• Tidak ada hasil yang ditemukan

ImplikaturSindiran Meninggikan

IMPLIKATUR KONVENSIONAL

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data

4.2.1.7 ImplikaturSindiran Meninggikan

Penulis menemukan sebuah kritikan dengan jenis implikatur baru yang hanya berjumlah satu buah dalam kurun waktu satu tahun, yaitu kartun editorial dengan implikatur sindiran meninggikan.

Gambar 4.26Presiden tengah menimbang untuk melakukan reshuffle di tengah isu koalisi yang ternyata mulai retak. Hiruk pikuk di pemerintahan ternyata abai terhadap permasalahan masyarakat yang semakin kusut.(12 Maret)

Kamus Besar Bahasa Indonesaia (1990:950) mengartikan meninggikan menjadi menjadikan tinggi; mengangkat supaya tinggi. Kartun editorial ini mengetangahkan sindiran yang cukup berani. Menggambarkan sasaran sindiran sebagai sosok yang megah dengan pembanding yang rendah. Materi kartun editorialnya berupa perpaduan gambar dan beberapa jenis tulisan, sehingga kekuatan sindiran lebih condong ke gambar daripada aspek tulisannya. Secara visual gambar tersebut mengarah kepada presiden sebagai sasaran kritikan. Terlihat dari penggambaran sosok tubuh dengan tangan yang tengah memotong kue dan tersedia gambar beberapa piring kecil di sekitarnya.

Beberapa naskah berita yang menjadi dasar atau menjadi konteks yang melandasi kartun editorial di atas antara lain seperti pemberitaan di

KOMPAS(10/3) bahwa presiden secara resmi belum pernah bicara tentang dilaksanakannya reshuffle (perombakan) kabinet dalam waktu dekat, termasuk menyebut menteri yang akan diganti dan mengganti. Namun, reshuffle tersebut bisa dilaksanakan apabila diperlukan. Masih dalam KOMPAS (10/3) presiden tengah menata kembali etika dan efektivitas koalisi partai politik pendukung pemerintah. Di saat yang sama dalam KOMPAS (11/3) anggota Pantia Kerja Komisi III DPR untuk pemberantasan mafia hukum dan mafia pajak justru malah pesimis akan kemampuannya membongkar kasus tersebut, dengan alasan kewenangan mereka amat terbatas karena tidak dapat melakukan tindak paksa seperti pemanggilan paksa atau penyitaan paksa. Hiruk pikuk koalisi dan keinginan reshuffle kabinet dari sejumlah pihak semakin serius ditandai dengan munculnya wacana pemberian sanksi terhadap partai politik anggota koalisi yang dinilai melanggar kesepakatan, seperti ditulis KOMPAS (12/3). Selanjutnya, munculnya polemik dalam hal koalisi ditengarai karena kuarngnya komunikasi antara presiden dan para pimpinan parpol, masih dalam KOMPAS (12/3).

Kasus mafia pajak dan Bank Century seperti tenggelam dalam hiruk pikuk wacana reshuffle kabinet. Pengaturan kembali koalisi guna mencapai efektivitas koalisi berbanding terbalik dengan usaha penuntasan kasus tersebut. Rakyat menanti keseriusan kinerja pemerintah salah satunya dalam penuntasan kasus seperti itu, bukan malah berdebat mengenai jatah kursi di kabinet misalnya.

Dalam gambar katun editorial di tampilkan gambar kaki dan tangan yang menunjukan gesture sedang berpikir dan hendak memilah sebuah roti bertuliskan

sosok tanpa tubuh, hanya nampak kaki dan tangan ini adalah penggambaran sosok presiden. Kemudian terdapat tong sampah yang berisi lembaran kertas bertuliskan

“angket mafia pajak, reshuffle dan Century”. Terakhir adalah sosok compang-camping menengadahkan kepala menghadap sosok pembagi roti tadi. Menggunakan pakaian yang lusuh, badannya kurus dan memegang mangkuk dengan gesture memelas. Hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk bentuk itu, seperti dijelaskan Yule (2006:5) adalah pengertian pragmatik. Jika diterapkan pada kartun editorial diatas maka tuturan seperti “koalisi”yang tertulis dalam piring roti dan “angket mafia pajak, reshuffle dan Century” dalam kertas di dalam tong sampah merupakan bentuk linguistik tersebut. Pemakai bentuk-bentuk itu adalah pembaca yang menelaahnya dengan ikatan terhadap konteks. Bukan sekedar menelaah makna kata atau klausa yang terbebas dari konteks. Diperkuat lagi dengan pendapat Rahardi (2003:16) ia menjelaskan bahwa ilmu pragmatik sesungguhnya mengkaji maksud penutur dalam konteks situasi dan lingkungan sosial budaya tertentu. Konteksnya adalah situasi politik pada saat itu yang tengah panas seiring wacana reshuffle kabinet dan penataan kembali koalisi.

Lokusinya adalah tuturan yang berbunyi “koalisi”yang tertulis dalam piring roti dan “angket mafia pajak, reshuffle dan Century”. Dilanjutkan ilokusi dalam kedua tuturan tersebut yakni permasalahan koalisi yang melupakan hak rakyat untuk mendapat kesejahteraan hidup, terutama dalam hal pendidikan dan kesehatan. Perlokusinya adalah masyarakat merasa haknya tidak dihiraukan oleh

para pejabat pemerintah yang sebagian berasal dari partai politik yang justru sibuk mengurus kepentingan partai.

Implikatur pada kartun edirtorial Oom Pasikom dengan perpaduan gambar dengan tuturan “koalisi”yang tertulis dalam piring roti dan “angket mafia pajak,

reshuffle dan Century”. mencerminkan sikap “ora sumbut”jika dalam Bahasa Jawa, yang artinya tidak mampu menyelaraskan perkataan dengan perbuatan yang mereka lakukan sendiri. Partai Demokrat melalui ketua Dewan Pembinanya, melalui para politisinya menyuarakan diri sebagai partai anti korupsi dan berdiri sebagai garda terdepan dalam usaha pemberantasan korupsi. Namun nyatanya justru malah melindungi kadernya yang hendak dimintai keterangan KPK

Gambar Oom Pasikom dengan mukanya yang polos disertai pertanyaan

“Mereka kok rame-rame membela dan melindungi yang kabur ke luar negeri!?”adalah gambaran pertanyaan dari masyarakat mengenai susahnya memulangkan Nazarrudin ke Indonesia. Dilanjutkan dengan jawaban dari perempuan yang berdandang menor demikian “Orang akan mencari dan berkumpul dengan jenisnya!”memberikan jawaban yang lugas akan kenyataan bahwa seperti inilah keadaan partai politik bangsa ini. Bahwa kepentingan kelompok akan dilindungi sedemikian burukpun kelakuan anggotanya. Kedua tuturan tersebut merupakan inti dari apa yang ingin disampaikan oleh karikaturis. Gambar menyerupai Ruhut adalah penjelas guna merinci siapa sebenarnya sasaran dari kritikan tersebut. Kartun editorial kali ini mengandung konteks khusus. Konteksnya mengenai sulitnya Nazarrudin dipulangkan untuk menghadiri panggilan KPK. Oleh karena itu kartun editorial kali ini termasuk ke dalam jenis

implikatur percakapan khusus karena konteks yang harus dipahami terlebih dahulu oleh pembaca sifatnya begitu khusus, lagipula tidak dijelaskan langsung di dalam gambar. Harus merinci sampai cukup detail sampai akhirnya pembaca mengetahui apa saja dasar dari karikaturis membuat kartun editorial tersebut. Implikatur percakapan khusus meletakan pengertian khusus antara pembaca dan karikaturis ke dalam satu kesepahaman maksud. Sehingga mampu mencapai kesepahaman yang dibutuhkan untuk mengetahui makna dari kartun editorial tersebut. Yule (2006:70) mengatakan bahwa jika pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna tambahan, hal ini disebut implikatur percakapan umum. Dalam kartun editorial di atas menyaratkan pengetahuan khusus untuk menguak makna sebenarnya. Beranjak dari teori tersebut maka teori implikatur percakapan khususlah yang terdapat dalam kartun editorial di atas.