan

a. Pengolahan sampah

– Pemilahan sampah

– Pembuatan kompos serta daur ulang material

sampah

b. Survey pengguna bangunan

– Memastikan tingkat kenyamanan pengguna pada periode penggunaan bangunan

Indonesia sebagai negara yang memiliki kearifan lokal mengadopsi Bangunan Hijau. Tanpa sadar, kita sudah memiliki apa yang disebut sekarang bangunan yang responsif terhadap

lingkungan namun belum ada standarisasinya misalnya: rumah tradisional dan bangunan kontemporer ". Konsil Bangunan Hijau Indonesia (Green Building Council Indonesia) dalam greenship atau parameter bangunan hijau mengacu pada 6 aspek, yaitu: (1) Tepat Guna Lahan; (2) Efisiensi dan Konservasi Energi; (3) Konservasi Air; (4) Sumber dan Siklus Material; (5) Kualitas Udara dan Kenyamanan Ruang dan (6) Manajemen dan Lingkungan Bangunan. Belum ada standardisasi khusus untuk seluruh dunia dan setiap negara harus memiliki standar regional lokal berdasarkan kondisi setempat.

MENGAPA HARUS BERGAYA HIDUP ‘GREEN’ ?

Beberapa latar belakang tentang pentingnya bergaya hidup “green” adalah: (1) teknologi memudahkan gaya hidup; (2) adanya Penyejuk Udara (AC); (3) penggunaan Energy berbahan baku fosil (minyak bumi); (4) panas bumi meningkat; (5) pemanasan global yang mempengaruhi cuaca secara ekstrim; dan (5) bencana kekeringan. Untuk gaya hidup ‘Green’ Harus tetap

menjaga kelestarian : (1) Lingkungan udara; (2) lingkungan suara; (3) Lingkungan tanah; (4) Lingkungan air; (5) Lingkungan biologis; dan (6) Lingkungan sosio ekonomi. Terjadinya pemanasan global, sekaranglah saat yang paling tepat untuk mulai menghentikan pemborosan energi & praktek-praktek tidak ramah lingkungan. Beberapa langkah penghematan energi, yaitu:

a. Reduce : Hemat energi dan sumber daya alam

b. Recycle : mendaur ulang, menggunakan material Bekas yang masih dapat digunakan c. Reuse : Menggunakan energi terbarukan

d. Renewable

Gambar 3.Efek gas rumah kaca

GREEN WORKSHOP

Dalam Green Workhop meliputi 6 Kriteria Greenship, berdasarkan Greenship Existing Buildingyang dibuat olehGreen Building CouncilIndonesia yaitu:

a. Pengembangan lahan yang tepat (Appropriate Site Development), meliputi: kebijakan pengelolaan lahan, kebijakan pengurangan kendaraan bermotor, akses masyarakat, pengurangan kendaraan bermotor, penggunaan sepeda, tata lahan, dampak area panas, pengelolaan limpahan air, pengelolaan lahan, dan ketetanggaan bangunan.

b. Efisiensi dan konservasi energi (Appropriate Site Development), meliputi: kebijakan dan rencana pengelolaan energi, kinerja energi bangunan minimum, optimalisasi efisiensi kinerja energi bangunan, pengujian, komisi dan retro-komisi, kinerja energi, sistempengawasan dan kontrol energi, pengoperasian dan pemeliharaan, energi terbarukan pada lahan, dan emisi energi menurun.

c. Konservasi air (Water Conservation), meliputi: kebijakan pengelolaan air, sub-meter air,

kontrol monitor air, efisiensi air bersih, kualitas air, air daur ulang, air portabel, pengurangan sumur dalam, efisiensi air PAM

d. Sumber dan perputaran material (Material Resource and Cycle), meliputi: pendingin

mendasar, kebijakan pembelian material, kebijakan pengelolaan limbah, penggunaan Non ODS (Non CFC dan Non HCFC), pelaksanaan pembelian material, pelaksanaan pengelolaan

material, pengelolaan limbah berbahaya, pengelolaan barang bekas.

e. Kesehatan dan kenyamanan ruang (Indoor Health and Comfort), meliputi: kampanye anti

rokok, introduksi udara luar, kontrol asap tembakau pada lingkungan, monitoring CO2 dan

CO, polusi fisik dan kimiawi, polusi biologis, kenyamanan visual, tingkat akustik, dan survey pengguna gedung

f. Pengelolaan lingkungan gedung (Building Environment Management), meliputi: kebijakan operasional dan pemeliharaan, inovasi, maksud desain dan persyaratan proyek pemilik, tim operasional dan pemeliharaan ramah lingkungan, hunian/ sewa rawah lingkungan, dan Pelatihan operasional dan pemeliharaan

HOW GREEN ARE WE?

Perubahan paradigma perubahan iklim membuat kita merubah cara hidup dan bekerja. Kalau kita bicara green kita bicara hemat, yaitu: hemat energi, hemat air, hemat bahan dan hemat sampah.

a. Energi

Sumber daya alam kita akan habis maka kita harus mulai memikirkan energi alternatif dan berhemat. Langkah-langkah dalam penghematan energi dapat ditempuh dengan: (1) menggunakan cahaya alami sebanyak mungkin; (2) mengganti bola lampu dengan yang energi saving; (3) mematikan jika tidak digunakan; (4) memilih peralatan yang tidak menggunakan energi tinggi. Energi yang paling besar digunakan adalah: pendingin ruangan, laundry dan peralatan-peralatan. Kalau penerangan, relatif sedikit. Gunakan Energi Alternatif, antara lain: solar panel, wind turbine, hydro power, biomas/bio energy dan geothermal

b. Air

Air akan menjadi salah satu problem kedepan. Gunakan air dengan bijak dengan cara: mengurangi pemakaian kran (tekan 3 detik), toilet dual flush, nipple yg menghemat air.

Water Recycle (menggunakan air lagi) dari: air wudhu masih relatif bersih, air cucian

(laundry), pemanenan air hujan (rain harvesting), sumur resapan dan biopori.

c. Hemat Bahan

Gunakan bahan yang tidak merusak lingkungan, yang bisa didaur ulang atau recycle. Gunakan bahan yang RENEWABLE material (dipanen tidak lebih dari 10 tahun, seperti : katun, linen, bambu, wool, jerami, dll). Bahan yang tidak mengeluarkan racun atau toxic, water base paint, non absbetos. Tidak menggunakan AC yang CFC atau pemadam

kebakaran yang mengunakan halon d. Mengurangi sampah (Reduce Waste)

Sampah untuk kita tapi makanan untuk yang lain. Dedaunan kering dan sampah basah bisa menjadi pupuk. Beli sesuai ukuran sehingga tidak ada sisa/sampah

KAITANNYA DENGAN PROFESIHOUSEKEEPING

Hampir 85-90 %. Orang berada di dalam ruangan. Udara di dalam ruangan bisa 2 kali lebih kotor daripada di luar ruangan. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap udara dalam ruang adalah:

a. Cleaning Agent, salah satu problema yang dihadapi adalah bahan pembersih. Tidak boleh

high chemical tapi high concentrate.

b. High Chemical. Dapat membuat mereka yang membersihkan menjadi sakit dan yang sering

berada dalam ruangan juga menjadi tidak sehat.

c. High Concentrate. Sedikit saja sudah dapat membersihkan sehingga tidak setiap kali harus

beli dan dapat mengurangi emisi untuk pengiriman dan juga mengurangi gudang. DESAIN INTERIOR

Desain interior sekarang bersifat:light, multi function, moveable, transparent, colorful dan ramah lingkungan. Light bisa berarti natural daylight (cahaya alami). Ringan furniturenya sehingga mudah dipindahkan dan tidak perlu tenaga. Bentuknya slim dan tidak rumit sehingga cepat untuk membersihkan. Peralatan sekarang selain ringan juga multifungsi. Karena mobilitas yang tinggi maka peralatan harus mudah di pindah-pindahkan (moveable). Colorful membuat pekerja merasa senang dan dapat dengan mudah membedakan, serta secara psikologis tidak membosankan. Bahan yang digunakan ramah lingkungan. Perubahan generasi "millenian" yang ingin serba cepat dan mudah berinterkoneksi, merubah cara kita kerja dan juga akan lebih praktis.

SUSTAINABLE & GREEN BUILDING

Sustainability Standards

Standar keberlanjutan dicapai dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Memilih material alami: Non Toxic, Daur ulang, Membutuhkan sedikit energi untuk memproses

b. Efisiensi dalam penggunaan Energi

c. Kualitas dan tahan lama: Produk tidak terlalu sering diganti d. Didesain untuk ‘reuse’ dan ‘recycling’

e. Mempertimbangkan siklus kehidupan alami dalam proses disain f. Service Subtitution: Private vehicle to public transportation g. Material menggunakan produk sekitar

h. Lingkungan gedung sehat:environmental & Indoor air quality

Sustainability mewakili suatu keseimbangan yang mewadahi kebutuhan manusia tanpa

mengabaikan kelestarian & produktifitas sistem-sistem alami. Untuk cara pandang yang lebih

sustainable, dibutuhkan sebuah landasan yang mempertimbangkan faktor-faktor: (1) tujuan

bangunan; (2) fungsi bangunan; (3) energi yang dibutuhkan untuk proses produksi bangunan; (4) perkiraan masa aktif struktur; (5) kebutuhan energi untuk pencahayaan & penghawaan; (6) tingkat kenyamanan (berdasarkan pada definisi manusia); (7) dampak kultural dan (8) efisiensi bagi pengguna bangunan.

PenerapanGreen Building

Green building dapat diterapkan melalui: (1) memanfaatkan sebanyak mungkin sinar matahari di siang hari; (2) membeli produk-produk daur ulang; (3) melakukan konservasi air; (4) ikut berpartisipasi dalam program-program insentif yang diselenggarakan oleh organisasi- organisasi lokal; (5) menambahkan kriteria-kriteria ramah lingkungan serta memberlakukan proses pemilihan produk secara bijaksana.

Gambar 4.Model Bangunan Hijau

Green Light

Desain dengan memanfaatkan cahaya alami sebanyak mungkin, atau dengan memilih orientasi bangunan dan jendela yang tepat, akan menghemat biaya AC & pencahayaan (atau bahkan menghilangkannya sama sekali). Teknik-teknik penghematan energi termasuk mengganti lampu

incandescent & halogen yang boros energi dengan lampu fluorescent atau lampu LED teknologi paling mutakhir. Penghematan dari penggunaan lampu LED lebih kepada kualitas daripada kuantitas, selain itu masa pakai LED secara umum jauh lebih baik daripada jenis lampu apapun yang ada di pasaran.

Pemanenan air hujan

Lebih dari 75% air hujan tidak terserap oleh tanah, dan membawa berbagai polutan dari permukaan tanah ke dalam saluran pembuangan air, yang akhirnya menuju ke laut. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas antara lain melalui sistem pemanenan air hujan untuk penyediaan air domestik (keperluan rumah tangga dan perkotaan). Panen hujan merupakan suatu cara menampung air pada musim hujan untuk dapat dipergunakan pada saat musim kemarau. Dalam tulisan ini akan dikemukakan mengenai sistem panen hujan untuk

memenuhi keperluan domestik. Secara sederhana panen hujan dapat dilakukan dengan cara: memanen atau menampung air hujan dari atap rumah, dengan cara ini air dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum dan rumah tangga.

Gambar 6.Pemanenan air hujan

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan Konservasi. 2011. Perencanaan Fasilitas Pemanfaatan Air Hujan Di Sekitar Gedung Kampus Unnes Sekaran. Laporan Kegiatan Divisi Arsitektur Hijau & Transportasi Internal.

Badan Pengembangan Konservasi. 2012. Workshop Penyusunan Guideline Pengembangan Kampus Unnes Berkonsep Green Office. Laporan Kegiatan Divisi Arsitektur Hijau & Transportasi Internal.

Greenship. 2011. Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Banginan Hijau Untuk Gedung Terbangun Versi 1.0. Jakarta:Green Building Council Indonesia.

Sucipto, Prihanto T. 2013. Implementasi Green Campus Evaluation Tool Sebagai Tolok Ukur Kinerja Gedung Dan Lingkungan Kampus Unnes Berdasarkan Konsep Pengembangan Konservasi Hijau. Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. LP2M Unnes.

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PANGAN

Garis besar

Dokumen terkait