• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

LEMBAGA PERTANIAN SEHAT

VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PETAN

7.1 Analisis Tingkat Kepuasan Petan

7.1.1 Tingkat Kepuasan Petani terhadap Pelayanan LPS-DDR dalam Kemitraan

7.1.1.1 Importance Performance Analysis

Untuk menentukan prioritas perbaikan atribut pelayanan dalam kemitraan alat yang digunakan adalah Important Performance Analysis (IPA). IPA digunakan untuk mengukur sejauh mana kinerja atribut pelayanan yang mempengaruhi harapan petani, sehingga petani mitra merasa puas. Hasil pengukuran diperoleh dari perhitungan rataan dari tingkat kepentingan dan kepuasan petani melalui penyebaran kuesioner, kemudian hasil yang diperoleh dipetakan dalam diagram kartesius. Setelah dipetakan, maka akan terlihat bagaimana kinerja dari atribut pelayanan dalam kemitraan apakah diperlukan perbaikan atau tetap dipertahankan kinerjanya. Perhitungan skor rataan tingkat kepentingan dan kinerja dapat dilihat pada Tabel 15.

Berdasarkan perhitungan nilai rataan tingkat kepentingan dan kinerja pada Tabel 15, didapatkan hasil nilai rata-rata untuk tingkat kepentingan sebesar 3,38. Atribut-atribut yang nilai kepentingannya berada di atas rata-rata berjumlah 8 atribut. Untuk tingkat kepuasan didapat nilai rata-rata sebesar 3,17, atribut yang nilai kepuasannya berada di atas rata-rata berjumlah 7 atribut.

Tabel 15. Importance Performance Analysis

No. Atribut Kinerja Kepentingan Kuadran

Input

1 Kemudahan dalam sarana produksi

(tangible) 3,40 3,46 2

2 Harga sarana produksi yang disediakan

(reliability) 3,28 3,50 2

3 Bantuan biaya garap (responsiveness) 3,26 3,44 2

4 Ketepatan waktu pemberian biaya garap

(responsiveness) 3,20 3,42 2

5 Penyediaan sewa lahan (tangible) 2,60 3,58 1

Produksi

6 Frekuensi pembinaan (reliability) 3,18 3,26 4

7 Pelayanan dan materi pembinaan

(reliability) 3,02 3,08 3

8 Pendamping mudah ditemukan dan

dihubungi untuk berkonsultasi (empathy) 2,88 3,22 3

9 Pengetahuan dan kecakapan pendamping

dalam memberikan pelayanan terhadap

petani (assurance) 2,98 3,10 3

10 Respon terhadap keluhan

(responsiveness) 3,08 3,40 1

Penjualan dan Pemasaran

11 Harga beli gabah (reliability) 3,32 3,54 1

12 Ketepatan pembayaran hasil penjualan

gabah petani (responsiveness) 3,86 3,60 1

Rata-rata 3,17 3,38

Hasil pengukuran atribut-atribut pelayanan berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerjanya memungkinkan adanya perbaikan untuk atribut- atribut yang benar-benar dianggap penting oleh petani agar dapat memuaskan. Untuk dapat melihat posisi penempatan data yang telah dianalisis tersebut, maka dapat dibagi menjadi empat kuadran yang dapat dilihat pada Gambar 4, untuk memperoleh titik-titik pada Gambar 4, menggunakan nilai dari tingkat kepentingan dan kinerja yang tersaji pada Tabel 15.

Gambar 4. Diagram Kartesius Hasil Perhitungan IPA

Keterangan : X = Kinerja Y = Kepentingan

1 = Kemudahan dalam mendapatkan sarana produksi 2 = Harga sarana produksi

3 = Bantuan biaya garap

4 = Ketepatan waktu pemberian biaya garap 5 = Penyediaan lahan sewa

6 = Frekuensi pembinaan

7 = Pelayanan dan materi pembinaan 8 = Pendamping mudah ditemukan dan dihubungi

9 = Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping 10= Respon terhadap keluhan

11= Harga beli gabah

12= Ketepatan pembayaran hasil penjualan gabah kepada petani

Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa untuk responden petani padi Desa Ciburuy terdapat dua atribut yang menjadi prioritas utama untuk dilakukan perbaikan dalam rangka meningkatkan kepuasan petani terhadap kegiatan kemitraan. Kedua atribut tersebut adalah atribut penyediaan lahan sewa dan atribut respon terhadap keluhan. Namun dalam merumuskan upaya perbaikan perlu dipisahkan antara atribut kemitraan yang merupakan kinerja koperasi dan

3.00 3.10 3.20 3.30 3.40 3.50 3.60 3.70 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 Y X Diagram IPA Rata-rata 5 10 12 11 2 1 3 4 8 9 7 6 Kuadran 1 Kuadran 3 Kuadran 2 Kuadran 4 Y

atribut kemitraan yang merupakan kinerja dari LPS-DDR. Berikut merupakan analisis evaluasi kinerja dari koperasi dan LPS-DDR terhadap kegiatan kemitraan yang berlangsung sesuai dengan hasil IPA :

1) Kepuasan petani terhadap kinerja LPS-DDR

Atribut pelayanan kemitraan yang merupakan kinerja dari LPS-DDR meliputi frekuensi pembinaan, pelayanan dan materi pembinaan, pendamping yang mudah ditemui dan dihubungi untuk berkonsultasi, pengetahuan dan kecakapan pendamping dalam memberikan pelayanan terhadap petani, serta respon terhadap keluhan. Atribut-atribut tersebut merupakan atribut yang hingga saat ini pengelolaannya masih dilakukan secara langsung oleh pihak LPS-DDR. Berikut adalah analisis kepuasan masing-masing atribut dan upaya perbaikan atribut sesuai dengan perolehan hasil analisis IPA.

a) Frekuensi Pembinaan

Atribut frekuensi pembinaan/penyuluhan dinilai oleh petani mitra pelaksanaannya berlebihan. Hal ini disebabkan karena petani mitra menganggap tidak terlalu penting terhadap atribut tersebut. Petani mitra merasa mereka sudah cukup terbiasa dan terdidik untuk melakukan ushatani padi, akan tetapi pelaksanannya dilakukan dengan baik sekali oleh LPS-DDR. Sebaiknya atribut ini tidak dilaksanakan secara lebih agar biaya layanan yang dikeluarkan dapat dialihkan untuk meningkatkan kinerja atribut-atribut yang lainnya yang dianggap penting oleh petani. b) Pelayanan dan materi pembinaan

Pada dasarnya yang diperlukan petani mitra adalah bukti nyata atau hasil dari penerapan sebuah teknologi atau hasil dari penerapan teknologi baru, sehingga pemberian materi pembinaan/penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan mereka dinilai kurang penting. Oleh karena itu, bagi petani apapun materi yang diberikan akan diterima begitu saja. Namun lebih efektif jika tidak hanya materi dan pelayanan saja yang diberikan melainkan praktik untuk mendapatkan hasil dari penerapan pembinaan yang diberikan tersebut. Kinerja dari atribut ini juga berada di bawah rata-rata tingkat kinerjanya. Materi yang diberikan dalam kegiatan pembinaan/penyuluhan sering tidak terlalu dibutuhkan untuk petani mitra

dalam mengusahakan usahatani mereka, contohnya pelatihan administrasi petani, belajar matematika dan kimia tanah, selain itu materi yang disampaikan cenderung sama dengan pembinaan-pembinaan yang dilakukan oleh dinas, sehingga tidak ada hal baru yang diterima oleh petani. Atribut ini berada bada kuadran tiga dan menjadi prioritas rendah untuk dilakukan perbaikan.

c) Pendamping mudah ditemui dan dihubungi untuk berkonsultasi

Kinerja dari atribut ini berada di bawah rata-rata tingkat kinerjanya. Pendamping datang ke lokasi pendampingan satu atau dua minggu sekali. Peran pendamping kurang dalam memberikan pelayanan kepada petani mitra, terutama jika petani menghadapi kendala mengenai usahataninya dan pelaksanaan program kemitraan. Oleh karena itu, petani lebih mengandalkan orang lain seperti sosok Bapak H. Jaka, PPL dan ketua- ketua kelompok mereka yang selalu ada dan mudah untuk dihubungi ataupun ditemukan untuk membantu menyelesaikan kendala tersebut. Hal ini menyebabkan peran atribut tersebut menjadi kurang penting bagi petani mitra.

d) Pengetahuan dan kecakapan pendamping dalam memberikan pelayanan terhadap petani

Sama halnya dengan atribut sebelumnya, kinerja dari atribut ini berada di bawah rata-rata tingkat kinerjanya. Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping dinilai kurang memuaskan petani. Pendamping yang disediakan LPS-DDR pada umumnya adalah bukan orang-orang yang berasal dari budidaya, sehingga dalam menjalankan tugasnya sebagai pendamping petani pengetahuan mereka mengenai budidaya, penanggulangan hama dan lain-lain, masih kurang dibandingkan dengan pengetahuan petani mitra. Peran pendamping kurang dalam memberikan pelayanan kepada petani mitra, terutama jika petani menghadapi kendala mengenai usahataninya. Oleh karena itu, petani lebih mengandalkan orang lain seperti sosok Bapak H. Jaka, PPL dan ketua-ketua kelompok mereka yang lebih mengetahui tentang bagaimana dan memberikan

solusi terhadap setiap permasalahan petani. Hal ini menyebabkan peran atribut tersebut menjadi kurang penting bagi petani mitra.

e) Respon terhadap keluhan

Atribut respon terhadap keluhan merupakan atribut yang menjadi prioritas utama dalam kegiatan kemitraan. Atribut ini dinilai penting bagi petani karena petani sering dihadapkan permasalahan yang terkait dengan pengusahaan padi bebas pestisida serta pelaksanaan program kemitraan, sehingga penanganan keluhan petani yang lambat akan berpengaruh terhadap pengusahaan padi petani mitra. Namun yang terjadi kinerja LPS-DDR mengenai respon terhadap keluhan petani dinilai masih kurang. LPS-DDR dinilai lambat dalam merespon keluhan petani, bahkan beberapa keluhan petani mengenai kegiatan dalam kemitraan pun tidak ditanggapi oleh pihak LPS-DDR.

Seharusnya dalam pelayanan respon terhadap keluhan pendamping mempunyai peran dalam memberikan solusi. Namun karena keterbatasan pendamping (baik dalam pengetahuan pendamping mengenai hal teknis dan keberadaan pendamping yang tidak setiap saat berada di lokasi kemitraan) sehingga respon terhadap segala keluhan kurang maksimal. Upaya yang ditempuh adalah memperbaiki kualitas pendamping dengan memilih pendamping dengan kompetensi yang tepat di bidang teknis pertanian dan penyuluhan sebagai kriteria pendamping. Selain itu, dibutuhkan juga kerjasama dengan ketua-ketua kelompok tani untuk menampung segala keluhan dari para petani yang nantinya akan langsung disampaikan pada pihak LPS-DDR sehingga penanganan dapat dilakukan dengan segera mengingat keberadaan pendamping yang tidak setiap saat berada di lokasi.

2) Kepuasan petani terhadap kinerja KKT Lisung Kiwari

Atribut pelayanan kemitraan yang merupakan kinerja dari koperasi meliputi penyediaan lahan sewa, kemudahan dalam penyediaan sarana produksi, harga sarana produksi yang disediakan, bantuan biaya garap, penyediaan lahan sewa, harga beli gabah, ketepatan waktu pemberian bantuan biaya garap, ketepatan waktu membayar penjualan gabah dari petani. Atribut-atribut

tersebut merupakan atribut yang pada awalnya diberikan oleh LPS-DDR pada awal kemitraan dan saat ini pengelolaannya dilakukan oleh koperasi.

a) Penyediaan lahan sewa

Pada atribut penyediaan lahan sewa, keberadaan atribut ini dirasa penting bagi petani. Hal ini disebabkan lahan merupakan input yang penting bagi petani, dengan adanya penyediaan lahan untuk disewakan secara langsung akan membantu petani terutama petani penggarap untuk melakukan usaha budidaya padi. Namun kinerja dari penyediaan lahan sewa kurang memuaskan petani mitra. Hal ini dikarenakan lahan yang disediakan dari segi luasan antara petani yang satu dengan petani yang lain berbeda. Selain itu kondisi tanah yang berbeda-beda juga meresahkan petani. Hal ini akan berdampak pada hasil panen dan biaya produksi petani. Bagi petani yang mendapatkan lahan yang kurang subur maka biaya produksinya lebih besar dan hasil panenpun sedikit. Begitu juga bagi petani yang mendapat luasan lahan kurang dari 2.500 m², hasil panennya pun akan berbeda dengan petani mitra yang mendapat lahan lebih dari atau sama dengan 2.500 m².

Alternatif upaya yang dapat dilakukan oleh pihak koperasi sebagai pihak yang mengelola penyediaan lahan sewa untuk meningkatkan kinerja atribut tersebut adalah mencari lahan pengganti untuk disewakan. Namun mencari lahan pengganti tidak semudah yang dibayangkan. Hal ini dikarenakan keterbatasan lahan di Desa Ciburuy. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah memberikan bantuan biaya garap yang lebih tinggi kepada petani yang mendapatkan lahan dengan kondisi lahan yang kurang bagus. Hal ini dilakukan agar bantuan tersebut dapat dialokasikan untuk menggarap sawahnya, misalnya saja untuk kebutuhan pupuk karena pada lahan yang kurang subur penggunaan pupuk lebih banyak dibandingkan lahan yang subur.

b) Kemudahan dalam mendapatkan sarana produksi

Dalam atribut ini pihak LPS-DDR membantu KKT Lisung Kiwari dalam penyediaan sarana produksi. KKT Lisung Kiwari mengelola seluruh kebutuhan sarana produksi petani mitra. Dalam hal ini kinerja koperasi

sudah memuaskan karena sarana produksi untuk petani mitra dapat disediakan setiap saat oleh KKT Lisung Kiwari sehingga mempermudah petani untuk mendapatkan sarana produksi untuk usahataninya. Oleh karena itu kinerja atribut ini perlu dipertahankan.

c) Harga sarana produksi

Harga sarana produksi yang disediakan oleh LPS-DDR melalui KKT Lisung Kiwari lebih murah jika dibandingkan dengan harga sarana produksi yang dijual di pasar atau toko pertanian yang lain. Harga relatif lebih murah menurut petani dikarenakan dengan tersedianya sarana produksi di KKT petani tidak mengeluarkan ongkos atau biaya lebih untuk biaya transportasi mengingat akses Desa Ciburuy ke luar sangat jauh sehingga biaya transportasi mahal. Atribut ini dinilai sudah bagus kinerjanya dan memuaskan petani sehingga perlu dipertahankan kinerjanya.

d) Bantuan biaya garap

Atribut ini dinilai petani sudah memuaskan sehingga perlu dipertahankan kinerjanya. Pihak LPS-DDR memberikan biaya garap pada awal kegiatan kemitraan, kemudian pengelolaan bantuan biaya garap dan prosedur mendapatkannya dikelola oleh koperasi. Beberapa prosedur yang ditetapkan untuk mendapatkan bantuan biaya garap di KKT yang dirasakan petani sangat mudah dan membantu petani mitra dalam mengelola usahataninya. Syarat yang diberlakukan hanya mendapat rekomendasi dari ketua kelompok dan mempunyai simpanan di KKT. Dengan adanya bantuan biaya garap ini petani menjadi tidak bergantung lagi dengan tengkulak jika membutuhkan biaya cepat untuk menggarap sawahnya.

e) Harga beli gabah

Atribut ini dinilai petani sudah memuaskan dan cukup dipertahankan saja kinerjanya. Dalam penentuan harga beli gabah LPS-DDR meminta koperasi untuk membeli gabah petani dengan harga minimal Rp 200,00 lebih tinggi dari harga yang ditetapkan pemerintah. Harga gabah yang ditawarkan oleh KKT jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang

ditawarkan oleh tengkulak. Jika oleh tengkulak hanya dihargai Rp 2.400,00 - Rp 2.800,00 per kilogram maka oleh KKT Lisung Kiwari harga gabah per kilogram dapat dihargai Rp 2.500,00 - Rp 3.000,00. Keuntungan lainnya dengan menjual gabah melalui KKT petani mitra mendapatkan 2,5 persen dari penjualan gabah yang nantinya akan masuk ke dalam SHU. f) Ketepatan waktu pemberian bantuan biaya garap

Dalam hal pemberian biaya garap pihak KKT Lisung Kiwari memberikan biaya garap tepat setelah petani mengajukan permohonan, prosedur yang tidak sulit menyebabkan pencairan dana cenderung lebih cepat, jarang sekali terjadi kekosongan kas di koperasi untuk memberikan biaya garap ke petani. Kinerja atribut ini dinilai petani sudah memuaskan sehingga perlu dipertahankan kinerjanya.

g) Ketepatan waktu dalam pembayaran penjualan gabah dari petani

Pembayaran hasil penjualan gabah petani dibayarkan tepat setelah petani menjual gabahnya ke koperasi. Hal ini merupakan komitmen dari LPS- DDR dan KKT Lisung Kiwari untuk membayar dengan segera gabah petani. Kinerja atribut ini oleh koperasi sudah memuaskan sehingga perlu dipertahankan kinerjanya. Namun pembayaran beras dari LPS-DDR ke koperasi sering mengalami keterlambatan. Hal ini akan berpengaruh terhadap perputaran uang di koperasi, tetapi kendala ini dapat diselesaikan dengan baik oleh kedua belah pihak baik LPS-DDR dan koperasi secara musyawarah. Selain itu koperasi memiliki sumber pembayaran yang lain seperti yang berasal dari hasil penjualan beras SAE ke mitra yang lain (Koperasi Oryza sativa, Agro Pest dan lain-lain) serta hasil dari unit bisnis lainnya yang ada di koperasi, sehingga pembayaran hasil panen ke petani kinerjanya baik.

7.1.1.2 Tingkat Kepuasan Petani terhadap Keseluruhan Pelayanan dalam