BAB II LANDASAN TEORI
B. Implementasi Pendidikan Karakter
Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, melainkan lebih luas lagi, yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai. Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi kemanusiaan yang terdiri dari tiga hal yang paling mendasar, yaitu:
a. Afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul
b. Kognitif yang tercermin pada kapasitas daya pikir dan daya intelektualitas dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi c. Psikomotorik yang tercermin pada kemampuan keterampilan
teknis, kecakapan praktis dan kompetensi kinestetis.18
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan bukan hanya transfer ilmu pengetahuan saja namun, penyaluran nilai mengenai pendidikan karakter. Ilmu pengetahuan tanpa karakter yang baik juga akan sia-sia, selaras dengan pendidikan yang mencakup tiga
18Barnawi dan M. Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 24.
hal yang paling mendasar yakni perilaku (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotorik). Ketiga hal tersebut harus saling mendukung untuk tercapainya insan yang terdidik.
Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlibat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, dan sebagainya.19
Selaras dengan uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter pada hakikatnya adalah pendidikan yang diberikan untuk membentuk seseorang untuk berperilaku baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter diartikan sebagai the deliberate us all dimensions of school life to fosteroptimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal). Hal ini berarti dalam mendukung perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan semua komponen di sekolah mulai dari aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan di sekolah.20
Selaras dengan pemaparan di atas dapat dipahami bahwa pengembangan pendidikan karakter di sekolah akan sangat terdukung
19Heri Gunawan, Pendidikan Karakter “Konsep dan Implementasi” (Bandung: Alfabeta, 2012), 23.
20Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter, 14.
apabila melibatkan semua komponen mulai dari isi kurikulum sampai proses pembelajaran yang dilakukan.
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, oleh karena itu pendidikan karakter perlu dibentuk dan diajarkan sejak usia dini. Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriok, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Sedangkan fungsi dari pendidikan karakter itu sendiri adalah mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik, memperkuat dan membangun bangsa yang multikultur, serta meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.21
Berdasarkan pemaparan mengenai tujuan dan fungsi pendidikan karakter di atas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter pada intinya untuk membentuk perilaku yang baik dan itu dimulai dari sejak usia dini untuk bekal masa depan dan juga sebagai pembangun bangsa yang tangguh dalam pergaulan dunia.
21Heri Gunawan, Pendidikan Karakter “Konsep dan Implementasi,” 30.
3. Peran Semua Komponen Sekolah dalam Pendidikan Karakter Setelah keluarga, sekolah mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk manusia yang berkarakter. Agar pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik maka di kepala sekolah, pendidik maupun tenaga kependidikan lainnya harus mengetahui persepsi tentang pendidikan karakter itu sendiri. Di sekolah, terutama pendidik merupakan teladan bagi siswa dan memiliki peran sangat besar dalam pembentukan karakter siswa. Seorang pendidik diharapkan mampu mendidik anak yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.
Sesuai dengan UU No. 14 Tahun 2005, guru didefinisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.22
Staf ataupun pegawai di lingkungan sekolah juga dituntut berperan dalam pendidikan karakter dengan cara menjaga sikap, sopan santun, dan berperilaku agara dapat jadi sumber keteladanan bagi peserta didik.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa dalam menerapkan pendidikan karakter terutama seorang pendidik mempunyai peran penting, karena peserta didik lebih banyak berinteraksi dengan pendidik melalui proses pembelajaran, namun
22Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 Ayat 1.
bukan hanya pendidik saja, melainkan kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya juga ikut berperan dalam proses penanaman pendidikan karakter yang lebih optimal.
4. Hubungan Pendidikan Karakter dengan Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ)
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill) yang lebih berhubungan dengan faktor kecerdasan emosional (EQ).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar dua puluh persen oleh hard skill dan sisanya delapan puluh persen oleh soft skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter untuk peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.23
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kesuksesan seseorang dua puluh persen di dapat dari hard skill dan delapan puluh persen didapat dari soft skill jadi peran pendidikan karakter sangat berperan penting dalam pembentukan soft skill yang baik.
Pendidikan karakter pada hakikatnya merupakan pengintegrasian antara kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Pendidikan karakter merupakan upaya membantu peserta didik untuk memahami, peduli, dan berbuat atau bertindak berdasarkan nilai-nilai dan etika.
23Heri Gunawan, Pendidikan Karakter “Konsep dan Implementasi,” 41.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti dengan melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action) yang pelaksanaannya harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.24
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter melibatkan pengetahuan, perasaan, dan tindakan yang membantu peserta didik untuk bertindak sesuai dengan akhlak yang baik yang diajarkan secara terus menerus.
C. Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini