IMPLIKATUR KONVENSIONAL
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.2 Analisis Data
4.2.1.6 Implikatur Sindiran Pertanyaan Kritis
Kembali penulis menemukan jenis sindiran lain berdasarkan jenis kritikannya yaitu sindiran dengan pertanyaan kritis. Kartun editorial yang menyindir dengan melontarkan pertanyaan kritis tampak pada gambar di bawah ini, sehingga kartun editorial ini termasuk ke dalam jenis implikatur sindiran pertanyaan kritis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:466) kritis merupakan sifat tidak lekas percaya; bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan; tajam dalam penganalisisan. Pada kartun editorial ini penulis menggunakan jenis sindiran dengan pertanyaan kritis untuk menyampaikan maksud dari kritikannya. Pertanyaan kritis yang dimaksud adalah pertanyaan berisi materi kritikan namun sebenarnyajawaban dari pertanyaan tersebut sebenarnya sudah dapat diperkirakan sebelumnya. Karikaturis membuat pertanyaan semacam ini untuk menggiring pemikiran pembaca untuk juga mempertanyakan pertanyaan yang sama di dalam pikiran masing-masing. Pertanyaan kritis hanya sebagai alat untuk menyampaian maksud terselubung berdasarkan jawaban yang sudah ia ketahui.
Gambar 4.25 Kasus mafia pemilu yang bermula dari sengketa hasil pemilu di daerah pemilihan Sulawesi Selatan I dan ditemukannya fotocopy transfer Rp 250 juta , dikirim Nuniek Permata kepada La Ode Bawangi. Surat bukti transfer ini merupakan bukti dugaan mafia angaran di DPR.(9 Juli)
Kartun editorial ini sengaja ditujukan penulis untuk para mafia yang banyak terdapat dan beraksi menyalahgunakan wewenangnya di lembaga-lembaga negara, utamanya ditujukan kepada siapa aktor intelektual dibalik aksi dari para mafia. Dalam KOMPAS (1/7) Cirus tengah disidangkan dalam kasusnya menghilangkan pasal korupsi dalam perkara mafia pajak Gayus HP Tambunan, sehingga ia divonis bebas di Pengadian Negeri Tangerang, Banten, awal tahun 2010. Cirus Sinaga merupakan jaksa peneliti dan jaksa penuntut umum dalam perkara Gayus.KOMPAS (1/7) juga memberitakan mengenai ditemukannya selembar kertas fotocopy transfer Bank Mandiri tertanggal 8 November 2010 beredar di Gedung DPR. Tertulis transfer dana Rp 250 juta , dikirim Nuniek Permata, beralaman Serang, kepada La Ode Bawangi, beralamat di Cibinong,
Bogor. Surat bukti transfer ini merupakan bukti dugaan mafia angaran di DPR. KOMPAS (4/7) mengangkat tentang kasus mafia pemilu yang bermula dari sengketa hasil pemilu di daerah pemilihan Sulawesi Selatan I. Kasus ini menyeret nama mantan hakim Mahkamah Konstitusi Arsyad Sanusi, Neshawaty Arsyad, Dewi Yasin Limpo, Andi Nurpati. Disebut pula nama Masyhuri Hasan dan mantan Panitera Mahkamah Konstitusi Zaenal Arifin Hoesein.
Sangat disayangkan jika para pemangku jabatan penting di negeri ini rela menjual apa yang menjadi tanggungjawab mereka terhadap rakyat demi kepentingan perseorangan ataupun kelompok. Kewenangan yang tersemat dalam pundak mereka tak ubahnya lahan mencari keuntungan pribadi dengan menjual kepercayaan masyarakat sehingga wibawa pemerintah dan negara lah yang dikorbankan.
Gambar dalam kartun editorial berjenis sindiran dengan pertanyaan kritis kali ini digambarkan dengan penampakan beberapa manusia dengan setelan jas panjang dan kerah yang tinggi, mereka digambarkan sebagai “Mafia Peradilan”,“Mafia Pajak”dan“Mafia Pemilu” melalui tulisan pada topi yang mereka kenakan. Karakter selanjutnya adalah seorang anak mengutarakan pertanyaan dengan mimik muka seolah di sudah tau bahwa ada aktor intelektual dibalik semua kasus tersebut. Ia berkata pada karakter Oom Pasikom, “Lha God
Father-nya siapa Pak?. Oom Pasikom yang berada tepat di depannya tampak kebingungan menjawab pertanyaan dari karakter seorang anak kecil. Konteks lah yang mampu menjelaskan apa latar belakang karikaturis membuat kartun editorial seperti itu. Konteks yang menjadi dasar dari kartun editorial tersebut. Yang
mempertimbangkan tentang konteks dalam proses penggunaan bahasa hanya pragmatik. Pragmatik sebagai studi pemahaman terhadap tindakan manusia yang disengaja (Green dalam Yule, 1996:155) selalu membutuhkan konteks untuk menafsirkan maksud. Sehinga hubungan dari kartun editorial yang selalu memiliki konteks dengan kajian pragmatik tidak dapat dipisahkan.
Lokusinya adalah tulisan berbunyi “Mafia Peradilan”,“Mafia Pajak”dan“Mafia Pemilu”lalu pertanyaan berbunyi “Lha God Father-nya siapa Pak?. Ilokusinya adalah ada aktor intelektual dari semua kasus mafia merongrong tubuh negara dari dalam. Perlokusinya adalah bangsa ini telah dipenuhi tindakan tidak bertanggungjawab dari para pemimpinnya sendiri, sehingga masyarakat yang menjadi korban dari kepentingan pribadi mereka.
Implikatur dalam kartun editorial berdasarkan perpaduan gambar dan pernyataan yang berwujud tulisan Mafia Peradilan”,“Mafia Pajak”dan“Mafia Pemilu”lalu pertanyaan berbunyi “Lha God Father-nya siapa Pak?”
mencerminkan kesadaran bahwa dibalik semua ini ada seseorang atau sekelompok orang yang menjadi otak dari tindakan tidak bertanggungjawab. Jika tidak pas disebut dalang dari semua ketidakberesan lembaga pemerintah sebutlah dalang pembiaran dari semua ketidakberesan ini. Mafia pemilu, mafia pajak dan mafia peradilan telah melunturkan kepercayaan masyarakat terhadap tanggungjawab pemerintah untuk melindungi hak-hak warganya.
Gambar karakter menggunakan jas dengan mukanya yang dingin, menggunakan topi bertuliskan “Mafia Peradilan”,“Mafia Pajak”dan“Mafia Pemilu” adalah gambaran kesadaran masyarakat akan bobroknya ketiga institusi
yang bergerak dalam hal peradilan, perpajakan dan pemilihan umum yang diisi oleh orang-orang yang tidak berdedikasi kepada masyarakat.Kemudian pertanyaan seorang anak kecil yang digambarkan polos namun seolah ia sendiri sudah tau jawaban dari pertanyaan kritisnya, tuturan yang berbunyi“Lha God
Father-nya siapa Pak?”mengandung jawaban yang lugas akan kesadaran bahwa negara ini telah dipimpin oleh orang-orang yang salah Bahwa kepentingan kelompok akan dilindungi sedemikian burukpun kelakuan anggotanya. Tuturan tersebut merupakan inti dari apa yang ingin disampaikan karikaturis. Berdasarkan unsurr-unsur yang terdapat dalam kartun editorial kali, kartun editorial kali ini termasuk dalam jenis implikatur percakapan umum karena tidak memerlukan pengetahuan khusus untuk dapat menyimpulkan apa maksud dari karikaturis. Namun pembaca tidak serta merta dapat paham tanpa pengetahuan dasar seperti yang terjadi pada jenis implikatur konvensional. Pembaca tetap harus bermodal pengetahuan dasar mengenai apa itu mafia misalnya. Seperti pendapat Yule (1996:70) jika pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna tambahan yang disampaikan hal ini diseput implikatur percakapan umum.