• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEWAJIBAN PEMBACAAN AKTA AUTENTIK OLEH

C. Implikasi Hukum Terhadap Akta Notaris Yang

Adanya Kebijakan Physical Distancing

Notaris adalah pejabat umum yang diangkat dan diberhentikan oleh negara melalui Menteri Hukum dan HAM berdasarkan asas kepercayaan. Kepercayaan tersebut diberikan oleh negara melalui pemerintah guna melaksanakan sebagian dari tugas negara yaitu membuat akta autentik sebagai dokumen negara yang wajib dirahasiakan dan disimpan oleh notaris tersebut di dalam protokol notaris.

Di samping itu notaris juga memperoleh kepercayaan dari masyarakat yang membutuhkan jasanya dalam pembuatan akta autentik, legalisasi surat di bawah tangan maupun waarmerking. Oleh karena itu notaris dituntut untuk bertindak jujur, amanah, dan tidak berpihak dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya tersebut sebagaimana termuat dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a UUJN.128

Praktiknya, banyak terjadi penandatanganan akta tidak dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan antara para penghadap di hadapan notaris. Dengan demikian, notaris tidak dapat menyatakan dalam akta yang bersangkutan menurut sebenarnya, bahwa akta itu segera setelah dibacakan kepada para penghadap, ditandatangani oleh para penghadap, saksi-saksi dan notaris. Penandatanganan akta yang tidak bersamaan antara para penghadap di hadapan saksi dan notaris sering terjadi, yaitu ketika pada waktu penandatangan akta perjanjian. Karena alasan efisien waktu, maka terjadi “pembenaran” dalam proses pembacaan dan penandatanganan akta oleh notaris yang tidak dihadiri oleh pihak dari bank.129

128 Tan Thong Kie, Op.Cit, hal 380.

129 Mia Elvina, Op.Cit, hlm 452

Notaris memiliki wewenang sebagaimana berada di dalam Pasal 15 UUJN dan kekuatan pembuktian dari akta notaris, maka ada 2 (dua) penjabaran yang dapat ditarik dari wewenang notaris, yaitu:

1. Tugas jabatan notaris adalah memformulasikan keinginan /tindakan para pihak ke dalam akta autentik dengan memperhatikan aturan hukum yang berlaku.

2. Akta notaris sebagai akta autentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sehingga tidak perlu dibuktikan atau ditambah dengan alat bukti lainnya, jika ada orang/pihak yang menilai atau menyatakan bahwa akta tersebut tidak benar, maka orang/pihak yang menilai atau menyatakan tidak benar tersebut wajib membuktikan penilaian atau pernyataannya sesuai aturan hukum yang berlaku. Kekuatan pembuktian akta notaris ini berhubungan dengan sifat publik dari jabatan notaris.130

Selain itu juga notaris juga memiliki kewajiban yang diatur dalam Pasal 16 UUJN merupakan sesuatu yang wajib dilakukan oleh notaris, yang jika tidak dilakukan atau dilanggar, maka atas pelanggaran tersebut akan dikenakan sanksi terhadap notaris, dan sanksi sebagaimana tersebut diatur dalam Pasal 84 UUJN.131.

Pelanggaran itu seharusnya tidak perlu terjadi, karena notaris merupakan pejabat negara yang mengerti, memahami, atau sudah tahu, bahwa ada aturan dalam Peraturan Jabatan Notaris (PJN) yang harus dilaksanakan, yakni membacakan Akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2

130 Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris, Cet.III, Refika Aditama, Bandung, 2013, hal.3-5

131 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Op.Cit, hal. 86-87.

(dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi khusus untuk pembuatan akta wasiat di bawah tangan, dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan notaris.

Masa Covid-19 pelaksanaan tugas-tugas jabatan notaris sebagai pejabat umum yang melaksanakan sebahagian tugas negara dalam pelayanan publik yang pada akhirnya Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia (PP-INI) mengeluarkan surat di bawah Nomor : 65/33-III/PP-INI/2020 tertanggal 17 Maret 2020 terkait dengan Himbauan Pencegahan Covid-19 dan suratnya Nomor 67/36-III/PP-INI/2020 tertanggal 23 Maret 2020 Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I) dalam rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19 terkait pelaksanaan pengalihan kegiatan pelayanan pekerjaan di rumah yang dianjurkan Pemerintah Indonesia (dikenal dengan istilah work from home) tidak termasuk salah satu bentuk pelanggaran sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 17 UUJN, dan selanjutnya PP-INI menegaskan terkait dengan permintaan pelayanan publik dalam menjalankan tugas-tugas jabatannya untuk membuat "Perjanjian, Perbuatan, atau Rapat" yang menurut peraturan perundang-undangan dokumennya dapat dibuat di bawah tangah, agar dicantumkan klausula "akan dibuat/dinyatakan kembali dalam akta autentik segera setelah darurat Covid-19 dicabut oleh pemerintah".132

Terkait adanya Covid-19 hingga saat ini, notaris juga menerapkan bekerja dari rumah, namun ada beberapa pekerjaan notaris yang mewajibkan notaris untuk tatap muka dengan pihak yang berkepentingan seperti pada saat penandatangan

132Ikhsan Lubis, work_from_home_dalam_jabatan_notaris/diakses dari http://

medianotaris.com/ berita667.html/diakses tanggal 23 Maret 2021 Pukul 19.01 Wib

akta autentik. Hal tersebut adalah tugas yang mutlak dan tidak dapat dialihkan secara virtual, karena sudah diatur dalam peraturan yang berlaku yaitu UUJN.

Hingga saat ini, belum ada peraturan yang memberikan pengecualian terhadap kehadiran fisik dalam pengurusan akta autentik oleh notaris. Penandatanganan akta autentik wajib menghadirkan fisik para pihak yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan undang-undang. Notaris dalam menjalankan profesi notaris harus sesuai dengan protokol yang sudah ditentukan, memang salah satu kewajiban notaris adalah hadir saat penandatanganan.133

Protokol pedoman teknis pelaksanaan tugas jabatan notaris meliputi:

1. Pelaksanaan kegiatan kerja dirumah saja (work from home) tidak merupakan salah satu bentuk pelanggaran dalam jabatan notaris pada masa kedaruratan kesehatan masyarakat Covid-19.

2. Penggunaan media elektronik dalam pelaksanaan tugas jabatan notaris dapat dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui media elektronik e-notary dengan ketentuan produk hasil akta atau surat lainnya berupa dokumen elektronik dapat dipergunakan sebagai salah satu alat pembuktian yang menurut hukum.134

Pedoman tehnis terkait pelaksanaan tugas jabatan notaris sebagai pejabat umum sebagaimana yang akan diatur disesuaikan dengan kebutuhan dalam masa darurat pandemik Covid-19. Di samping itu juga, pedoman teknis selain juga harus memperhatikan keadaan kedaruratan kesehatan pandemik Covid-19

133 Wawancara dengan Dewi Kartini Batubara, selaku notaris di Kabupaten Langkat, tanggal 24 Maret 2021, Pukul 10.10 Wib

134 Ikhsan Lubis, Loc.Cit.

sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020, juga harus mempertimbangkan dampak atau akibat dari pelaksanaan kegiatan kerja notaris dengan mempergunakan media elektronik dalam bentuk perlindungan hukum kwalifikasi bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh notaris dan tata cara penjatuhan hukuman disiplin dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penggunaan media elektronik oleh notaris (e-notary) pada masa kedaruratan kesehatan masyarakat Covid-19 hanya berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan berakhirnya masa kedaruratan kesehatan masyarakat Covid-19 yang ditetapkan oleh pemerintah.135

Pasal 1 angka 7 UUJN menegaskan bahwa akta notaris yang dibuat di hadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini dan sebelum terdampak Covid-19, pelaksanaan jabatan notaris berjalan lancar. kondisi work from home (bekerja dirumah) dan social distancing tersebut tentu akan membatasi pelaksanaan tugas jabatan notaris, oleh karena itu situasi tersebut dapat ditempuh beberapa alternatif, yaitu mengatur ulang jadwal penandatanganan akta dengan para penghadap, hingga kondisi memungkinkan.

Merekomendasikan rekan notaris lain yang kondisinya memungkinkan untuk menjalankan jabatan. Untuk perjanjian, perbuatan, atau rapat yang menurut peraturan perundang-undangan dokumennya dapat dibuat di bawah tangah, agar dicantumkan klausula “akan dibuat/dinyatakan kembali dalam akta autentik segera setelah darurat Covid-19 dicabut oleh pemerintah”.

135 Ibid.

Dalam hukum perdata akta autentik merupakan alat pembuktian yang sempurna berdasarkan asas acta publica probat sese ipsa, yang berarti suatu akta yang lahir sebagai akta serta memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan maka akta tersebut berlaku serta dianggap sempurna sebagai akta autentik sampai terbukti sebaliknya. Namun untuk mencari suatu kebenaran materil dalam hukum acara pidana tentunya dalam proses peradilan untuk membuktikan bahwa dalam akta autentik yang dibuat notaris mengandung unsur-unsur tindak pidana pemalsuan surat dan keterangan palsu tersebut, baik polisi, jaksa dan hakim harus memperhatikan kebenaran kekuatan pembuktian akta autentik yang dibuat notaris, baik dari kebenaran lahiriah, formal, dan materil, sehingga dalam dalam proses pembuktian ditemukan unsur-unsur tindak pidana dalam akta yang di buat notaris.136

Akibat hukum terhadap pembuatan akta autentik yang tidak memenuhi kewajiban notaris, sebagaimana ketentuan Undang-Undang, yaitu:

1. Diberikan sanksi perdata, sanksi ini berupa penggantian biaya, ganti rugi dan bunga yang merupakan akibat yang harus diterima notaris atas tuntutan para penghadap jika akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan atau akta akan menjadi batal demi hukum. Akta yang batal demi hukum maka akta tersebut dianggap tidak pernah ada dan sesuatu yang tidak pernah di buat maka tidak dapat dijadikan dasar suatu tuntutan dalam bentuk penggantian biaya, ganti rugi.

136 Ida Bagus Paramaningrat Manuaba, Prinsip Kehati-Hatian Notaris Dalam Membuat Akta Autentik, Acta Comitas tahun 2018 , hal 70

2. Diberikan sanksi administratif. Sanksi ini berupa teguran lisan, teguran tertulis, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat dan pemberhentian tidak hormat. Praktiknya di dalam menegakkan sanksi administratif pada notaris yang menjadi instrumen pengawas adalah Majelis Pengawas.137

Sesuai dengan Pasal 7 Peraturan Bupati Langkat Nomor 39 Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

diberikan sanksi administratif berupa:

a. teguran lisan.

b. larangan untuk memasuki lokasi kegiatan masyarakat.

c. pelaksanaan kerja sosial di fasilitas umum pada lokasi pelanggaran

(2) Penerapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempertimbangkan tingkat kepatuhan masyarakat terhadap kewajiban melakukan dan mematuhi protokol kesehatan.

Ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf m UUJN, notaris haruslah menuliskan aktanya sendiri, membacakannya dan ditandatangani saat akta itu dibuat oleh Notaris sendiri tanpa diwakili oleh orang lain. Berdasarkan ketentuan Pasal 38 ayat (4) huruf a UUJN, menentukan bahwa adanya penadatanganan dan pembacaan tersebut harus disebutkan secara tegas dalam akta notaris. Jika

137 Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Op.Cit, hal. 22

penandatanganan dan pembacaan tersebut tidak dilakukan, maka akta hanya mempunyai kekuatan seperti akta yang dibuat di bawah tangan, apabila akta ditandatangani oleh para penghadap.

Akta autentik, sebagai alat bukti yang terkuat dan terpenuh, berperan penting dalam setiap hubungan hukum dalam masyarakat. Dalam berbagai hubungan bisnis, perbankan, kegiatan sosial dan lain sebagainya, kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa akta autentik semakin meningkat, seiring dengan berkembangnya tuntutan akan kepastian hukum di berbagai sektor. Akta autentik juga menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin kepastian hukum, yang diharapkan dapat menghindari terjadinya sengketa dan memberikan perlindungan hukum.

Pembacaan dan penandatanganan akta yang tidak dilakukan di hadapan notaris akan berdampak pada turunnya nilai pembuktian akta autentik menjadi akta di bawah tangan sebagaimana tertuang dalam Pasal 16 ayat (9) UUJN dan melanggar ketentuan Pasal 4 ayat (6) Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia yang menimbulkan konsekuensi yakni berupa sanksi yang dikenakan terhadap notaris yang melakukan pelanggaran kode etik, yakni berupa teguran, peringatan;

schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan perkumpulan, onzetting

(pemecatan) dari keanggotaan perkumpulan, pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan perkumpulan.138

Tujuan dari pembacaan akta salah satunya supaya menjadi jaminan untuk para pihak bahwa akta yang telah ditandatangani tersebut sama seperti dengan apa

138 Mia Elvina, Op.Cit, hal 455

yang telah dibacakan, dan pembacaan akta dilakukan agar para penghadap mendapat kepastian bahwa tulisan atau isi akta adalah benar kehendak dari penghadap.

Apabila notaris bekerja tidak sesuai dengan standar profesinya atau melanggar ketentuan-ketentuan dalam proses pembuatan akta autentik, maka notaris tersebut dapat dikenakan sanksi yang berupa sanksi administrasi, sanksi perdata dan sanksi pidana. Notaris dapat diberikan sanksi administrasi, jika notaris tersebut terbukti telah melanggar ketentuan-ketentuan etika profesinya yang telah diatur di dalam UUJN maupun dalam kode etik notaris. Sanksi administrasi dapat diberikan secara berjenjang, mulai dari teguran lisan, teguran tertulis, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat hingga pemberhentian tidak hormat sebagaimana yang diatur dalam Pasal 85 UUJN.139

Sanksi perdata dapat diberikan kepada notaris jika pelanggaran dilakukan oleh notaris, sehingga mengakibatkan kerugian bagi para pihak atau salah satu pihak terkait dengan pelaksanaan akta notaris tersebut, maka terhadap akta tersebut dapat diturunkan (didegradasi) kekuatan pembuktiannya menjadi akta di bawah tangan. Atas dasar tersebut, maka dapat menjadi alasan bagi para pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada Notaris. Selain sanksi administrasi dan sanksi perdata, apabila terjadi pelanggaran terhadap pembuatan akta autentik, notaris juga dapat dikenakan sanksi pidana. Praktik, banyak akta notaris dipermasalahkan oleh para pihak atau pihak lainnya dan sering pula notaris ditarik sebagai pihak yang turut serta

139 Josep Sunar Wibisono, Perlindungan Hukum Terhadap Jabatan Notaris Berkaitan Dengan Adanya Dugaan Malpraktek Dalam Proses Pembuatan Akta Autentik, Acta Comitas, 2017, hal 157

melakukan atau membantu melakukan suatu tindak pidana terkait dengan akta yang dibuat oleh Notaris, misalnya, notaris diduga telah melakukan pemalsuan surat atau notaris dituduh telah memasukkan keterangan palsu ke dalam akta autentik (Pasal 264 KUHP).140

Implikasi hukum terhadap akta notaris yang ditandatangani tidak secara bersamaan oleh para penghadap saat akta dibacakan adalah menjadi tidak adanya kepastian waktu terhadap kesepakatan dari para pihak, karena hal tersebut, kesepakatan dari para pihak menjadi tidak terpenuhi, sehingga dapat menimbulkan konsekuensi hukum akta tersebut dapat dibatalkan. Akta tersebut hanya memiliki kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan. Sehubungan dengan lalainya notaris dalam arti tidak membacakan akta autentik yang telah dibuatnya, para penghadap diharapkan mampu untuk mengingatkan serta meminta agar akta tersebut dibacakan.141

Implikasi hukum terhadap akta notaris yang tidak ditandatangani secara bersamaan oleh para penghadap di hadapan notaris kaerena adanya kebijakan physical distancing adalah bahwa otentisitas akta dari akta notaris akan

terdegradasi, di mana terdegradasi disini mempunyai makna bahwa akta tersebut menjadi akta di bawah tangan.142

140 Ibid.

141 Wawancara dengan Mega Magdalena, selaku Notaris Kabupaten Deli Serdang, tanggal 11 Maret 2021, Pukul 09.30 Wib

142 Wawancara dengan Dewi Kartini Batubara, selaku notaris di Kabupaten Langkat, tanggal 24 Maret 2021, Pukul 10.30 Wib

75 BAB IV

TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP AKTA YANG DITANDATANGANI TIDAK SECARA BERSAMAAN OLEH PARA

PENGHADAP SAAT AKTA DIBACAKAN KARENA ADANYA KEBIJAKAN PHYSICAL DISTANCING

A. Akta Notaris Wajib Dibacakan Di Hadapan Penghadap

Notaris dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk bekerja secara baik dan professional agar notaris dapat menghasilkan produk berupa akta autentik yang dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para penghadap yang membutuhkan. UUJN, notaris telah diberi wewenang untuk menuangkan segala perbuatan, perjanjian dan penetapan yang dikehendaki oleh pihak atau pihak-pihak yang sengaja datang ke hadapan notaris dan menyampaikan kehendaknya dan dapat dituangkan ke dalam bentuk suatu akta autentik, dan akta yang dibuatnya itu memiliki keabsahan akta dan kekuatan akta yang sempurna.

Notaris memiliki kapasitas untuk membuat peraturan tentang setiap tindakan atau kontrak yang ditetapkan oleh hukum untuk didokumentasikan menjadi akta autentik, hanya jika itu dituntut oleh pihak yang berkepentingan dan bukan oleh permintaan notaris. Notaris juga diberikan wewenang untuk memastikan prilaku yang tidak sesuai dengan hukum.143

Ketentuan yang tertuang dalam Pasal 16 ayat (1) huruf (m) UUJN, menjelaskan dengan jelas bahwa notaris wajib membacakan akta yang dibuatnya di hadapan penghadap serta dihadiri sekurang-kurangnya dua orang saksi, atau dihadiri empat orang saksi khusus untuk pembuatan akta wasiat, sehingga dengan

143 Deviana Yunitasari, The Role of Public Notary in Palembang Legal Protection or Standard Contracts For Indonesia Consumers,Jurnal Sriwijaya Law Review, Vol. 1, Issue 2, July 2017, hal. 181.

kata lain hanya notaris yang dapat membacakan isi akta di hadapan penghadap sesuai atas apa yang tertuang dalam UUJN. Pengaturan tentang pembacaan akta notaris diatur dalam Pasal 16 ayat (7) UUJN, merupakan pasal pengecualian terhadap pembacaan akta notaris dengan syarat penghadap telah membacanya sendiri, mengetahuinya, serta memahami isi dari akta yang akan dibuat, tetapi dalam pasal tersebut tidak menjelaskan secara eksplisit mengenai peran staf notaris dalam pembacaan akta di hadapan para penghadap, yang kemudian menjadi alasan oleh notaris untuk tidak membacakan akta di hadapan penghadap.144

Pembacaan akta tidak dilakukan oleh notaris karena beberapa alasan diantaranya: akta yang dibuat dalam bentuk yang sama berturut-turut atau terus menerus (seperti akta fidusia), karena alasan efisiensi waktu atau notaris saling kenal atau kenal baik dengan (para) penghadap. Kewajiban notaris membacakan akta dan menuliskan keterangan keadaan penghadap saat menghadap kepada Notaris serta alasan atau keterangan sebab akta tidak dibacakan dalam penutup akta adalah perintah Undang-Undang, karena bagian kepala akta dan penutup akta merupakan tanggung jawab notaris (Pasal 38 ayat (4) huruf a UUJN), kebiasaan Notaris melakukan copy paste akta untuk membuat akta yang sama pada berikutnya, terkadang notaris lupa mengganti bagian-bagian penting yang berhubungan dengan keadaan penghadap saat menghadap yang merupakan tanggung jawab notaris.

144 Muhammad Tiantanik Citra Mido, Op.Cit, hal 173

Ketentuan ini dipertegas kembali dalam Pasal 44 UUJN, yang menyatakan bahwa segera setelah akta dibacakan, akta tersebut ditandatangani oleh setiap penghadap, saksi, dan notaris, kecuali apabila ada penghadap yang tidak dapat membubuhkan tanda tangan dengan menyebutkan alasannya. Ketentuan pembacaan dan penandatanganan tersebut merupakan satu kesatuan dari peresmian akta (verlijden). Kemudian, kata di hadapan dalam penandatanganan akta tersebut adalah hadirnya seorang Notaris dalam proses peresmian akta (verlijden) atau face to face sebagaimana diatur dalam penjelasan Pasal 16 ayat

(1) huruf m UUJN.145

Sementara dalam penjelasan UUJN terhadap Pasal 16 ayat (1) huruf (m) bahwa notaris harus hadir secara fisik dan menandatangani akta di hadapan penghadap dan saksi, Pasal 16 ayat (8) menjelaskan bahwa “Pengecualian tersebut dikecualikan terhadap pembacaan kepala akta, komparasi, penjelasan pokok akta secara singkat dan jelas, serta penutup akta, sehingga kemudian implikasi dari tidak dilaksanakannya apa yang tertuang dalam pasal-pasal tersebut di atas berakibat pada kekuatan pembuktian akta yang dibuat oleh notaris sebagaimana tertuang dalam ketentuan Pasal 16 ayat (9) UUJN, yaitu “akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan.”146

Pembacaan akta tersebut adalah bagian yang penting dalam proses pembuatan akta oleh notaris. Dengan dibacakannya akta yang dibuat oleh notaris secara langsung, maka notaris dapat mengetahui isi dan maksud dari akta tersebut agar sesuai dengan kehendak para pihak. Selain itu, tujuan dibacakan akta tersebut

145 Mia Elvina, Op.Cit, hal 450

146 Ibid.

oleh notaris yang bersangkutan, salah satunya adalah untuk menjamin bahwa akta yang ditandatangani adalah akta yang sama dengan yang telah dibacakan. Dengan dilakukannya pembacaan akta tersebut, merupakan sebagai kontrol bagi para pihak maupun notaris selaku pembuat akta tersebut agar mendapat kepastian bahwa akta yang dibuat merupakan kehendak para pihak yang menghadap, sehingga apabila ada hal yang dianggap salah maupun kurang, maka akta tersebut dapat diperbaiki dahulu sebelum ditandatangani oleh para penghadap, saksi-saksi, dan notaris.147

Notaris secara sengaja tidak membacakan akta yang dibuat tersebut padahal notaris berada di tempat, atau akta yang dibuat tersebut tidak dibacakan karena notaris tidak berada di tempat sehingga para penghadap dilayani oleh karyawan atau asisten notaris, maupun akta tersebut dibacakan tetapi tidak semua yang dibacakan, dan akta dibacakan tapi bukan oleh notaris itu sendiri, melainkan dibacakan oleh karyawan atau asisten notaris atau penghadap tidak menghendaki akta tidak dibacakan, namun notaris tidak menyatakan ketentuan tersebut dalam penutup akta bahwa notaris tidak membacakan akta yang dibuatnya berdasarkan kehendak para pihak.148

Apabila memang para pihak yang berkehendak untuk tidak dibacakan, notaris tidak boleh mencantumkan dalam bagian penutup akta bahwa notaris telah membacakan dan para penghadap telah mengerti isi dari akta tersebut. Hal ini akan berakibat pada akta yang dibuat oleh notaris tersebut tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penghadap, atau para penghadap mungkin tidak

147 I Wayan Arya Kurniawan, Tanggung Jawab Notaris Atas Akta yang Tidak Dibacakan Dihadapan Para Penghadap, Vol. 3 No. 3 Desember 2018, hal 496=497

148 I Wayan Arya Kurniawan, Op.Cit, hal 459

memahami isi akta, sehingga akan menimbulkan salah pengertian dan multi tafsir mengenai isi dari akta yang dibuat notaris tersebut, akibatnya salah satu pihak dalam akta bisa melakukan wanprestasi atau akta tidak dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pembacaan akta oleh seorang notaris tersebut adalah suatu kewajiban dalam pembentukan akta autentik tersebut. Hal ini karena dengan membacakan akta tersebut adalah salah satu bentuk dari verlijden atau peresmian dari akta autentik, selain penandatanganan akta autentik tersebut. Maka dari itu, suatu akta yang dibuat oleh notaris dalam jabatannya dan dalam lingkup wilayah kerja jabatannya tersebut, wajib dibacakan oleh notaris itu sendiri, dan tidak boleh dilakukan oleh asisten maupun pegawai notaris yang bersangkutan. Pembacaan dari akta yang dibuat oleh notaris tersebut bukan hanya bermanfaat bagi notaris, tetapi juga bagi para pihak yang menghadap.149

Pembacaan akta tersebut juga berkaitan dengan kekuatan pembuktian

Pembacaan akta tersebut juga berkaitan dengan kekuatan pembuktian