• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: ALVIN MA`VIYAH NPM: Jurusan:Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: ALVIN MA`VIYAH NPM: Jurusan:Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBENTUKAN SOSIAL EMOSIONAL

ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM TERPADU WAHDATUL UMMAH METRO PUSAT

Oleh:

ALVIN MA`VIYAH NPM: 1601030001

Jurusan:Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1442 H / 2020 M

(2)

ii

Diajukan untuk Memenuhi Tugas sebagai Syarat untuk Menyusun Skripsi dan Memperoleh Pendidikan Program Strata Satu (S1)

Guna Memperoleh Gelar S.Pd

Oleh:

ALVIN MA`VIYAH NPM: 1601030001

Pembimbing 1 : Dr. Aguswan Kh. Umam. S.Ag, MA Pembimbing 2 : Khodijah, M.Pd.I

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN METRO)

1442 H / 2020 M

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi ABSTRAK

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBENTUKAN SOSIAL EMOSIONAL

ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM TERPADU WAHDATUL UMMAH METRO PUSAT

Oleh:

Alvin Ma`viyah

Pendidikan karakter memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Penanaman pendidikan karakter yang baik bermanfaat bagi anak terutama pada perkembangan sosial emosional anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Anak-anak yang mempunyai masalah dalam perkembangan sosial emosionalnyaakan mengalami kesulitan belajar, kesulitan berinteraksi dengan orang lain, dan tidak dapat mengontrol emosinya. Dari masalah tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial emosionalnya dimasa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan sosial emosional anak usia dini di TK IT Wahdatul Ummah Metro Pusat beserta faktor pendukung dan faktor penghambatnya.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif lapangan, yang mengambil lokasi di TK IT Wahdatul Ummah Metro. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber data primer dan sekunder. Metode penggumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Dan untuk menguji keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber dan teknik.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa: 1) implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan sosial emosional anak usia dini di TK IT Wahdatul Ummah Metro dilaksanakan melalui metode keteladanan dan metode pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan dengan menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter meliputi: perilaku disiplin, mandiri, dan memiliki sikap toleransi/peduli sosial. 2) faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter dalam pembentukan sosial emosional dibagi menjadi dua yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung yaitu, lingkungan sekolah melalui perilaku dan teladan yang baik dari kepala sekolah, guru, dan staf serta kesiapan guru dalam melakukan pembelajaran sesuai dengan SOP maupun penggunaan metode yang digunakan. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu kurangnya kerjasama orangtua dalam menerapkan pendidikan karakter di rumah seperti yang pendidik lakukan di sekolah dan lingkungan keluarga melalui perilaku kurang baik yang ditiru oleh anak.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

(7)

vii

(8)

viii MOTTO

ْمُكِسُفْنَ ِلِ ْمُتْنَس ْحَأ ْمُتْنَس ْحَأ ْنِإ

Artinya: ―Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri‖. (QS. Al-Isra:7)

(9)

ix

PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, peneliti mempersembahkan keberhasilan studi ini kepada:

1. Kedua Orangtuaku tercinta Bapak Samingun dan Ibu Tumilah yang selalu memberikan semangat dan dukungan, serta selalu mendoakan yang terbaik demi keberhasilanku dalam menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1).

2. Adik-adikku (Fatoni Ashidiq, M. Ulul Azmi dan Yuni Mestiyanti) yang memberikan semangat agar tercapai cita-citaku dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan semangat demi keberhasilan studiku.

3. Bapak Dr. Aguswan Kh. Umam, S.Ag, MA dan Ibu Khodijah, M.Pd.I, selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Sahabat-sahabatku (Sarifatun Ni`matussani dan Mita Yuliana) yang telah memberi dukungan dan semangat menyelesaikan penelitian ini. Serta rekan-rekan mahasiswa angkatan 2016 khususnya Jurusan PIAUD.

5. Almamaterku Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.

(10)

x

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN ... iii

NOTA DINAS ... iv

PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ORISINALITAS PENELITIAN ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Penelitian Relevan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini ... 8

1. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional ... 8

2. Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini ... 10

3. Perilaku Sosial dalam Mengembangkan Sosial Emosional Anak Usia Dini ... 12

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini ... 14

B. Implementasi Pendidikan Karakter ... 15

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 15

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter ... 17

3. Peran Semua Komponen Sekolah dalam Pendidikan Karakter ... 18

4. Hubungan Pendidikan Karakter dengan Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quetient (SQ) ... 19

C. Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini ... 20

1. Hakikat Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini ... 20

2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini ... 21

3. Metode Penerapan Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini ... 23

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Karakter ... 25

(12)

xii

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Jenis dan Sifat Penelitian ... 28

1. Jenis Penelitian ... 28

2. Sifat Penelitian ... 28

B. Sumber Data ... 29

1. Sumber Data Primer ... 29

2. Sumber Data Sekunder ... 29

C. Teknik Penumpulan Data ... 30

1. Wawancara ... 30

2. Observasi ... 31

3. Dokumentasi ... 31

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 32

1. Triangulasi Sumber... 32

2. Triangulasi Teknik ... 33

E. Teknik Analisis Data ... 33

1. Data Reduction (Reduksi Data) ... 33

2. Data Display ( Penyajian Data) ... 34

3. Verification (Verifikasi) ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN` ... 36

A. Hasil Penelitian ... 36

1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 36

a. Sejarah Singkat TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 36

b. Visi Taman TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 37

c. Misi Pendidik TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 37

d. Tujuan Pendidikan TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 37

e. Data Pendidik TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 38

f. Data Peserta Didik TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 40

g. Struktur OrganisasiTK IT Wahdatul Ummah Metro ... 40

h. Sarana dan Prasarana TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 41

i. Letak GeografisTK IT Wahdatul Ummah Metro... 42

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43

a. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembentukan Sosial Emosional Anak Usia Dini di TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 43

1) Kurikulum TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 43

2) Hakikat Pendidikan Karakter di TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 55

3) Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 59

4) Metode Pendidikan Karakter di TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 63

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Pendidikan Karakter di TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 66

B. Pembahasan ... 68

(13)

xiii

BAB V PENUTUP ... 71 A. Simpulan ... 71 B. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tingkat Pencapaian Anak Kelompok Usia 5-6 Tahun... 11

Tabel 2 Data Pendidik TK IT Wahdatul Ummah Metro... 39

Tabel 3 Sarana dan Prasarana TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 42

Tabel 4 Jadwal Kegiatan Pembelajaran TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 46

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 41 Gambar 2 Sketsa TK IT Wahdatul Ummah Metro ... 43

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Foto Dokumentasi Penelitian 2. Outline

3. Alat Pengumpulan Data (APD) 4. Data Hasil Wawancara

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) 7. Izin Pra-survey

8. Bimbingan Skripsi 9. Izin Research 10. Surat Tugas 11. Balasan Prasurvey 12. Balasan Research 13. Surat Selesai Research

14. Surat Keterangan Bebas Pustaka

15. Bukti Pustaka Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini 16. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi Mahasiswa

17. Surat Keterangan Uji Turnitin 18. Riwayat Hidup

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini (PAUD) pada hakikatnya ialah pendidikan yang diberikan kepada anak dengan memperhatikan aspek perkembangan anak. Pada masa ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa baik dari segi kognitif, fisik, dan sosial emosional.1

Pendidikan anak usia dini (PAUD) diselenggarakan untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak yang terjadi secara dinamis dimana lingkungan sangat berpengaruh. Seperti halnya perkembangan sosial emosional.

Perkembangan sosial emosional anak usia dini merupakan proses kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial anak yang baik sangat diperlukan agar seseorang bisa sukses dalam bergaul, berinteraksi, dan berkarir dalam kehidupannya.2

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap

1Ahmad Rudiyanto, Perkembangan Motorik Kasar dan Halus Anak Usia Dini (Lampung:

Darussalam Press, 2016), 2.

2Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter (Jakarta: Kencana, 2011), 43.

(18)

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Fungsi pendidikan bukan hanya mengembangkan kemampuan anak namun juga membentuk karakter anak agar menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dengan memiliki karakter berakhlak mulia, mandiri, dan bertanggung jawab.

Karakter memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan seseorang dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Oleh karena itu, pendidikan karakter bagi anak usia dini sangat berperan penting untuk perkembangan pribadinya secara keseluruhan.

Semua pihak dalam lingkungan sekolah sangat berperan penting dalam keberhasilan penanaman pendidikan karakter terhadap anak.

Pendidikan karakter secara konkret akan lebih baik daripada sekedar teori saja. Sebab anak usia dini sedang pada masa golden age (masa keemasan) yang suka meniru berdasarkan perilaku seseorang yang dilihatnya.

Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, kesulitan berinteraksi dengan orang lain, dan tidak dapat mengontrol emosinya. Dari masalah tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial emosionalnya dimasa yang akan datang.

3Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3.

(19)

Berdasarkan hasil prasurvey yang dilakukan peneliti dengan cara observasi pada 30 November 2019 di TK IT Wahdatul Ummah Metro, peneliti melakukan pengamatan pada salah satu kelas dari jumlah keseluruhan kelas ada 4 kelas tepatnya peneliti melakukan pengamatan pada kelas B2 dengan jumlah ada 30 peserta didik. Dari jumlah 30 peserta didik di kelas B2 terlihat 5 anak yang menunjukkan perkembangan sosial emosional yang masih belum berkembang sesuai dengan pendidikan karakter yang diterapkan.

Adapun indikator yang belum terlihat dari 3 anak antara lain kurangnya rasa bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam hal anak yang kurang mandiri seperti, ketika selesai makan anak-anak tidak mau membereskan wadah bekal mereka, anak-anak tidak mau meletakkan kembali alat tulis seperti buku, pensil, dan kerayon ke dalam laci miliknya setelah selesai menggunakan, serta tidak mau membereskan mainan pada tempatnya kembali setelah bermain bongkar pasang, balok, dan mainan masak-masakan. Kurang disiplinnya anak ketika menunggu antrian akan mencuci tangan maupun berwudhu.

Hal lain juga kurangnya perilaku prososial, misalnya ada beberapa peserta didik yang belum memahami arti berbagi kepada sesama teman hal ini dapat dilihat ketika jam makan, ada beberapa anak yang masih memilih-milih berbagi makanan kepada temannya.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi peneliti terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul ―Implementasi Pendidikan Karakter

(20)

dalam Pembentukan Sosial Emosional Anak Usia Dini di TK IT Wahdatul Ummah Metro‖.

B. Pertanyaan Penelitian

Setelah menyimak dan memperhatikan latar belakang masalah sebagaimana terungkap di atas, maka pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan sosial emosional anak usia dini di TK IT Wahdatul Ummah Metro?

2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan sosial emosional anak usia dini di TK IT Wahdatul Ummah Metro?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan peneliti antara lain:

a. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan sosial emosional anak usia dini di TK IT Wahdatul Ummah Metro.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan sosial emosional anak usia dini di TK IT Wahdatul Ummah Metro.

2. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

(21)

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mengimplementasikan pendidikan karakter anak usia dini pada lembaga pendidikan anak usia dini.

b. Manfaat praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sekolah khususnya dalam penerapan pendidikan karakter.

2) Penelitian ini dapat dijadikan referensi pendidik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan memberikan teladan yang baik bagi peserta didik dalam menerapkan pendidikan karakter sesuai dengan tingkat perkembangan usia anak.

D. Penelitian Relevan

Dalam penelitian ini peneliti memperkuat hasil penelitiannya dengan memperjelas dan memberikan perbedaan dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan pengamatan peneliti, ditemukan karya yang memuat tentang implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan sosial emosional anak usia dini, yaitu:

Pertama, penelitian yang berjudul ―Implementasi Metode Pembiasaan dalam Pembentukan Karakter di Taman Kanak-kanak Bakti II Arrusydah Kedamaian Bandar Lampung‖ oleh Lusi Vifi Septiani, menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.4

4Lusi Vifi Septiani, “Implementasi Metode Pembiasaan Dalam Pembentukan Karakter Di Taman Kanak-kanak Bakti II Arrusydah Kedamaian Bandar Lampung,” UIN Raden Intan Lampung, 2017.

(22)

Persamaan dari penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama membentuk karakter anak usia dini. Adapun perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian sebelumnya hanya memfokuskan pada satu metode saja yaitu metode pembiasaan sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan lebih menguraikan beberapa metode yang digunakan dalam penerapan pendidikan karakter untuk membentuk sosial emosional anak sejak dini.

Kedua, penelitian yang berjudul ―Implementasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini‖ oleh Adelia Hardini, menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.5

Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama ingin mengetahui implementasi pendidikan karakter di lembaga pendidikan anak usia dini.

Perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian sebelumnya hanya ingin mengetahui bagaimana implementasi pendidikan karakter di lembaga pendidikan anak usia dini saja sedangkan, penelitian yang peneliti lakukan lebih kepada ingin mengetahui bagaimana implementasi pendidikan karakter di lembaga pendidikan anak usia dini bagi perkembangan sosial emosional anak.

5Adelia Hardini, “Implementasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini,” Universitas Negeri Semarang, 2016.

(23)

8 BAB II

LANDASAN TEORI A. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

1. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional

Manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam melangsungkan kehidupannya. Hampir seluruh kehidupan manusia dilalui dengan melakukan interaksi dengan orang dilingkungan sosialnya.

Hal ini sesuai dengan maksud dari perkembangan sosial merupakan proses pembentukan pribadi dimulai dari keluarga sampai ke masyarakat dengan berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial baik itu nilai dan norma. Sedangkan perkembangan emosional adalah himpunan bagian dari perkembangan sosial yang melibatkan perasaan dan emosi baik itu dari diri sendiri maupun kepada orang lain.6

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional adalah perkembangan yang saling berkaitan karena perkembangan emosi seiring dengan perkembangan sosial, perkembangan emosi berkembang pada saat anak berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Baik buruknya perkembangan emosipun dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sosial anak itu sendiri.

6Lia Ricka, Perkembangan Anak (Metro: Laduny, 2017), 29-30.

(24)

Perkembangan emosi anak secara umum yaitu rasa takut, bahagia, sedih, dan kasih sayang diekspresikan melalui ekspresi wajahnya terutama ketika anak sedang berinteraksi dengan orang lain.7

Berkembangannya emosi anak tidak terlepas dari hubungan sosial dengan lingkungannya. Kemampuan emosi tidak hanya berkembang sejalan dengan bertambahnya usianya, tetapi juga bagaimana emosi orang yang ada disekitarnya.8

Perkembangan sosial anak akan mencapai kematangan dalam hubungan sosial ketika diberi kesempatan yang luas untuk melakukan proses belajar menyesuaikan diri dengan norma yang sesuai melalui interaksi dengan keluarga, teman sebaya, maupun lingkungan masyarakat.9

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional akan mencapai kematangan melalui proses interaksi dengan orang lain melalui penyesuaian diri sesuai dengan norma.

Kematangan sosial emosional anak sangat terbantu ketika anak berada pada jenjang pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini merupakan sarana anak untuk memperluas pergaulan sosialnya dan belajar memahami peraturan (kedisiplinan).

Perkembangan sosial meliputi kompetensi sosial (kemampuan untuk bisa bermanfaat bagi orang lain), kemampuan sosial (perilaku

7Lia Ricka, 31.

8Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Kencana, 2011), 59.

9Lia Ricka, Perkembangan Anak, 61.

(25)

yang sesuai dengan situasi sosial), pengamatan sosial (memahami pikiran-pikiran dan perilaku diri sendiri maupun orang lain) dan perilaku prososial (sikap berbagi, menolong, bekerjasama, dan empati).10

Selaras dengan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kematangan sosial anak dapat terbantu ketika memasuki jenjang pendidikan anak usia dini melalui belajar berperilaku dengan baik seperti menanamkan perilaku untuk berbagi, menolong, bekerjasama, dan empati.

2. Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Berikut ini karakteristik perkembangan sosial anak usia dini, antara lain:

a. Jangka waktu pertemanan anak cenderung lebih singkat karena sering berganti teman

b. Kelompok bermainpun juga cenderung lebih singkat karena anak akan lebih mudah berganti kelompok dalam bermain

c. Anak lebih mudah bermain mengikuti teman yang lebih besar darinya

d. Sering berselisih dengan teman sebayanya namun cepat berbaikan kembali

e. Sering merasa iri terhadap teman

10Lia Ricka, 62.

(26)

f. Anak sering memperebutkan perhatian guru.11

Berikut ini uraian lebih lengkapnya mengenai tingkat pencapaian perkembangan sosial emosional pada anak usia dini usia 5-6 tahun yaitu:

Tabel 1

Tingkat Pencapaian Anak Kelompok Usia 5-6 Tahun Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan

Anak Sosial Emosional

A. Kesadaran diri

1. Memperhatikan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi

2. Memperhatikan kehati-hatian kepada orang yang belum dikenal (menumbuhkan

kepercayaan pada orang dewasa yang tepat)

3. Mengenal perasaan sendiri dan mengelolanya secara wajar (mengendalikan diri secara wajar)

B. Rasa tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain

1. Tahu akan haknya

2. Mentaati aturan kelas (kegiatan, aturan)

3. Mengatur diri sendiri 4. Bertanggung jawab atas

perilakunya untuk kebaikan diri sendiri

C. Perilaku Prososial 1. Bermain dengan teman sebaya 2. Mengetahui perasaan temannya

dan merespon secara wajar 3. Berbagi dengan orang lain 4. Menghargai hak/pendapat/karya

orang lain

5. Menggunakan cara yang diterima secara sosial dalam

menyelesaikan masalah (menggunakan fikiran untuk menyelesaikan masalah)

11Nurjannah, “Mengembangkan Kecerdasan Sosial Emosional Anak Usia Dini Melalui Keteladanan,”Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam Vol. 14 No. 1, Juni 2017, 53.

(27)

6. Bersikap kooperatif dengan teman

7. Menunjukkan sikap toleran 8. Mengekspresikan emosi yang

sesuai dengan kondisi yang ada (senang, sedih, antusias, dsb) 9. Mengenal tata karma dan sopan

santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat

Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa tingkat perkembangan sosial anak usia dini berkembang sesuai dengan bertambahnya usia, semakin bertambahnya usia maka semakin kompleks juga tingkat pencapaian perkembangan sosial emosionalnya terutama pada usia 5-6 tahun.12

3. Perilaku Sosial dalam Mengembangkan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Berikut ini beberapaperilaku sosial yang dapat mendorong perkembangan sosial emosional anak usia dini, yaitu:

a. Mengikuti peraturan-peraturan kelas

b. Memperlakukan orang lain dengan sopan seperti mengucapkan terima kasih atau tolong

c. Mampu menolong orang lain

d. Belajar mengikuti peraturan-peraturan permainan yang sederhana, bergiliran, dan bekerjasama

12Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014, Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

(28)

e. Mengembangkan perilaku bertanggung jawab, seperti menjaga miliknya sendiri.

f. Mampu berbagi dan bekerjasama dengan orang lain dalam situasi bermain.13

Selain perilaku di atas ada beberapa materi pembelajaran yang harus disiapkan dalam rangka mengembangkan perilaku sosial anak usia dini, meliputi:

a. Empati, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri dan mengerti apa yang dirasakan orang lain. Dalam hal ini anak diajarkan untuk peka terhadap situasi yang dihadapi oleh seseorang. Misalnya anak diajak untuk bersedekah untuk orang yang kurang mampu bahkan juga bisa diajak untuk bertemu secara langsung dengan orang yang kurang mampu tersebut. Dengan adanya hal tersebut maka perasaan anak untuk peka terhadap kondisi orang yang membutuhkan akan terlatih.14 b. Disiplin, yaitu adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan

tertentu yang berlaku. Seperti halnya menyimpan tas dan sepatu pada tempatnya dengan baik. Dengan adanya peraturan yang sering diberlakukan dengan pembiasaan maka lama kelaman anak akan terbiasa belajar untuk disiplin.15

13Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak (Jakarta: Kencana, 2015), 171–72.

14Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, 460.

15Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak, 181–83.

(29)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan sosial emosional, diantaranya faktor pola asuh orang tua dan faktor lingkungan sekolah. Pertama, faktor pola asuh orang tua memegang peranan penting dalam perkembangan emosi anak misalnya, anak yang tumbuh dalam sikap orang tua yang melindungi secara berlebihan (overprotective) yang hidup dalam prasangka bahaya terhadap sesuatu akan menimbulkan rasa takut yang dominan terhadap anak.16 Perlakuan yang diberikan melalui pola asuh yang diterapkan kepada anak akan berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak.

Kedua, faktor lingkungan sekolah. Guru juga memegang peranan penting dalam perkembangan emosi anak misalnya anak belajar bersabar ketika menunggu giliran mencuci tangan dan anak belajar menolong temannya. Untuk itu sekolah merupakan tempat yang dapat mengembangkan rasa sosial anak kepada orang lain. Perkembangan emosi anak dibentuk melalui teknik maupun metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.17

Lingkungan masyarakat yang meliputi teman sebaya saling mempengaruhi dan tidak hanya bertindak sebagai contoh. Anak mendapat berbagai pengetahuan dan respon dengan memperhatikan tingkah laku teman sebaya. Jika anak diterima dengan baik oleh kelompok teman

16Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, 451.

17Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter (Jakarta: Kencana, 2011), 50.

(30)

sebayanya maka kemungkinan anak mempunyai emosi yang menyenangkan. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa kecerdasan emosi anak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan sosial yang tidak sesuai akan berdampak buruk terhadap perkembangan emosi anak.

B. Implementasi Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, melainkan lebih luas lagi, yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai. Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi kemanusiaan yang terdiri dari tiga hal yang paling mendasar, yaitu:

a. Afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul

b. Kognitif yang tercermin pada kapasitas daya pikir dan daya intelektualitas dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi c. Psikomotorik yang tercermin pada kemampuan keterampilan

teknis, kecakapan praktis dan kompetensi kinestetis.18

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan bukan hanya transfer ilmu pengetahuan saja namun, penyaluran nilai mengenai pendidikan karakter. Ilmu pengetahuan tanpa karakter yang baik juga akan sia-sia, selaras dengan pendidikan yang mencakup tiga

18Barnawi dan M. Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 24.

(31)

hal yang paling mendasar yakni perilaku (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotorik). Ketiga hal tersebut harus saling mendukung untuk tercapainya insan yang terdidik.

Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlibat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, dan sebagainya.19

Selaras dengan uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter pada hakikatnya adalah pendidikan yang diberikan untuk membentuk seseorang untuk berperilaku baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan karakter diartikan sebagai the deliberate us all dimensions of school life to fosteroptimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal). Hal ini berarti dalam mendukung perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan semua komponen di sekolah mulai dari aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan di sekolah.20

Selaras dengan pemaparan di atas dapat dipahami bahwa pengembangan pendidikan karakter di sekolah akan sangat terdukung

19Heri Gunawan, Pendidikan Karakter “Konsep dan Implementasi” (Bandung: Alfabeta, 2012), 23.

20Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter, 14.

(32)

apabila melibatkan semua komponen mulai dari isi kurikulum sampai proses pembelajaran yang dilakukan.

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, oleh karena itu pendidikan karakter perlu dibentuk dan diajarkan sejak usia dini. Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriok, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

Sedangkan fungsi dari pendidikan karakter itu sendiri adalah mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik, memperkuat dan membangun bangsa yang multikultur, serta meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.21

Berdasarkan pemaparan mengenai tujuan dan fungsi pendidikan karakter di atas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter pada intinya untuk membentuk perilaku yang baik dan itu dimulai dari sejak usia dini untuk bekal masa depan dan juga sebagai pembangun bangsa yang tangguh dalam pergaulan dunia.

21Heri Gunawan, Pendidikan Karakter “Konsep dan Implementasi,” 30.

(33)

3. Peran Semua Komponen Sekolah dalam Pendidikan Karakter Setelah keluarga, sekolah mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk manusia yang berkarakter. Agar pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik maka di kepala sekolah, pendidik maupun tenaga kependidikan lainnya harus mengetahui persepsi tentang pendidikan karakter itu sendiri. Di sekolah, terutama pendidik merupakan teladan bagi siswa dan memiliki peran sangat besar dalam pembentukan karakter siswa. Seorang pendidik diharapkan mampu mendidik anak yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.

Sesuai dengan UU No. 14 Tahun 2005, guru didefinisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.22

Staf ataupun pegawai di lingkungan sekolah juga dituntut berperan dalam pendidikan karakter dengan cara menjaga sikap, sopan santun, dan berperilaku agara dapat jadi sumber keteladanan bagi peserta didik.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa dalam menerapkan pendidikan karakter terutama seorang pendidik mempunyai peran penting, karena peserta didik lebih banyak berinteraksi dengan pendidik melalui proses pembelajaran, namun

22Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 Ayat 1.

(34)

bukan hanya pendidik saja, melainkan kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya juga ikut berperan dalam proses penanaman pendidikan karakter yang lebih optimal.

4. Hubungan Pendidikan Karakter dengan Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ)

Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill) yang lebih berhubungan dengan faktor kecerdasan emosional (EQ).

Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar dua puluh persen oleh hard skill dan sisanya delapan puluh persen oleh soft skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter untuk peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.23

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kesuksesan seseorang dua puluh persen di dapat dari hard skill dan delapan puluh persen didapat dari soft skill jadi peran pendidikan karakter sangat berperan penting dalam pembentukan soft skill yang baik.

Pendidikan karakter pada hakikatnya merupakan pengintegrasian antara kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Pendidikan karakter merupakan upaya membantu peserta didik untuk memahami, peduli, dan berbuat atau bertindak berdasarkan nilai-nilai dan etika.

23Heri Gunawan, Pendidikan Karakter “Konsep dan Implementasi,” 41.

(35)

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti dengan melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action) yang pelaksanaannya harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.24

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter melibatkan pengetahuan, perasaan, dan tindakan yang membantu peserta didik untuk bertindak sesuai dengan akhlak yang baik yang diajarkan secara terus menerus.

C. Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini 1. Hakikat Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini

Menerapkan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan usia dini dapat dilakukan dengan selalu memberikan arahan mengenai perilaku baik buruk sesuai tahap perkembangan umur anak.25

Membangun karakter itu harus dimulai sedini mungkin, disamping itu pendidikan karakter juga mengembangkan semua potensi anak.

Perkembangan anak juga harus seimbang, baik dari segi akademiknya maupun dari sosial dan emosinya.26

Berdasarkan penjelasan dia atas dapat dipahami bahwa penerapan perilaku baik melalui pendidikan karakter lebih baik jika diberikan sejak anak usia dini berdasarkan perkembangan usia. Pendidikan

24Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter, 42.

25Ihsana El-Khuluqo, Manajemen PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2015), 63.

26Ihsana El-Khuluqo, 66.

(36)

karakter juga bisa mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak mulai dari akademik maupun perkembangkan sosial emosionalnya.

Karakter (moral) untuk membina anak usia dini agar mempunyai sifat-sifat terpuji tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja akan tetapi perlu membiasakan perilaku baik dan diharapkan anak akan memiliki sifat baik tersebut.

Anak usia dini harus dibiasakan dengan melakukan hal-hal yang baik sesuai kemampuannya sehingga ketika perilaku baik sudah melekat pada dirinya ketika itu dikatakan sebagai anak yang berkarakter baik.27

Selaras dengan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa anak usia dini akan lebih baik jika penerapan karakter dilakukan secara langsung dengan membiasakan perilaku yang baik, ketika perilaku baik sudah melekat pada diri anak maka mulailah anak terbentuk menjadi anak yang memiliki karakter baik.

2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini

Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat menerapkan beberapa nilai-nilai pendidikan karakter yaitu:

a. Kedisiplinan

Disiplin merupakan salah satu perilaku penting dan harus dimiliki oleh setip individu, mengajarkan disiplin pada anak usia dini tidak dapat dilakukan hanya sekali atau sementara.

27Ihsana El-Khuluqo, 80-81

(37)

Pembinaan sikap disiplin harus dilakukan secara terus menerus sejak usia dini. kedisiplinan dapat ditanamkan pada anak usia dini melalui perilaku mematuhi aturan. Misalnya, anak-anak diajarkan menunggu antrian ketika mencuci tangan sesudah dan sebelum makan.

b. Toleransi

Toleransi adalah sikap peduli terhadap orang lain. Sikap toleransi akan tumbuh jika anak tumbuh di lingkungan yang menanamkan toleransi kepada masyarakatnya. Oleh karena itu, anak-anak membutuhkan model atau contoh yang akan ditiru agar dapat mengembangkan sikap toleransi. Misalnya anak diajarkan berbagi kepada temannya ketika makan. Diajarkan membantu masyarakat yang terkena musibah dengan diajarkan berinfaq.

c. Kemandirian

Kemandirian merupakan sikap yang diperlukan oleh sesorang agar tidak mengalami ketergantungan terhadap orang lain.

Sikap mandiri perlu ditanamkan sejak usia dini melalui berbagai aktivitas yang dapat dilakukan di sekolah maupun di rumah. Misalnya, anak diajarkan mandiri ketika selesai menulis

(38)

anak-anak dilatih untuk meletakan alat tulisnya di loker masing-masing setelah selesai menggunakan.28

3. Metode Penerapan Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini Penerapan nilai-nilai pendidikan karakter pada anak usia dini dapat dilakukan menggunakan beberapa metode yaitu sebagai berikut:

a. Metode Keteladanan

Penanaman karakter keteladanan merupakan metode dengan menempatkan diri sebagai idola dan panutan bagi anak.

Keteladanan juda dapat ditunjukkan dalam perilaku dan sikap pendidik dalam memberikan contoh tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya.29

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa metode keteladanan merupakan metode dengan memberikan cntoh perilaku baik untuk peserta didik. Terutama anak usia dini yang membutuhkan contoh (role model)dalam melakukan perbuatan yang baik. Ditambah dengan anak usia dini yang suka meniru, maka metode keteladanan sangat dibutuhkan dalam keberhasilan penerapan pendidikan karakter dalam pembentukan sosial emosional anak usia dini.

28Mulianah Khaironi, “Pendidikan Karakter Anak Usia Dini,‖ Jurnal Golden Age 01 No 2 Desember 2017, 85.

29Heri Gunawan, Pendidikan Karakter “Konsep dan Implementasi,” 21.

(39)

b. Metode Pembiasaan

Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan.

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, pembiasaan peserta didik akan lebih efektif jika ditunjang dengan keteladanan dari tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Oleh karenanya metode ini dalam pelaksanaannya tidak akan terlepas dari keteladanan atau metode teladan. Dimana ada pembiasaan disana ada keteladanan. Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus ini yang dalam teori pendidikan akan membentuk karakter yang baik bagi anak.30

Berdasarkan beberapa metode yang dapat dilakukan dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter di atas dapat dipahami bahwa metode yang baik bagi anak usia dini bukan hanya satu saja. Misalnya metode keteladanan yang sangat penting, terutama bagi anak usia dini. Karena anak usia dini adalah usia dengan ciri khas suka meniru perilaku orang lain dari apa yang dilihatnya. Bukan hanya keteladanan, metode pembiasaan juga penting. Sebab penerapan perilaku baik tanpa dibiasakan dan dilakukan terus menerus maka kurang efektif.

30Heri Gunawan, 93.

(40)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Karakter Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter:

a. Faktor Kebiasaan (habit)

Adat atau kebiasaan yaitu setiap tindakan yang dilakukan secara terus menerus dan berulang sehingga menjadi kebiasaan sehingga mudah untuk dikerjakan.31

Berdasarkan penjelasan di atas, kebiasaan merupakan perbuatan yang dilakukan secara berulang dan terus menerus sehingga menjadi kebiasaan dalam bentuk tingkah laku. Dalam hal ini faktor pembiasaan yang dilakukan ketika menerapkan pendidikan karakter kepada anak usia dini sangat penting karena jika dilakukan pembiasaan yang terus menerus dan berulang makaakan lebih optimal karakter anak tumbuh dengan baik.

b. Faktor Keturunan

Berhasil tidaknya pendidikan karakter yang diterapkan keturunan baik secara langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi pembentukan karakter atau sikap seseorang, keturunan adalah ―berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok orangtua kepada anak‖.32

31Heri Gunawan, 20.

32Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter, 181.

(41)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa keturunan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter yang diberikan kepada anak usia dini yaitu berdasarkan dari karakter orangtuanya.

c. Pendidikan

Pendidikan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan karakter, pendidikan ikut mematangkan kepribadian sehingga tingkahlakunya sesuai dengan pendidikan yang diterima oleh seseorang baik pendidikan formal, informal, maupun nonformal.33

Berdasarkan penjelasan di atas, pendidikan dapat mempengaruhi sikap dan tingkahlaku yang dilakukan oleh seorang guru dalam membentuk karakter anak. Baik buruknya karakter anak tergantung dengan pendidikan yang diberikan.

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter yang diberikan kepada anak. Dalam hal ini termasuk tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara, dan pergaulan yang saling mempengaruhi sifat dn tingkah laku seseorang.34

Berdasarkan pemaparan di atas di atas, lingkungan adalah segala sesuatu yang berkaitan disekeliling kita atau disekitar

33Heri Gunawan, Pendidikan Karakter “Konsep dan Implementasi,” 21.

34Heri Gunawan, 19–22.

(42)

berdasarkan pergaulan atau interaksi dengan seseorang yang dapat mempengaruhi sikaf dan tingkah laku seseorang anak.

Apalagi anak usia dini adalah usia yang suka meniru berdasarkan apa yang didengar, dilihat, dan dilakukan oleh orang sekitarnya.

(43)

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan digunakan oleh peneliti termasuk jenis penelitian kualitatif lapangan (field research) yaitu penelitian dengan melakukan pengamatan tentang fenomena dalam suatu keadaan secara alamiah.35 Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti dapat mengetahui secara langsung permasalahan yang ada.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah deskriptif. ―penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan dan menginterprestasikan objek sesuai apa adanya.‖36 Dengan tujuan ―mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada.‖37

Dengan diadakannya penelitan maka peneliti dapat mengetahui secara langsung sumber permasalahan yang ada, dengan demikian peneliti dapat mengetahui implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan sosial emosional anak usia dini di TK IT Wahdatul Ummah Metro dengan cara menjelaskan melalui kata-kata secara jelas dan terperinci melalui bahasa yang tidak berwujud nomor/angka.

35Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2015), 9.

36Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 157.

37Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 75.

(44)

B. Sumber Data

Sumber data adalah sumber yang diinginkan seseorang peneliti mendapatkan sejumlah informasi atau data-data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian.38 Data merupakan beberapa kumpulan bahan keterangan dari hasil pencatatan peneliti baik berupa angka ataupun fakta tetang suatu keadaan yang semua itu dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data tersebut terpenuhi. Adapun sumber data yang peneliti gunakan dalam menyusun karya ilmiah ini digolongkan menjadi dua macam yaitu: data primer dan data sekunder.

1. Sumber Data Primer

Data primer merupakan data yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian dan didapatkan secara langsung dari informan atau responden untuk menjadi bahan analisis.39 Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer nya adalah kepala TK, pendidik, maupun orang tua dari peserta didik diTK IT Wahdatul Ummah Metro.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder ini adalah sumber data pendukung. ―Sumber data sekunder disebut juga sebagai sumber dari bahan bacaan.‖40 Oleh sebab itu sumber data sekunder ini sangat diperlukan. ―Sumber data sekunder sering disebut dengan data penunjang. Sumber data sekunder

38Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 110.

39Musfiqon, Panduan Lengkap Metodelogi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012), 131.

40Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 143.

(45)

merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat dokumen‖.41 Jadi, sumber data sekunder ini yang didapatkan melalui dokumen meliputi profil, kurikulum, SOP, jadwal harian, maupun rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) sekolah TK IT Wahdatul Ummah Metro.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan beberapa cara disini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi antara lain :

1. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara dengan narasumber yang memberikan suatu pertanyaan bertujuan untuk memperoleh informasi dari wawancara. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.42

Dalam hal ini jenis wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara terstruktur yakni menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan yang digunakan dalam pengumpulan data dari beberapa narasumber.43

Proses wawancara ini dilakukan oleh peneliti mulai dari tanggal 2- 4 September 2020 dengan mewancarai kepala TK, pendidik, maupun orang tua peserta didik di TK IT Wahdatul Ummah Metro. Semua itu

41Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), 173.

42Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, 137–38.

43Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2013), 225.

(46)

dilakukan untuk mendapatkan data mengenai implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan sosial emosional anak usia dini di TK IT Wahdatul Ummah Metro Pusat.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan proses untuk memperoleh data dari tangan pertama dengan mengamati orang dan tempat pada saat dilakukan penelitian.44 Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap peristiwa yang terjadi dilingkungan tersebut.

Dalam hal ini peneliti menggunakan jenis observasi nonpartisipan (nonparticipant observation) yakni peneliti tidak terlibat dengan aktivitas objek yang diteliti melainkan hanya sebagai pengamat saja.45 Peneliti melakukan observasi pada tanggal 2-3 September 2020 di TK IT Wahdatul Ummah Metro untuk melihat aktivitas yang menjadi fokus penelitian seperti kegiatan-kegiatan pembelajaran mengenai pendidikan karakter yang diterapkan dalam pembentukan sosial emosional anak usia dini.

3. Dokumentasi

Dokumen dari asal kata nya dokumen yang berati barang-barang tertulis. ―Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa buku-buku, majalah, transkip, surat kabar, prasasti,

44Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 220.

45Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, 236.

(47)

notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.‖46 Studi dokumentasi dimaksudkan dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti, dokumen-dokumen, catatan, buku-buku. Semuanya yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti teliti untuk mendapatkan data tentang profil sekolah, kurikulum, SOP, jadwal harian, maupun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) di TK IT Wahdatul Ummah Metro.

D. Teknik Penjamin Keabsahan data

Teknik penjamin keabsahan data merupakan suatu cara yang dilakukan peneliti untuk mengukur derajat kepercayaan (credibility) dalam proses pengumpulan data penelitian. Teknik yang Penulis gunakan dalam mengecek keabsahan data yaitu triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.47

Berdasarkan penjelasan di atas, teknik triangulasi yang digunakan peneliti adalah:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa sumber penelitian yakni kepala sekolah, pendidik, ataupun orang tua peserta didik untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter dalam

46Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 158.

47Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, 241.

(48)

pembentukan sosial emosional anak usia dini di TK IT Wahdatul Ummah Metro.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik adalah untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner.48

Dalam penelitian ini, peneliti menguji keabsahan data dengan cara mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan sosial emosional anak usia dini di Taman TK IT Wahdatul Ummah Metro.

E. Teknik Analisis Data

Data yang sudah terkumpul perlu dianalisis supaya dapat terorganisir dengan baik. ―Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam satu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.‖49

Berdasarkan penjelasan di atas maka teknis dalam analisis data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Dalam hal ini perlu

48Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, 127.

49Djamal, Paradigma Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2015), 158.

(49)

dilakukan analisis data melalui reduksi data. ―Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.‖

Berdasarkan uraian di atas peneliti merduksi data untuk memastikan bahwa data yang diolah merupakan data yang tercangkup dalam cakupan penelitian untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan sosial emosional anak usia dini di TK IT Wahdatul Ummah Metro.

2. Data Display (Penyajian Data)

Tahap selanjutnya setelah data direduksi adalah menyajikan data.

Dalam penelitian kualitatif ―penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat (teks naratif), bagan, hubungan antar kategori.‖

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti menyajikan data dengan menggunakan teks yang bersifat naratif sehingga mudah dipahami dalam mengetahui hasil implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan sosial emosional anak usia dini di TK IT Wahdatul Ummah Metro.

3. Verification (Verifikasi)

Langkah ketiga dari penelitian kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi yaitu menyimpulkan data yang diperoleh berdasarkan data yang telah direduksi dan dirangkum kemudian

(50)

disajikan dalam bentuk uraian yang kemudian dilakukan proses pengambilan kesimpulan berdasarkan data yang jelas dan valid sehingga diperoleh kesimpulan yang kredibel.50

Berdasarkan uraian di atas peneliti melakukan pengambilan kesimpulan atau verifikasi data yang diperoleh berdasarkan data yang telah direduksi dan dirangkum kemudian disajikan dalam bentuk uraian untuk memperoleh kesimpulan hasil implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan sosial emosional anak usia dini di TK IT Wahdatul Ummah Metro.

50Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, 246–49.

(51)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Sejarah Singkat TK IT Wahdatul Ummah Metro

TK IT Wahdatul Ummah Metro didirikan pada tahun 2015 dan disahkan berdasarkan persetujuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2017 dengan Nomor 06/D-15/IP/XI/2017.

TK IT Wahdatul Ummah Metro merupakan lembaga pendidikan dengan status satuan pendidikan anak usia dini yaitu swasta dibawah naungan yayasan Wahdatul Ummah yang berlokasi di Jl. AM. Bangsawan No. 07 Imopuro Metro Pusat Kota Metro dan berdiri di atas tanah dengan luas 2750 m2 dan luas bangunan 212 m2.

TK IT Wahdatul Ummah Metro memliki Status Akreditasi B dengan Nomor SK Akreditasi PAUDTK/1872/0039/10/2018 pada 03 Oktober 2018. Dengan mengimplementasikan konsep pendidikan islam berdasarkan Al-Quran dan As-sunah maka dengan berjalannya waktu TK IT Wahdatul Ummah Metro tumbuh dan berkembang dengan kualitas yang semakin baik dan dicintai masyarakat. Hal ini tampak dengan bertambahnya peserta didik yang bertambah dengan jumlah penerimaan peserta didik masing-

(52)

masing kelas berjumlah 8 kelas dari 4 kelas pada kelompok A (Usia 4-5 Tahun) dan kelompok B (5-6 Tahun).

b. Visi TK IT Wahdatul Ummah Metro

Adapun visi TK IT Wahdatul Ummah Metro yakni Menjadi Taman Kanak-kanak dalam mempersiapkan generasi qur’ani yang mandiri, sehat, cerdas, ceria dan cinta tanah air sejak dini.

c. Misi TK IT Wahdatul Ummah Metro

Adapun misi TK IT Wahdatul Ummah Metro, yaitu:

1) Meletakkan dasar-dasar keimanan kepada Allah SWT.

2) Membiasakan dan melatih anak untuk beribadah dengan benar.

3) Membiasakan menghafal Al-Qur’an Juz 30, hadis-hadis pendek dan doa sehari-hari.

4) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan, aktif, kreatif, inovatif, dan interaktif.

5) Mewujudkan suasana kasih sayang sesama warga sekolah.

6) Menyediakan alat/sarana permainan edukatif yang aman dan menyenangkan.

7) Mengenalkan dasar-dasar konsep keaksaraan.

8) Mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan kebangsaan (keberanian, kepahlawanan, dan cinta tanah air) dalam kegiatan pembelajaran.

d. Tujuan Pendidikan TK IT Wahdatul Ummah Metro Adapun tujuan pendidikan TK IT Wahdatul Ummah Metro yaitu membina peserta didik untuk menjadi insan bertakwa (muttaqin) yang cerdas, berakhlak mulia dan memiliki keterampilan yang memberi manfaat/maslahat bagi umat manusia, dengan rincian karakter sebagai berikut:

(53)

1) Mampu melaksanakan dasar keimananan dan ketaqwaan kepada Allah SWT (salimul aqidah).

2) Mampu melaksanaan ibadah yang benar sesuai dengan tuntutan Rasulullah SAW (shahihul ibadah).

3) Membangun akhlak yang mulia (matinul khuluq).

4) Membangun kekuatan jasmani (qowiyul jism).

5) Mengembangkan potensi berfikir anak (mutsaqoful fikri).

6) Mampu mewujudkan kehidupan masa anak-anak yang bahagia dalam mencapai pengembangan potensi yang dimiliki (mujahidul linafsihi).

7) Membangun pribadi yang menghargai waktu (haritsun alal waqtihi).

8) Membangun kedisiplinan pribadi (munazhzhanum fi syu`unihi) 9) Mampu bersikap mandiri (qodirun alal kasbi).

10) Membangun pribadi yang bermanfaat bagi orang lain (nafi`un lighairihi).51

e. Data Pendidik TK IT Wahdatul Ummah Metro

TK IT Wahdatul Ummah Metro sebagai lembaga pendidikan formal mengutamakan pelayanan pendidikan bagi seluruh peserta didik. Adapun data pendidik TK IT Wahdatul Ummah Metro dapat dilihat berdasarkan tabel berikut ini:

51Hasil Dokumentasi TK IT Wahdatul Ummah Metro.

(54)

Tabel 2

Data Pendidik TK IT Wahdatul Ummah Metro

No Nama Jabatan TTL Pend Tahun Mulai

Tugas

1 Miswati, S.Pd KEPALA TK

Metro, 13 November 1969

S1 01/12/2006

2 Marfalinda, S.Pd.AUD

GURU KELAS/ PJ KURIKULUM

Tanjung Karang, 10 Maret 1978

S1 16/07/2008

3

Nurul Choiriyah, S.Pd.I

GURU PENDAMPING/

BENDAHARA

Taman Cari,

29 Juli 1985 S1 01/07/2007

4 Marsonah,

S.Pd.I GURU KELAS

Riau

Periangan, 04 Agustus 1979

S1 01/07/2008

5 Nurkhalifatin,

S.Pd.I GURU KELAS Metro, 24

Oktober 1982 S1 01/07/2008

6 Susanti, S.Pd.I

GURU KELAS/WAKIL

KEPALA TK

Banarrejo, 03

Februari 1982 S1 01/07/2013

7 Rita Aryani, S.Pd

GURU PENDAMPING

Ganjar Agung, 15 Februari 1989

S1 01/07/2013

8

Siti

Mudmainah, S.Pd.I

GURU KELAS

Lampung Tengah, 23 Oktober 1988

S1 01/07/2013

9

Zainab Fitri Al Ghozali, S.Pd.I

GURU PENDAMPING

Metro, 21

Januari 1989 S1 01/07/2014

10 Evi Noviana

Pandiwi, S.Pd GURU KELAS

Purwodadi, 02 November 1989

S1 01/07/2015

11 Ipadah, S.Pd GURU KELAS/PJ

KURIKULUM

Kota Bumi, 04 September 1988

S1 01/07/2016

12 Tri Agustina,

S.Pd.I GURU KELAS Margototo, 01

Juli 1984 S1 01/07/2017

13 Rohimah,

A.Ma

GURU PENDAMPING

Jakarta, 14

Otober 1974 D1 01/07/2017

14 Susanti, S.Pd GURU

PENDAMPING

Simbarwaringi n, 03

September

S1 02/07/2018

Gambar

FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Gapura Angkasa dalam melakukan pengukuran kinerja menggunakan sistem balance score card.Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen (dan bukan sekedar sistem

Kesimpulan : Efektifitas daya anthelmintik perasan dan infusa rimpang temu ireng ( Curcuma aeruginosa Roxb. ) masih di bawah piperazin citrat. Daya anthelmintik infusa rimpang

Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Denis et al., (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran perubahan konseptual merupakan suatu model

Atas berkat dan kasih-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Komunikasi Guru dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini (Studi Kasus pada Sekolah

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada tema peristiwa alam sub tema musim penghujan melalui pendekatan saintifik dan model pembelajaran

pada awal hasil produksi mengandung variabel yang sama dengan ruas kiri.. STMIK GI MDP Diktat Teori Bahasa dan Automata Hal 89. Produksi yang rekursif kanan menyebabkan

Program Tujuan Sasaran Indikator Indikator Sesuai Renstra BPOM Target Kinerja Sasaran pada Tahun Target Kinerja Sasaran Sesuai Renstra BPOM pada Tahun 2019 Keterangan

Abstrak: Di era globalisasi spesifikasi pemimpin sudah menjadi kebutuhan organisasi, mutu kerja, sikap, dan ketangguhan pimpinan dibutuhkan, hingga pemberian